“Rupanya kaca ini bisa pecah, haha!” teriakku, penuh kemenangan.
Saat ini, aku merasa seperti seorang pencuri haus harta karun. Dengan bangga, aku meraih buku besar itu. Debu-debu dari buku yang sudah lama tidak tersentuh menempel di tangan ku saat aku berusaha mengangkat buku berat tersebut, memerlukan tenaga ekstra untuk mengangkatnya.
Cover buku itu, berwarna biru gelap polos tanpa satu gambar pun, tampak seperti artefak kuno yang menyimpan rahasia tersembunyi. Dengan tangan bergetar, aku membuka buku tersebut, namun tiba-tiba terdengar hentakan kaki yang keras, menggema di seluruh perpustakaan dan menyebabkan gempa kecil yang menggetarkan lantai.
Terkejut, aku memegang buku erat-erat, berseru, “Sial! Apa yang terjadi? Bukankah perpustakaan ini kosong?”
Hentakan itu semakin keras, seolah-olah sesuatu atau seseorang mendekat dengan kekuatan yang mengerikan. “Benar-benar hari sial, apapun yang terjadi aku harus bersembunyi!” aku berbisik ketakutan.
Di tengah perpustakaan yang luas, aku mencari tempat untuk bersembunyi di antara rak-rak buku besar yang terdiam seperti patung. Dengan gemetar, aku berlari menuju lemari, berusaha menutup pintu lemari perlahan sambil menahan napas, memantau melalui celah sempit untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Hentakan kaki itu semakin dekat, dan keringat dingin mulai menetes di dahiku. Dari celah lemari, aku melihat kuku-kuku runcing penuh darah dan bulu coklat kotor perlahan menghampiri tempat di mana buku yang pecah berada.
Makhluk besar, setinggi 13 meter dengan dua tanduk menyerupai rusa, muncul di depan mata ku. Matanya yang gelap dan tak terlihat jelas menatap singgahan buku yang rusak, dan bentuk mukanya yang menakutkan tidak dapat ku lihat dengan jelas.
Ketakutan menyelimuti tubuhku. “Aku belum pernah melihat makhluk yang mengerikan ini,” aku berbisik dalam hati, tubuhku bergetar.
Makhluk itu menggeram, teriakan bisingnya memenuhi ruangan, seperti suara dua laki-laki yang berteriak bersamaan. Suara itu menembus langit-langit perpustakaan, dan aku dapat melihat rupa wajah makhluk tersebut. Ternyata, wajahnya tidak ada—hanya mulut besar dengan taring panjang yang bisa menghancurkan segalanya.
Ketika makhluk itu mengamuk, menghancurkan segala sesuatu di sekelilingnya, bulu kudukku berdiri dan napasku terengah-engah. Aku berusaha menutup mulutku untuk menghindari membuat suara, namun ketakutanku tidak bisa ku sembunyikan.
Makhluk itu mulai mendekati lemari tempat aku bersembunyi. Dalam pikiranku, hanya satu yang terpikir—aku akan mati. Makhluk itu perlahan mendekat, dan aku berdoa agar aku selamat.
Namun, tiba-tiba angin kencang memasuki perpustakaan, mengibaskan pintu awal dengan keras. Suara gebrakan pintu membuatku terkejut, dan monster itu mulai tertarik pada pintu terbuka.
Sangat lega rasanya saat monster itu beralih ke arah pintu. Aku bersandar pada kayu lemari, perlahan-lahan merasakan kelegaan. Aku menatap buku yang masih ku genggam, penuh pertanyaan. “Mengapa monster itu begitu marah? Apa buku ini menyimpan rahasia?”
Aku memutuskan untuk membuka buku itu, berharap menemukan sesuatu. Dengan jari-jari yang basah oleh keringat, aku membalik halaman demi halaman, namun hanya mendapati kekosongan. “Apa ini? Kosong?” aku terkejut dan bingung.
Sementara aku mencari jawaban, suara dentuman besar menggema ketika lemari yang aku sembunyikan terguling. Kepalaku terbentur lantai kayu, dan pintu lemari perlahan terbuka. Keheningan mencekam menyelimuti, dan aku melihat monster itu mengintip melalui celah, nafsu nafsu jahatnya terasa begitu dekat.
Aku merasakan napas busuk monster itu, wajahku bergetar ketakutan. “Semoga dia tidak menyadari aku,” aku berdoa dalam hati, tidak berani bergerak.
Monster itu akhirnya menjauh, tetapi keheningan kembali terpecah dengan teriakan mengerikan dari makhluk itu. Aku hanya bisa berbaring di sana, menggenggam buku yang kini tidak berarti apa-apa.
Tiba-tiba, suara keras dari balokan kayu menghantam kepalaku. Lemari yang hancur menunjukkan amarah monster yang semakin membara. Dengan injakan yang membabi buta, monster itu mengamuk, dan salah satu injakannya hampir mengenai kepalaku.
“Sial! Aku ketahuan!” teriakku dalam hati dan tanpa pikir panjang, aku melompat keluar dari tempat persembunyian untuk menyelamatkan diri.
...(Ilustrasi monster)...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments