Rumah sakit tempat aura dirawat sudah ramai walaupun hari masih sangat pagi. Aura sendiri sudah bangun dari tadi subuh.
Aura tetap menjalankan ibadah dua rakaatnya di bantu oleh ibunya. Ajaran ayah dan ibunya untuk selalu menjalankan ibadah nyatanya membuat aura menjadi disiplin dalam beribadah, walaupun aura belum sepenuhnya menjalankan syariat islam dengan benar dan teguh.
Setidaknya ia tidak pernah meninggalkan shalatnya. Ibu menemani aura dan meminta izin kepada sekolah karena aura dirawat. Sementara ayah masih harus bekerja karena memang tidak mendapatkan izin dari kantor.
Arfa sendiri semenjak aura masuk rumah sakit dan dirawat, belum pulang sama sekali kerumah. Semua kebutuhannya sudah dibawakan oleh ibu.
Malam juga arfa tidur diruang rawat aura. Paginya ia menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter.
Aura meminta ibu untuk membawanya keliling ditaman rumah sakit, rasanya sungguh bosan jika hanya tiduran di kamar saja.
Aura terbiasa melakukan banyak kegiatan dan sebagian harinya dihabiskan diluar rumah, pantas jika ia merasa sangat bosan saat ini.
Sesuai dengan keinginan aura, ibu membawa aura ketaman rumah sakit. Udara yang segar dan bersih membuat aura merasa jauh lebih baik. Di sana juga ada beberapa pasien lain yang mungkin sama seperti aura, bosan di dalam kamar rawatnya.
Seorang anak kecil menangis tersedu- sedu dengan seorang wanita berada di sampingnya membujuk. Dapat dilihat kondisi anak tersebut memprihatinkan tubuh kurus, mata cekung dan terlihat lemas.
Aura merasa beruntung karena dia berada disana dengan luka tidak seberapa. Ibu dari anak itu tetap membujuk dan selalu mendaptkan penolakan oleh si anak.
Aura mencoba mendekati, dan menyapa anak tersebut.
" Hai... Hallo adik kecil, kakak mau kenalan boleh gak?" ucap aura lembut, membuat atensi si anak menuju pada aura.
" Kak siapa?" tanya gadis itu dengan suara serak masih menangis.
" Kakak pasien disini juga sama kayak ade." Ucap aura masij dengan suara yang lembut.
Gadis itu memperhatikan kepala aura yang diperban.
" Ade sakit apa? Kok kakak perhatiin dari tadi ade nangis." ucap aura lagi.
" Hari ini aku ada jadwal sama dokter kak, tapi aku gak mau. Kalau udah ketemu dokter ganteng pasti diperiksanya sakit." ucap gadis itu dengan sesegukan.
Aura menatap ibu dari gadis itu meminta penjelasan. Seakan mengerti tatapan aura si ibu mengeluarkan suara setelah dari tadi terdiam memperhatikan interaksi putrinya dan aura.
" gendis terkena kanker darah, dan setiap mau kemo dia pasti menolak karena katanya sakit." ucap ibu dari gadis yang bernama gendis.
" Ehm.... Gendis tahu tidak kalau kakak juga sakit kayak gendis. Gendis lihatkan kepala kakak diperban. Kemarin kakak mengalami kecelakaan dan membuat kepala kakak terluka dan diperban. Saat itu juga kakak merasa sakit banget, tapi kakak tahan karena kakak pengen sembuh." terang aura meceritakan luka yang dia dapat.
" Di periksa sama dokter kan gak selalu sakit, coba kalau gendis gak mau diperiksa dokter nanti gendis semakin sakit dan penyakit gendis gak akan sembuh."
Gendis nampak berpikir tentang ucapan aura.
" Gendis pasti punya cita- cita kan? Coba kakak sekarang tanya apa cita- cita gendis?"
" Gendis pengen jadi pramugari kak." ucap gendis malu- malu.
" Nah kalau gendis rajin berobat, pasti nanti gendis jadi pramugari yang paling cantik."ucap aura memberi semangat.
" Tapi gendis takut kak!"
" Gimana nanti pas gendis ketemu dokter kakak temenin kakak punya lho,dewa penjaga. Jadi gendis gak akan takut lagi karena dewa penjaga kakak juga pasti akan menjaga gendis. Kalau dokternya bikin gendis sakit nanti dewa penjaga kakak yang lawan."
Seketika gendis mengangguk dan menyetujui usulan aura. Tawa gendis juga tercetak kembali.
Aura meminta jadwal kemo gendis pada ibunya dan berjanji akan menemani gendis.
Aura juga tidak tega melihat bocah sekecil gendis harus menderita penyakir kanker. Seharusnya gendis bisa tertawa ceria bermain dengan teman- temannya tapi bocah itu harus selalu berada dirumah sakit.
Setelah puas berada di taman aura kembali ke kamarnya dan arfa sudah ada disana dengan bersidekap, tatapannya tajam mengintimidasi aura.
" Kakak arfa sejak kapan disini?"
" Dari mana kamu, bukannya istirahat malah keluyuran, kamu mau tinggal lama dirumah sakit hah?" kata arfa geram.
" Dih aura kan gak kelayapan, aura dari taman rumah sakit. Lagian aura bosen di dalam kamar terus." ucap aura.
" Sini kakak periksa kamu dulu, kalau semua kondisi baik, siang kamu bisa pulang."
Teringat dengan janjinya dengan gendis, aura malah meminta kakaknya memulangkan aura besok pagi saja. Aura juga belum menemukan sosok dewa penjaga yang ia janjikan pada gendis.
Otaknya mulai berpikir nakal. Ia meminta arfa untuk jadi sosok dewa penjaga. Walaupun muka arfa tidak ada sangar- sangarnya sama sekali.
Aura mulai meminta arfa untuk mau mengikuti keinginannya. Ia juga menceritakan kisah gendis pada arfa, agar kakaknya mau membantunya.
Arfa tahu betul bagaimana penderitaan beberapa pasien saat menjalani kemotrapi. Apalagi gendis masih sangat kecil untuk merasakannya. Arfa menyetujui keinginan aura tapi saat jam kemo gendis arfa ada jadwal operasi.
Obrolan mereka terhenti saat salah seorang perawat memanggil arfa, karena ada korban kecelakaan dan membutuhkan tenaga arfa.
Arfa berlari menuju IGD untuk menangani para korban.
Sampai waktu jadwal kemo gendis, arfa belum menampakkan batang hidungnya. Hal itu membuat aura jadi khawatir tidak dapat memenuhi janjinya pada gendis.
Jeng...jeng...jeng... Seorang pria memasuki ruangan aura, wajahnya terlihat datar dan angkuh. Gilang, ya orang dengan wajah datar itu adalah gilang. Gilang bahkan datang tidak sendiri ada temannya vina yang mengekor di belakang gilang.
Walaupun gilang datang untuk menjenguk nyatanya ia hanya diam membisu, ia hanya diam memperhatikan aura dan vina yang mengobrol heboh menceritakan kejadian kecelakaan kemarin.
Bahkan aura sampai melupakan janjinya dengan gendis.
Sampai pintu kamar aura diketuk menampilkan ibunya gendis dengan wajah gusar.
" Neng aura!" kata ibunya gendis.
" Iya bu, oh maaf aura lupa." jawab cepat aura.
Ibunya gendis meminta aura segera datang ke ruangan gendis karena gendis mengamuk tidak mau kemo.
Secara tiba- tiba aura malah menarik gilang untuk dibawanya kekamar gendis. Benar saja ruangan sudah seperti kapal pecah dan perawat juga sudah kewalahan meladeni gendis.
" Gendis .... Kakak datang bersama dewa penjaga." ucap aura sambil menunjukkan genggaman tangannya dengan gilang kepada gendis. Dan secara ajaib gendis menghentikan aksinya sedangkan gilang hanya bisa tercengan disebut dewa penjaga oleg aura.
" Apalagi kelakuan gadis rese ini!" Ucap gilang dalam hati. Gilang hanya ingin tahu sejauh mana aura akan bertingkah.
" Dewa penjaga tolong hukum suster itu, karena sudah ganggu gendis!" Ucap gendis bersuara lantang meminta kepada gilang.
Dan aura si biang kerok menepuk jidatnya.
{ Bersambung }
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments