Aura sungguh merasa sedih, mengapa gilang begitu acuh dan ketus padanya.
Bahkan gilang seperti tidak mengenalnya. Teman- teman satu SD nya saja seperti disambut baik oleh gilang.
Aura jadi bertanya-tanya apakah ia dahulu melakukan suatu kesalahan pada gilang.
Aura masih menunggu ojek on line nya saat fahmi kakak tingkatnya berhenti di depan aura.
" Ra, belum datang ojeknya?" tanya fahmi.
" Iya kak, ini masih nunggu." sahut aura.
" Mau bareng sama aku?"
" Gak deh kak makasih, mungkin bentar lagi juga datang ojeknya."
" Ya udah aku temenin kamu sampai ojeknya datang!"
" Gak usah kak nanti malah ngerepotin kakak."
Karena fahmi juga memaksa, aura jadi menyetujui keinginan fahmi. Lagi pula hari semakin gelap.
Di sebrang jalan seseorang mengepalkan tangannya sampai buku- buku jarinya terlihat memutih. Rasanya begitu kesal menatap kedekatan aura dengan kakak tingkatnya.
Hampir sepuluh menit aura menunggu ojeknya datang. ojek on line nya datang dan aura langsung berpamitan serta mengucapkan terimakasih pada fahmi karena menemaninya.
Sampai ojek aura menghilang dari pandangan orang yang tadi memperhatikan aura juga mengemudikan mobilnya.
Aura sampai rumah lewat dari magrib, ia segera membersihkan diri dan menunaikan kewajibannya. Nampak sekali aura tidak bersemangat membuat ibunya bertanya- tanya.
Padahal yang ibu aura tahu, putri memenangkan perlombaan, tapi entah kenapa aura malah bermuram durja.
Bahkan aura lebih memilih makam malam dikamarnya. Dan tentu saja itu bukan kebiasaan aura. Karena sebisa mungkin aura pasti tidak akan melewatkan makan malam bersama keluarganya.
Ayah dan juga kakaknya menanyakan keberadaan aura pada ibu. Dan ibu menjelaskan sesuai dengan apa yang dilihatnya.
" Apa aura mempunyai masalah yang berat?" tanya ayah kepada ibu.
" Ibu juga gak tau yah, tapi nanti ibu coba bicara sama aura." jawab ibu.
ayah dan kakak aura mengangguk menyetujui apa yang ibu katakan.
Sementara di dalam kamar aura merebahkan tubuhnya dan menutupi wajahnya dengan bantal. Aura masih kesal dengan gilang dan ia benar- benar merasa sedih. Bahkan masih jelas tersengar nada sinis gilang saat aura tadi menyapanya.
Makanan yang tadi ibu antarkan juga belum di sentuh sama sekali oleh aura. Ibu mengetuk pintu kamar aura meminta izin untuk masuk dan berbicara dengan aura.
Dengan malas aura mengizinkan ibu masuk. Ibu duduk di pinggir ranjang aura. Ibu membelai rambut panjang aura dengan sayang.
" Apa terjadi sesuatu hal yang buruk di tempat perlombaan?" tanya ibu lembut.
" Bu, boleh aura bertanya?" Ibu menggangguk.
" Jika seseorang berlaku sinis pada kita, apa itu berarti kita memiliki kesalahan pada orang tersebut?"
" Memang ada yang sinis sama kamu?" tanya ibu balik.
" Ih ibu aura nanya malah nanya balik."
" Udah putri ibu jangan sedih- sedih hanya karena sikap orang yang gak baik sama kita, sekarang aura makan dan lanjut shalat setelahnya tidur. Jangan banyak berpikir yang buruk nanti merusak hati kita." Ucap ibu panjang lebar menasehati aura.
Aura tipe anak yang dekat dengan kedua orangtuanya, tapi aura juga suka memedam masalahnya sendiri. Ia akan bercerita jika masalahnya sudah selesai. Jadi ibu hanya bisa memberikan nasehat untuk aura.
Aura langsung melaksanakan perintah sang ibu begitu ibu keluar dari kamarnya.
*****
Aura sudah sampai kampus dan menghampiri teman- temannya yang asik mengobrol di kelas sambil menunggu waktu masuk. Mereka membicarakan kegiatan lomba kemarin. Teman aura yang tidak hadir kemarin juga mengucapkan selamat atas prestasi yang aura raih, mereka bangga mempunyai teman seperti aura.
" Ra, pulang kampus kita belajar bareng yuk di perpus?" ajak dani seorang teman aura.
" Boleh. Sama yang lain jugakan?" tanya aura.
" Ya iyalah kita juga ikut, keenakan dani kalau dibiarin berduan sama lu di perpus." sahut teman aura yang lain.
" ntar lu ajarin kita- kita materi yang kemarin di kasih sama bu dewi ya!"
" Sip!" jawab aura sambil mengacungkan jempolnya.
Karena kegiatan kampus yang padat dan janjinya aura belajar sama teman- temannya aura jadi melupakan kejadian kemarin.
Lagi pula apa yang dikatakan ibunya juga benar, makanya aura mencoba melupakan hal tentang sikap gilang.
Tapi apa daya, tepat aura ingin menuju perpus, dijalan ia malah berpas- pasan dengan gilang. Aura mengontrol dirinya agar bersikap biasa saja.
Tepat berada di depan mata, mereka berdua seperti orang yang tidak pernah mengenal. Baik gilang ataupun aura diam tidak saling menyapa dan bertegur sapa.
Aura terlalu kapok jika harus menyapa dan mendapatkan respon seperti kemarin. Aura berpikir biarlah ia berpura- pura tidak mengenal gilang dan anggaplah mereka tidak saling mengenal satu sama lain.
Aura menoleh ke belakang memperhatikan kemana arah langkah gilang. Gilang menuju ruang rektor karena jalan yang di lalui gilang hanya menuju ke ruang rektor saja.
Walaupun penasaran, aura mencoba menepisnya. Ia bertekad untuk tidak lagi berhubungan apapun dengan gilang.
Teman - teman aura sudah menunggu aura, dan terlihay senang saat aura datang. Mereka segera memulai acara belajar bersama dengan tenang. Aura sendiri dengan sabar menjelaskan materi yang tidak dimengerti oleh teman- temannya.
Selain pandai aura juga tidak pelit ilmu, jika memang temannya membutuhkan bantuannya aura selalu membantu mereka. Jadilah sekarang terbentuk aura dengan image cewek cantik dan baik hati.
Tak ada yang tidak terpikat dengan pesona seorang aura. Bahkan banyak teman seangkatan atau pun kakak tingkatnya yang menaruh hati pada aura. Banyak juga yang menyatakan cintanya pada uara.
Tapi sayangnya aura selalu saja menolak cowok- cowok tersebut.
Aura tidak mau terlibat cinta dan mengakibatkan prestasinya merosot. Aura selalu menolaknya setiap pria dengan lembut, jadi walaupun mereka kecewa ditolak oleh aura mereka tidak malah membenci aura.
Bahkan orang- orang salut pada aura yang selalu memang prinsipnya tapi tidak melukai hati orang lain.
Selama dua jam mereka menghabiskan waktu belajar di perpus. Satu persatu balik meninggalkan kampus, begitu juga dengan aura. Aura sudah siap untuk menjalakan motornya saat bu dewi memanggil namanya.
Bu dewi datang diikuti oleh orang yang aura sangat kenal.
" Aura kamu sudah mau pulang?" tanya bu dewi.
" Iya bu, ada apa ya?"
" Kenalkan dulu ini gilang keponakan pak rektor, kamu juga pasti ingat gilang adalah lawan kamu kemarin." ucap bu dewi memperkenalkan gilang.
" Iya bu." jawab aura sungkan. Bu dewi meminta aura dan gilang berkenalan. Aura terpaksa mengulurkan tangannya menjabat tangan gilang.
Begitupun dengan gilang menjabat tangan aura dengan kencang membuat aura sedikit kesakitan. Aura jelas meringis dan melolot tidak terima dengan perlakuan gilang.
Gilang hanya menampilkan sederetan giginya yang bersih seperti tidak melakukan hal yang salah sama sekali. Itu benar- benar membuat aura kesal bukan main.
{ Bersambung }
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments