Part 4

Motor CBR 250R milik Kevin telah memasuki halaman rumah yang megah bahkan sangat besar di kota A, namun tampak sangat sunyi seperti tak berpenghuni lalu Kevin turun dari motor CBR 250R miliknya setelah melepas helm di kepalanya.

"Huh"

Kevin membuang napasnya dengan kasar saat melangkah masuk ke dalam rumah yang tampak seperti rumah hantu, sepi sunyi menjadi satu dan ia terus melangkah menuju lantai atas dimana kamar tidurnya berada.

Tiba di dalam kamar Kevin segera melempar tas ranselnya ke atas ranjang tidur, lalu berjalan ke arah kamar mandi dan melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya dan memilih berendam di dalam bathtub.

Setengah jam Kevin habiskan berendam setelah itu ia segera membilas tubuhnya dan menyelesaikan ritual mandinya, kemudian Kevin keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya yang menampakan roti sobek di perutnya.

Selesai memakai baju santai, Kevin memilih duduk di balkon yang ada di kamar tidurnya dan seperti biasa ia habiskan waktunya hanya duduk sembari menghisap tembakau yang telah menjadi candunya meski sang papa sering kali memarahinya.

Tanpa terasa matahari telah terbenam di ufuk barat kini berganti gelapnya malam yang di terangi oleh rembulan, Kevin masih tak bergeming dan tetap duduk di balkon kamar tidurnya memandangi jalanan pusat kota.

Tok....Tok....Tok

"Tuan muda, makan malam sudah siap" ujar Salah satu ART di kediaman Kevin

Kevin yang berada di balkon mendengar panggilan tersebut, tanpa menyahut ia segera bangkit lalu melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar dan menutup pintu ke arah balkon kemudian keluar dari kamar dan menuju lantai bawah.

Di ruang makan tak ada siapapun melainkan diri Kevin sendiri, namun di atas meja makan telah banyak makanan terhidang disitu bahkan terlihat semua hidangan itu sangat lezat dan mengugah selera siapapun yang melihatnya.

Tapi Kevin justru tak bernafsu untuk menyantap makanan tersebut, namun ia tetap memilih duduk di salah satu kursi makan menghargai ART di kediamannya yang telah susah payah menyiapkan semua makanan tersebut.

Tap

Tap

Tap

Saat tengah menikmati makan malam sendiri dan karena keadaan suasana di kediamannya sangat sepi, Kevin bisa mendengar ada langkah kaki yang sangat ia kenal dan baru saja menoleh ke arah belakang ternyata seseorang yang di kenal Kevin telah berdiri tegap di belakangnya.

"Pa....." ucap Kevin hendak menyapa namun sang papa hanya menatap Kevin sekilas lalu melanjutkan langkah kakinya menuju kamar utama

Kevin yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa menghela napas panjang, nafsu makannya jadi benar-benar hilang dan ia pun memilih mengakhiri acara makan malamnya dan kembali ke kamar tidurnya yang berada di lantai atas.

Kehidupan Kevin terlihat sangat menyedihkan namun tidak dengan kehidupan Raya, ia bahkan merasa selalu bahagia apalagi orang-orang di sekitarnya sangat sayang dan peduli dengannya seperti saat ini.

Sang papa yang tau ia habis terjatuh dari motor, panjang lebar sang papa berbicara melarang Raya untuk mengendarai motor untuk sementara waktu selama luka di lengan dan di lutut Raya belum sembuh.

Namun Raya juga terus berusaha menjelaskan pada sang papa bahwa ia baik-baik saja hanya luka kecil, Raya tau sang papa sangat khawatir dengan keadaannya namun Raya tak mau di anggap anak kecil terus menerus oleh sang papa.

Apalagi usianya sekarang sudah tujuh belas tahun lewat bahkan setengah tahun lagi akan memasuki usia delapan belas tahun, setelah musyawarah dengan baik-baik akhirnya sang papa mengalah dan membiarkan Raya untuk pergi ke sekolah dengan mengendarai motor.

Namun dengan syarat jika terjatuh lagi dari motor sampai lulus sekolah nanti Raya takkan di izinkan untuk mengendarai motor lagi, dan Raya menyetujui syarat dari sang papa karena jatuh dari motor bukan keteredorannya melainkan karena ulah manusia nyebelin siapa lagi kalau bukan Kevin.

"Ya udah, ayo habiskan makanannya" kata Rangga yang selalu tak bisa terlalu keras dengan sang putri karena ia sangat menyayangi Raya

"OKE, my dad"

Dengan mata di kerlip-kerlipkan oleh Raya, sehingga membuat sang mama dan sang adik geleng-geleng kepala dengan tingkah Raya yang memang selalu bisa membuat suasana di rumah ini terasa sangat ramai.

Selesai makan Raya memilih langsung masuk kamar hendak memeriksa mata pelajaran besok takut-takut ada PR yang belum ia kerjakan, sedangkan kedua orang tuanya beserta sang adik memilih duduk di ruang keluarga menonton TV.

Tiba di kamar satu persatu Raya memeriksa mata pelajaran besok sekalian memasukan buku pelajaran ke dalam tas ranselnya, hal tersebut di lakukan Raya dari mulai ia duduk di bangku SD karena sang mama yang selalu mengajarinya jadi anak disiplin.

Hingga sampai ia sudah duduk di bangku SMA jadi ia terbiasa dengan semua itu, selesai memasukan buku pelajaran dan memeriksa kalau-kalau ada PR setelah di pastikan tak ada Raya memilih membuka sedikit materi pelajaran buat besok.

Hanya dua puluh menit Raya belajar, setelah itu ia memilih keluar dari kamar dan bergabung dengan kedua orang tuanya beserta sang adik yang saat ini tengah asyik menonton TV.

"Ma, adik ngantuk mau ke kamar dulu" kata Sang adik yang memang dari tadi menguap menahan rasa kantuk

"Mau mama temani gak?" tanya Sisil pada anak bungsunya itu yang kini berusia 10 tahun dan duduk di bangku SD

"Gak, usah ma"

Sang adik pun langsung beranjak dari duduknya dan meninggalkan semua yang ada di ruang keluarga, kini tinggal Raya dan kedua orang tuanya lalu mereka bertiga mulai terlibat obrolan tentang seputar sekolah Raya yang sekarang duduk di kelas tiga SMA.

Yang artinya sebentar lagi lulus sekolah dan akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu universitas, namun Sisil dan Rangga takkan memaksa sang putri biarkan sang putri yang menentukan pilihan ingin masuk ke bidang apa.

"Raya pengen jadi desainer dan ingin memiliki butik sendiri" jawab Raya setelah mendapat pertanyaan dari kedua orang tuanya tentang cita-cita yang di inginkannya

"Semoga tercapai apapun yang Raya inginkan" kata Sisil sembari mengelus rambut panjang milik sang putri yang tergerai

"Terima kasih, ma pa. Maafin Raya gak mau ikut terjun ke bisnis mama sama papa" kata Raya sembari memeluk kedua orang tuanya merasa bersalah tak bisa meneruskan bisnis sang mama

"Gak apa-apa, yang penting kebahagian kamu yang utama" kata Rangga yang memang tak masalah jika ia masih harus sibuk dengan perusahaan milik Sisil meski di usia yang sudah lanjut sekarang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!