Memangnya Siapa Tuan Gerald

Seorang pengawal membukakan pintu di mana Anesya berada. Anesya turun dari dalam mobil tanpa bicara sama sekali. Tatapannya melihat ke arah mall yang begitu megah, sejak dahulu Anesya ingin sekali menjejakkan kakinya di mall terbesar yang ada di negara ini, tapi Anesya tak berani melakukannya karena mall ini terkenal dengan julukan mall para orang kaya.

“Tu-tuan untuk apa kita di sini?” tanya Anesya pada Tuan Gerald ketika lelaki itu sudah ada di sampingnya.

“Mencuri, memangnya apa lagi,” jawab Tuan Gerald asal.

Ucapan Tuan Gerald seakan menyerap semua cairan kemerahan di wajah Anesya hingga membuat wajah itu nampak seputih kertas. Dengan susah-payah akhirnya Anesya bisa meneguk salivahnya sendiri yang terasa getir, mengedarkan pandangan ke sekitarnya dan terdapat begitu banyak lelaki dengan tubuh kekar dan juga menggunakan tuxedo hitam yang sedang berjaga-jaga di luar dan bagian dalam mall ini. Semua pengunjung mall yang berasal dari kaum sosialita terus saja menatap ke arah Tuan Gerald. Mereka semua pasti tentu saja tak ingin melewatkan pemandangan yang ada di hadapannya sekarang, sangat jarang sekali lelaki berpengaruh seperti Tuan Gerald muncul di publik.

“Ak-aku tak mau terlibat dalam hal ini,” batin Anesya.

“Sepertinya dia mempercayai apa yang barusan aku katakan, bagaimana mungkin ada wanita sepolos dirinya,” batin Tuan Gerald gemas sendiri melihat pemikiran wanitanya sekarang.

“Ayo kita masuk sekarang!” Titah Tuan Gerald.

“Ak-aku tak bisa, aku ada urusan lain,” jawab Anesya sembari memutar tubuhnya hendak kabur, tapi sayangnya seorang lelaki menghadang jalannya. Dan lelaki itu adalah Van-asisten Tuan Gerald sendiri.

“Minggir Tuan, apakah kau tak bisa membiarkan aku kabur dan berpura tak melihat saja,” pinta Anesya dengan polos. Lelaki di hadapannya tak menjawab dan hanya menundukkan pandangannya saja.

“Sayang, jika ia berpura tak melihatmu maka bisa aku pastikan jika detik itu juga Van akan kehilangan penglihatannya dan seketika dunianya hanya akan dipenuhi dengan gelap gulita.

Tubuh Anesya langsung menegang setelah mendengarkan kata-kata penuh ancaman itu. Lelaki di hadapannya ini begitu mengerikan sekali. Ia tak boleh mengambil tindakan gegabah untuk kabur darinya, atau dirinya akan meninggal di detik itu juga.

Saat ini Anesya sudah ada di dalam mall. Rasa takut yang tadi sempat Anesya rasakan kini melebur dan tergantikan dengan rasa takjub ketika netranya mengamati bagian dalam mall ini. Anesya melihat salah satu butik yang menjual piyama tidur, entah mengapa ia begitu tertarik hingga tanpa sadar kedua kakinya melangkah menuju ke butik tersebut. Seorang penjaga butik menghentikannya begitu saja.

“Nona, kau mau kemana?” tanya sang penjaga butik dengan kedua tangan yang terlipat angkuh di dada.

“Aku ingin melihat piyama tidur berwarna hitam itu,” kata Anesya sembari menunjuk dengan pandangannya.

Pelayan toko tak menjawab ia justru melihat ke arah baju yang sekarang sedang Anesya kenakan. “Kau tak akan bisa membelinya karena harga piyama tidur itu 50 kali lipat dari dress murah yang sekarang sedang kau kenakan,” kata sang penjaga butik dengan tatapan menghina dan juga merendahkan.

Anesya langsung tersadar jika ia hanya rakyat biasa, mana mungkin dirinya bisa membeli baju di butik mahal ini. Anesya sadarlah. Anesya baru ingat jika ia tadi berjalan dengan lelaki asing itu dan kini ia lepas dari pandangan lelaki asing yang akan mencuri di mall ini. Anesya beruntung karena ia bisa kabur sekarang, ia buru-buru memutar tubuhnya hendak melangkah keluar dari butik ini, tapi tak disangka jika malah menabrak seseorang.

“Ma-maafkan saya,” kata Anesya. Hidungnya menghirup aroma parfum mint yang begitu ia kenali, ya ini adalah aroma parfum lelaki asing itu. Anesya mengangkat pandangannya melihat ke arah Tuan Gerald dan lelaki itu tak menatapnya, tapi menatap penjaga butik ini dengan tajam sekali.

“Tuan Gerald, maafkan atas kelancangan wanita ini yang sudah berani menghalangi jalan Anda,” kata sang penjaga butik dengan tersenyum ramah.

“Tuan Gerald, aku seperti pernah mendengar namanya tapi di mana?” tanya Anesya yang tiba-tiba merasa amnesia ringan.

Anesya melihat ke arah penjaga butik ini, penjaga butik itu hendak menyentuh Anesya, tetapi tangan lelaki asing yang ada di dekatnya segera mencengkram pergelangan tangan penjaga butik ini dengan rahang yang mengeras.

“Jangan pernah berani menyentuhnya dengan tangan kotor kamu.” Tuan Gerald menghempaskan penjaga butik ini hingga jatuh ke lantai. Semua penjaga butik yang melihat akan hal itu langsung merinding ketakutan.

“Tu-tuan Gerald memangnya apa salah saya?” tanya sang penjaga butik.

“Kau berani menyentuh wanitaku! Enyah dari pandanganku sekarang atau kau mau hukuman mati.” Bentakan Tuan Gerald menggema ke dalam butik yang sunyi ini. Sorot mata polosnya seakan bisa membekukan semua benda yang ada.

“Tu-tuan jangan melakukan kekerasan pada seorang wanita,” kata Anesya. Anesya memang merasa marah dengan kata-kata wanita ini yang menyakiti dan juga merendahkannya tadi, tapi Anesya juga tak suka jika ada wanita yang disakiti tepat di depan matanya.

“Van!” panggilan penuh perintah itu sudah membuat Van hafal.

“Ya, Tuan,” jawab Van dengan kepala yang tertunduk.

“Kirimkan semua piyama tidur model terbaru ke kediamanku!” titah Tuan Gerald pada asistennya.

“Sesuai dengan perintah Anda, Tuan,” jawab Van patuh seperti biasanya.

Anesya langsung melongo dan ia menatap dari ujung kaki sampai naik ke puncak kepala Tuan Gerald.

“Jangan pernah berpikir jika aku yang akan mengenakannya,” kata Tuan Gerald dengan menyentil kening Anesya.

“Kalau tidak Anda pakai lalu untuk apa?” tanya Anesya polos. "Tuan, Anda jangan terlalu banyak kalau mencuri nanti pemilik butik ini akan bakrut," kata Anesya dengan polos.

"Astaga dia lugu sekali," ujar Tuan Gerald di dalam hati.

***

Anesya melongo melihat semua barang mahal yang kini sedang memenuhi rumah sahabatnya. Lia mengucek kedua matanya ketika ia keluar dari kamar dan melihat begitu banyak paper bag yang hampir saja memenuhi ruangan tamu rumahnya ini.

“Anesya, ini semua milik siapa?” tanya Lia.

“Entahlah,” jawab Anesya seraya mengangkat kedua pundaknya hampir tak percaya jika ini semua adalah miliknya.

Lia mengambil salah satu paper bag yang memiliki merek ternama. “Astaga! Anesya ini adalah merek terkenal itu dan lihatlah harga piyama tidurnya mahal sekali, andaikan aku bisa memilikinya,” kata Lia dengan sangat antusias. Wanita itu bahkan sampai menempelkan piyama tidur itu ke tubuhnya.

“Ambilah jika kau mau,” jawab Anesya dengan enteng.

“Benarkah aku boleh mengambilnya? Tapi ini milik siapa?” tanya Lia mencoba memastikan.

“Ini adalah milikku,” jawab Anesya.

"Siapa yang memberikannya? Apakah Diki?" tanya Lia.

"Bukan, tapi Tuan Gerald," jawab Anesya jujur.

Lia menyambar ponselnya yang ada di atas nakas kemudian mengetik pencarian akan nama tersebut disalah satu situs terpercaya. "Apakah ini adalah orangnya?" tanya Lia. Ia merasa tak yakin jika sahabatnya ini akan mengenal bangsawan seperti itu, tapi apa salahnya jika iseng bertanya.

"Ya, dia yang mencuri semua baju ini secara terang-terangan di depan umum dan yang aneh semua orang diam saja dan menuruti permintaannya seperti sedang terhipnotis," kata Anesya jujur.

"Kau bodoh sekali, kau benar-benar payah dalam mengenali seseorang," gerutu Lia merasa kesal melihat sikap Anesya.

"Memangnya siapa dia?" tanya Anesya masih dengan Kepolosan yang terlihat menyebalkan di mata Lia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!