Episode 3

Aris masuk ke kantor dengan nafas yang masih terengah-engah, ia sangat takut jika pak Hartono akan memarahi dirinya. Setelah sampai ruang kerjanya Aris melihat Nadia yang sedang duduk di meja kerjanya.

"Bu Nadia, maaf saya datang terlambat."

"Tidak apa apa mas, lagian aku sudah minta izin pada ayah. Kenapa mas Aris tidak membaca pesan ku?"

"Maaf, aku tak melihat pesan dari mu, aku hanya melihat jam menunjukan pukul 10 jadi aku langsung cepat cepat datang kesini." Nadia tersenyum menertawakan aris.

"Mas kamu ini ada ada aja, lagian tak apa apa kau datang siang, aku sudah meminta izin pada ayah." Nadia berdiri dari tempat duduknya lalu ia berjalan ke arah Aris, di genggam nya tangan Aris dengan kelembutan.

"Aku mencintai mu mas," ucapnya, lalu ia memeluk Aris yang masih diam mematung yang tiba tiba mendapat pelukan dari Nadia.

"Apa maksud mu Nadia," ucapnya dengan gugup.

"Aku mencintai mu mas, aku tahu kau sudah beristri tapi bagiku kau segalanya, aku tak apa apa jika harus jadi istri kedua mu mas."

Cup dengan berani Nadia mengecup bibi Aris singkat, Aris mengepalkan tangannya hasratnya ingin membalas kecupan Nadia namun ia tahan ia tak boleh gegabah dalam melakukan sesuatu.

"Em kalau gitu aku mau mengecek berkasnya dulu Bu," Nadia tersenyum melihat kegugupan Aris, ia sangat bahagia karena Aris tak menolaknya.

***

Atika sedang sendirian di taman belakang, ia memikirkan suaminya yang tak kunjung memberi kabar. Wanita cantik yang masih berusia 30 tahun itu baru kali ini dirinya merasa kesepian setelah suaminya mulai sedikit berubah, sebelumnya Aris sangat romantis ia selalu memanjakan istrinya bahkan ia sering memperlakukan istrinya dengan baik.

"Mas aku rindu, entah kenapa akhir akhir ini aku sering merindukan mu." Gumamnya, kemudian Atika mengambil ponselnya dan mencari nama suaminya lalu ia menekan tombol hijau untuk menghubunginya.

Akan tetapi nomor telepon tidak aktif, Atika menaruh ponselnya kembali dengan perasaan kecewa. Ia melanjutkan aktifitasnya kembali agar tidak termenung memikirkan sang suami.

"Lebih baik aku menanam bunga saja, sepertinya sudah lama aku tak menanamnya lagi.

"Kak Atika!" Panggil seseorang yang baru saja datang, dia adalah adik dari suaminya yang bernama Intan.

"Intan, sejak kapan kau disini?" Atika dan juga Intan saling berpelukan melepas rasa rindu yang amat dalam.

"Baru saja kak, aku memanggil kakak dari tadi tapi tak ada yang menyahut. Rupanya kakak berada disini."

"Ya kakak lagi asyik menanam bungan, sejak kapan kamu pulang kesini Tan?"

"Kemarin kak, aku sudah selesai magangnya jadi aku ingin menemui kak Atika kesini."

Intan adalah adik dari suaminya, ia sangat menyayangi kakak iparnya walaupun ibunya tidak menyukai Atika, namun Atika masih memiliki Intan yang baik padanya.

"Kak kita makan diluar yuk, udah lama nih ga makan bareng,"

"Boleh deh lagian kakak juga sudah lama tidak makan diluar,"

"Ya sudah ayo kak, kebenaran aku bawa mobil punya ayah."

"Ya sudah tunggu sebentar kakak mau cuci tangan dulu."

Mereka berdua pun pergi ke restoran tempat yang biasa mereka kunjungi dulu, jaraknya tak jauh dari tempat kerjanya Aris.

"Kak mau pesan apa? hari ini aku yang akan traktir kakak,"

"Wah asyik... kakak bisa makan gratis," ujarnya dengan penuh kebahagiaan karena adik iparnya ini sudah dewasa dan sudah bisa berbagi.

Mereka berdua sangat menikmati makannya sambil mengobrol tentang kehamilan Atika yang sudah lama Intan tunggu ingin segera mempunyai keponakan dari kakak iparnya itu.

"Jaga kesehatan ya kak, aku menunggu keponakan ku yang masih dalam perut sepertinya pasti akan lucu," ucapnya dengan ekspresi gemas pada perut Atika.

"Sabar dong sebentar lagi juga pasti akan launching, mas Aris juga sangat menunggu kelahiran anaknya, pasti mas Aris sangat bahagia karena sudah menunggu 5 tahun lamanya." Entah kenapa menyebutkan nama suaminya ada rasa sedih dalam hatinya.

Intan tak sengaja melihat seseorang yang di kenalnya, ia memperhatikan dari kejauhan. Intan tak menyangka melihat kakak lelakinya yang sedang bersama dengan seorang wanita yang menggandeng tangannya. Namun tidak dengan Atika, ia tak melihat suaminya karena ia duduk membelakanginya.

'Itu kan kak Aris! kenapa kak Aris jalan sama seorang wanita, ya tuhan bagaimana ini? aku tak mau kak Atika melihatnya, aku kasihan pada kak Atika yang sedang mengandung'

Intan mencari cari agar kakak iparnya tidak melihat suaminya yang sedang bersama wanita namun bisa saja Aris beralasan bahwa yang bersama dengannya adalah atasannya tapi sepertinya mereka sangat romantis seperti bukan atasan dan bawahan melainkan seperti seorang kekasih.

Ya, perlahan Aris sudah mulai nyaman dengan Nadia karena ia lebih sering banyak waktu bersama Nadia dari pada istrinya.

"Aduh kak! perut Intan sakit sekali, pulang yuk kak."

"Loh ini kan makanannya masih banyak Tan, sayang loh,"

"Tak apa apa kak, nanti kita beli lagi ya. Intan gak kuat ini sakit sekali."

"Ya sudah ayo kalau gitu kita ke dokter," ajaknya.

Namun Atika merasa aneh dengan mimik wajah Intan yang seperti ketakutan, ia tidak seperti terlihat orang yang sedang kesakitan.

'Akhirnya selamat ya tuhan, lihat saja kak Aris aku akan marah pada mu jika bertemu dengan mu'

"Loh ini kan jalan pulang Tan, katanya kamu mau ke dokter?"

"Gak jadi kak, sakit perut ku tiba tiba saja hilang."

"Kamu ini ada ada saja Intan,"

"Hehehe maaf ya kak, kalau gitu intan traktir bakso pinggir jalan mau?" Mata Atika langsung berbinar sudah sejak lama Atika ingin makan bakso pinggir jalan di karenakan suaminya sibuk terus Atika tidak berani untuk mengajaknya.

"Sudah lama kakak menginginkan bakso pinggir jalan Tan, akhirnya kamu yang ajak kakak."

"Memangnya kak Aris tidak pernah ajak kakak?"

"Mas Aris sibuk kerja terus bahkan tiap hari mas Aris selalu pulang malam, jadi kakak tidak tega berbicara pada mas Aris."

"Ya ampun kak lain kali ngomong saja kalau sesuatu jangan di pendam nanti anaknya ngidam loh."

"Ya gimana lagi Tan, kakak tak mau mengganggu istirahat mas Aris karena mas Aris tak pernah libur."

Intan merasa kasihan pada kakak iparnya, rasanya ia ingin segera bertemu dengan kakaknya dan ingin memarahinya karena sudah berani menyianyiakan Atika, Intan sangat menyayangi Atika ia sudah menganggapnya kakak kandung sendiri. Sudah sejak kecil Intan sangat menginginkan kakak perempuan karena ia menginginkan teman curhat sesama perempuan dan pada akhirnya Intan memiliki kakak ipar perempuan yang sangat ia sayangi.

Terpopuler

Comments

Dandelion

Dandelion

semoga atika kuat saat suaminya mendua...

2023-05-17

0

Sukliang

Sukliang

untung msh punya adik ipar yg baik

2023-05-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!