Semua berjalan aman, kartu kredit aman, party aman, semua masih baik-baik saja sesuai dengan apa yang direncanakan oleh Biru. Alasan mengerjakan tugas pun tertutupi dengan baik.
Dan kuliah sore hari ini pun menambah keamanaan bagi Biru setelah semalam hingga dinihari dia party. Biru mengucek matanya, tangan kanannya meraba sekitarnya mencari benda pipih untuk melihat jam berapa sekarang. Lampu kamarnya masih menyala, dan dia menebak ini sebenarnya sudah siang.
Tangan Biru menemukan benda yang dicarinya, dilihatlah layar ponselnya, sudah menunjukkan pukul 11 siang. Pantas saja perutnya terasa sangat lapar karena dia belum sarapan. Biru bangkit dari posisinya, melihat sekeliling sudah sepi. Kiranya Luna dan Ros sudah pulang duluan. Ah kebiasaan, mereka pulang tanpa izin. Setiap kali dia memarahi temannya itu, pasti mereka akan dengan kompak mengatakan mereka sudah bilang mau pulang, hanya saja Biru yang benar-benar tidur seperti orang mati, tidak tahu sama sekali.
Biru menyeret kakinya ke kamar mandi untuk bergegas membersihkan diri, tubuhnya terasa lengket meskipun sudah menggunakan AC di ruangan. Biru membasahi rambutnya dan berlama-lama di kamar mandi.
Setelah selesai, Biru mengganti bajunya dengan baju ala-ala anak manid. Dia sudah menyimpan banyak baju di apartemennya, untuk mengantisipasi hal-hal penting menurutnya. Selepas siap, Biru bergegas turun menuju parkir dan bersiap pulang. Mau nyari makan di jalan pun malas rasanya jika sendirian.
Baru saja mesin mobil menyala, suara dering ponselnya terdengar nyaring.
Mario Calling
Segera Biru menerima panggilan tersebut, ya…dia adalah kekasih hati Biru, pangeran dengan sejuta pesona menurutnya. Bagi Biru dialah laki-laki yang tidak tergantikan. Tampan, keren, macho, beken, siapa yang tidak tahu dia. Dia adalah Mario, si most wanted di kampus ini. Jika Biru adalah gadis impian para kaum adam di kampusnya, maka Mario adalah cowok impian bagi kaum hawa. Mereka mulai dekat sejak 2 tahun yang lalu. Biru tertarik pada cowok tampan itu. Dan mereka baru jadian sekitar beberapa bulan yang lalu.
“Iya beb…lagi di jalan ini,” ujar Biru dengan suara lembut. “Kamu sudah pulang,?” tanya Biru, karena beberapa hari kemarin sang pujaan hati mengatakan sedang berada di luar kota ikut papanya mengurus bisnis di sana.
“Ok beb..ketemu sore nanti di kampus ya,” ujar Biru girang. Setelah sejak kemarin dia tidak berhasil menghubungi Mario, chat dan telepon tidak ada respon.
Biru nampak senang akhirnya setelah beberapa hari dia akan bertemu dengan Mario.
Biru mematikan mesin mobilnya dan meninggalkan begitu saja mobilnya di garasi, Pak Budi bersiap
mengecek mobil tersebut dan membersihkannya.
“Bundaaaaa,” teriak Biru saat melihat Bundanya sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton acara di televisi.
“Hum…baru pulang anak Bunda,” ujar Ganis melihat anak gadisnya yang cantik itu duduk menghambur di sebelahnya.
“Hu um, baru bangun, mandi terus pulang…mau makan….aku lapaaar,” ujarnya sambil
mengelus perutnya.
“Makan sana, sudah siap,” ujar Ganis menatap putrinya lekat.
“Bunda sudah makan,?”
“Sudah barusan, nungguin kamu kirain nggak pulang,”
“Ya udah deh, aku makan dulu ya Bun,” Biru mengecup pipi Bundanya. Ganis hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah putrinya itu. Lalu dia melanjutkan menonton acara di televisi.
Biru bersiap pergi ke kampus untuk kuliah sore, seperti biasa setelah mobil siap Pak Budi akan
menunggu Biru di tempatnya.
“Pak….aku bisa nyetir sendiri, Ok?” Biru mengingatkan.
“Non…itu surat tilang lagi,?” tanya Pak Budi yang menemukan surat tilang yang sudah dia letakkan begitu saja di mobilnya.
“Iyes, surat tilang….diurus ya Pak Bud,” jawab Biru dengan santainya sambil melempar senyum.
“Baik Non,” Pak Budi sudah sangat hafal.
Biru tancap gas meninggalkan parkiran rumahnya menuju kampus. Kali ini telinganya sedang ingin mendengarkan salah satu aliran lagu kesukaannya, dangdut koplo. Beuh terasa nikmat di telinganya selain lagu dari DJ yang biasa dia dengarkan saat party di club. Tentu saja ini dia rahasiakan dari para sahabatnya dan juga pacarnya. Dia merasa gengsi jika dia menyukai lagu aliran dangdut ini.
Biru nampak berjoget ria sambil terus mengemudi, sekiranya hari ini tidak mepet sehingga dia tidak mengendarai kendaraan dengan kecepatan super.
“Hallo Bebbbb,” Biru melambaikan tangan begitu dia tiba dan memarkirkan mobil mewahnya, dia berjalan mendekat ke arah Mario dan dua kawannya.
Biru bergegas duduk di samping Mario yang nampak biasa saja terhadapnya.
“Kalian baru sampai,?” tanya Biru pada Mario, Sean dan juga Lukas.
“Nggak lah beb, kita mau balik, udah nggak ada jadwal,” jawab Mari, Sean dan Lukas mengangguk sambil tertawa kecil.
“Lah…aku baru mau kuliah, ya udah aku ikut kamu beb,”
“Beneran nih,?” tanya Mario sambil tersenyum tipis, melirik ke arah Lukas dan Sean.
Biru mengangguk mantap, tidak masalah baginya jika harus meninggalkan kuliah barang sekali saja. Tentunya bukan sekali saja dong, karena nyatanya Biru sering banget bolos. Bahkan nilainya banyak yang D karena kebandelannya.
“Ya udah hayuk, mobil tinggal sini aja beb,” ajak Mario. Tanpa berpikir panjang, Biru segera masuk ke dalam mobil Mario, dia duduk di samping Mario yang mengemudi. Sedangkan Lukas dan Sean berada di mobil yang lain.
Seperti biasanya, Mario mengajak Biru ke area balapan. Mereka akan berada di sana hingga jalanan yang letaknya di dareah pinggiran yang sepi itu tak ada lagi yang melewati. Dan mereka akan menggunakannya sebagai arena balap liar. Sungguh orang kaya yang gabut, karena sejatinya mereka sanggup menyewa sirkuit untuk sekedar balapan.
Mereka akan nongkrong di sana dan ngobrol ngalor ngidul nggak jelas sembari menunggu malam tiba.
Biru duduk di dekat Mario yang sedang asyik merokok. Inilah salah satu kebiasaan yang tumbuh di kala Biru mengenal Mario. Dulu dia tidak suka nongkrong di area seperti ini. Karena Mario lah dia akhirnya suka berada di situasi seperti ini, termasuk dugem.
Kuliah sore terlewat begitu saja, dan lagi-lagi dia menyandarkan nasibnya pada seorang teman yaitu Jennara. Di mana biasanya dia minta tolong Jennara untuk sekedar meminta contekan tugas. Kalaupun dia punya dua sahabat, Luna dan Ros, itu sama saja. Sejatinya mereka juga tidak bisa diandalkan.
Jennara yang seorang mahasiswa biasa-biasa saja itu hanya manut saja dan merawa tidak keberatan untuk sekedar memberikan contekan pada Biru untuk mengerjakan tugas. Biru tidak mau terlau nyolok jika kuliahnya benar-benar berantakan.
Sementara itu, di rumahnya sedang rebut gegara Papanya baru saja mendapatkan laporan dari
koleganya jika Biru baru saja membuat ulah.
“Gimana sih mas,?” tanya Ganis dengan wajah cemasnya. “Kok bisa,?” tanyanya pada suaminya itu dengan wajah galau. Berkali-kali dia mengelus dadanya saat mendengar penuturan dari suaminya.
“Ah rasanya kok tidak mungkin,” Ganis masih memungkiri saat mendengar rentetan cerita itu dari Saga, suaminya.
“Aku juga baru mendengar sepihak, tapi kalau nggak segera dikroscek, takutnya kita malah yang dapat masalah. Di mana anak itu,?” tanya Saga datar.
“Belum pulang,”
“Jam segini belum pulang,?” Saga melihat jam dinding, sudah menunjukkan pukul 12 malam.
“Berandal kecil itu,” geramnya.
Dan yang dicari dan menjadi pembahasan panas di rumahnya itu kini sedang berteriak-teriak girang
karena kembali Mario juara saat balapan liar. Biru bertepuk tangan bahagia tanpa memikirkan apa yang sedang terjadi di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
su kriswa
lanjut thor
2023-05-26
1