Entah apa kesalahan aura pada gilang sehingga gilang menjadi seperti itu. Bahkan berpura- pura tidak mengenalnya.
Masih terasa sakit genggaman tangan gilang, sepanjang perjalanan pulang aura sungguh tidak bisa konsentrasi sampai seorang anak menyebrang dan hampir saja aura menabraknya jika tidak dengan segera aura membanting stir ke kiri.
Jadilah sekarang aura yang menabrak tiang listrik. Motor bagian depan juga penyok dan lampu depannya juga pecah.
Darah mengalir dari kepala aura akibat kepalanya bertubrukan dengan stang motornya.
Orang- orang membantu aura, sesat aura masih sadar dan menatap sekeliling, tapi kepalanya serasa sakit dan membuat kesadaran aura menghilang.
Sebelum kesadarannya menghilang samar aura melihat gilang menolongnya.
Gilang yang memang melintasi jalan yang sama dengan aura heran saat mobilnya terkena macet, samar ia mendengar seorang gadis kecelakaan tunggal menabrak tiang listrik. Orang yang bercerita juga menyebutkan ciri- cirinya sehingga perasaan gilang tidak enak. Ia langsung turun dari mobilnya dan berlari ke TKP.
Benar saja disana aura sudah berlumur darah dan menatap sekitar, gilang langsung menopang tubuh aura yang limbung tidak sadarkan diri.
Gilang berlari sambil menggendong aura menuju mobilnya. Dengan dibantu warga sekitar mobil gilang dengan lancar tanpa hambatan melaju menuju rumah sakit.
Beruntung rumah sakit tidak jauh dari dari tempat lokasi aura kecelakaan dan arfa kakaknya aura juga bertugas dirumah sakit tersebut.
Perawat mendorong brangkar di mana aura di baringkan dibawa keruang icu.
Arfa yang saat itu berada di kantin dikejutkan dengan informasi dari rekan kerjanya bahwa aura adiknya kecelakaan.
Arfa berlari menuju ruang icu dimana aura ditangani.
Sungguh arfa merasa hancur melihat keadaan aura sekarang, rekannya meminta arfa agar menunggu diluar saja, karena arfa terlihat sekali kacau.
Tadinya arfa bersikukuh untuk membantu membantu penangan aura, tapi rekannya tidak mengizinkan. Emosi arfa bisa membuat penangan tidak maksimal dan menggangu konsentrasi dokter lain.
Arfa keluar dan mendapati seseorang teman aura disana sedang mengunggu. walaupun orang terseabut banyak berubah secara fisik, tapi arfa tahu betul siapa dia.
" Gilang! Kamu gilang kan teman SD nya aura?"
" Iya kak."
" Kenapa kamu ada disini?"
" Saya yang bawa aura kesini kak!"
" Berarti kamu tahu penyebab aura kecelakaan."
" Maaf kak saya tidak tahu."
Gilang menceritakan awal mula kenapa ia bisa menolong aura sampai dengan dirumah sakit. Arfa mengucapkan terimakasih, mereka akhirnya mengobrol tentang kegiatan masing- masing sambil menunggu aura ditangani oleh dokter.
Dokter keluar dan menjelaskan tentang kondisi aura. Walaupun tidak ada hal yang fatal selain aura mendapat beberapa jahitan di kepalanya sejauh ini kondisi aura baik.
Arfa dan gilang merasa lega mendengarnya. Beruntung tidak ada hal yang serius. Kedua orangtua aura juga sudah ada dirumah sakit.
Arfa menghubungi kedua orantuanya dan mengabarkan kecelakaan yang dialami aura.
Melihat kondisi yang sudah kondusif dan aura juga sudah dipindahkan keruang rawat, gilang berpamitan pada keluarga aura.
Paman dan tantenya juga sudah berkali- kali menelepon menanyakan keberadaannya. Jadi gilang harus secepatnya pulang.
Gilang juga sudah lega, karena aura hanya mendapat luka yang tidak terlalu parah.
pinsang yang di alami aura juga hanya sebatas shock ringan.
Beberapa jam kemudian aura sadarkan diri. Ia memindai dimana sekarang berada, keadaan ruangan yang hening dengan tercium bau karbol dan dinding yang putih, membuat aura bisa menebak bahwa sekarang dirinya sedang berada dirumah sakit.
Aura juga melihat kedua orangtuanya tidur di sofa dengan ibunya yang tertidur dengan posisi duduk sedangkan ayahnya rebahan daj menjadikan paha ibunya sebagai bantal.
Sungguh merupakan pemandangan yang indah menurut aura, di usia mereka yang tidak lagi muda kedua orangtuanya masih terlihat mesra dan dekat.
Tenggorokan aura benar- benar terasa kering, ia mencoba meraih gelas yang ada disamping ranjangnya. Kepalanya masih terasa sakit dan aura juga mengingat tadi saat kecelakaan kepalanya mengeluarkan banyak darah.
" Pantas saja kepalaku sakit." gumam uara pelan sambil meminum aira dalam gelas yang tadi berhasil aura raih.
Aura mencoba mengingat kejadian naas tersebut, tapi sungguh setelah ia memejamkan mata, uara tidak mengingat kejadian setelahnya.
Siapa yang membawanya kerumah sakit, bagaimana keadaan motornya dan pikiran lainnya.
Aura menampik bahwa diakhir kesadarannya melihat sosok gilang, tidak mungkin juga gilang mau menolongnya dengan sikap yang gilang tunjukkan selama ini pada aura.
Aura kesal karena gilang masih berputar dalam pikirannya. Seperti kaset rusak yang selalu berulang- ulang merekam kejadian saat aura meilhat sosok gilang.
Arfa tiba- tiba masuk keruang rawat aura dan mendapati aura sedang memukul- mukul kepalanya. Arfa jelas saja jadi panik. Bagiamana pun aura kepala aura baru mendapatkan jahitan.
" Aura apa yang kamu lakukan?" seru arfa.
" Kakak!"
Arfa langsung menahan tangan aura agar tidak memukul kepalanya.
" kamu mau geger otak, memukul kepalamu sendiri?" ucap arfa.
" Kak siapa yang membawa aura kerumah sakit?" tanya aura kemudian.
" Teman kamu."
" Siapa?" tanya aura lagi.
" Teman SD kamu, gilang kalau gak salah."
Berarti aura tidak sedang berhalusinasi, aura memang benar melihat sosok gilang setelah kejadian kecelakaan.
" Kamu harus berterimakasih padanya. Eh tapi bukannya tuh anak pindah keluar pulau ya, kok tuh anak bisa ada disini?" heran arfa.
" Dia pindah kesini lagi, sekarang masuk ke universitas yang sama dengan aura."
" Wah berarti kamu sekarang ada saingan berat dong!" ucap arfa sambil terkekeh. Arfa tahu betul bagaimana sang adik selalu bersaing dengan gilang.
" Tapi dia gak satu fakultas dengan aura kak, dia ngambil management bisnis." ucap aura lagi.
" Wah ternyata dia mau jadi pengusaha ya?"
Aura hanya mengangkat bahunya pertanda tidk tahu. Lagi pula aura juga malas jika harus berpikir tentang gilang.
" Ra, kamu cocok tuh sama si gilang, dia bisa membantu kamu membuka rumah sakit buat kamu. Gaet aja ra." goda arfa.
Aura tidak menanggapi arfa, karena percuma, arfa juga pasti akan terus meledeknya jika aura menanggapi ledekan arfa.
Mendengar suara kekehan dari arfa, ayah dan ibu aura terbangun dan melihat interaksi antara kedua anaknya. Arfa memang jahil jika aura sedang sedih. Sebisa mungkin arfa akan menghibur aura sampai aura bisa tertawa.
" Arfa jangan ganggu adikmu!" suara ayah memperingati arfa. Merasa dibela, aura menjulurkan lidahnya meledek arfa.
" Rasain tuh dimarahin ayah!" ucap aura kemudian. Orangtua aura lebih lega melihat aura sudah ceria kembali, itu berarti kondisi aura baik- baik saja.
Gilang sampai rumahnya dan sekarang sedang berbincang dengan paman dan tantenya. Gilang menceritakan kenapa ia terlambat pulang. Gilang juga meminta izin esok hari untuk menjenguk aura selesai kuliahnya.
{ Bersambung }
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments