Titah Tuan Gerald

Anesya mengedarkan pandangan ke sekitarnya mencoba mencari sosok yang sekarang sedang berbicara dengannya di telepon dan tidak di sangka lelaki itu duduk di belakang mejanya, lelaki tampan yang mengambil kesuciannya muncul secara tiba-tiba.

Sorot mata tajam dan juga membunuh itu membuat bulu kuduk Anesya meremang dengan begitu sempurna, apakah lelaki itu sedang cemburu padanya karena ia bersama dengan lelaki lain? Mana mungkin hal itu terjadi sedangkan mereka baru saja mengenal satu malam. Kira-kira seperti itulah yan sekarang sedang ada di dalam pikiran Anesya. Anesya hendak meminta ijin pada Diki untuk pulang lebih awal, tapi ia merasa jika hal itu kurang sopan, apalagi dirinya sedang meminta bantuan pada Diki.

“Anesya, aku ada urusan mendadak di rumah sakit, apakah tidak masalah jika aku pulang lebih awal?” tanya Diki pada Anesya.

“Tentu saja tidak masalah,” jawab Anesya seraya menghembuskan nafasnya dari mulut karena merasa lega.

Diki beranjak berdiri kemudian Anesya mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan, tapi Diki malah mengabaikan tangan Anesya yang sudah terulur di depannya kemudian Diki malah mengecup pipi Anesya.

“Sepertinya aku jatuh cinta pada kamu sejak pandangan pertama, bagaimana jika kita berpacaran beneran tanpa berpura-pura?” tanya Diki pada Anesya secara jujur. Kepolosan Anesya dan juga sikap malu-malunya sungguh membuatnya berbeda dengan gadis lain hingga Diki dengan begitu muda bisa jatuh cinta padanya.

Anesya diam membeku tak bisa mengucapkan satu patah pun, ia begitu terkejut dan juga tidak pernah menyangka jika Diki akan mengutarakan cinta pada pertemuan pertama. Diki mengulas senyuman ketika melihat Anesya hanya diam membeku tanpa membuka suara kemudian ia berkata,

“Aku tahu kamu pasti begitu terkejut sekali dengan pengakuan cintaku yang begitu tiba-tiba, jadi aku akan memberikan waktu untuk kamu memikirkan semuanya, aku benar-benar serius akan hal ini.” Setelah bicara Diki melenggang pergi begitu saja meninggalkan Anesya yang masih berdiri membeku di posisinya.

“Lelaki setampan itu mengajak aku berpacaran? Apakah aku begitu cantik sehingga ia langsung jatuh cinta padaku?” tanya Anesya pada dirinya sendiri. Anesya lupa jika kini ada sepasang mata yang sedang mengamatinya dengan begitu tajam sekali.

“Berani sekali berselingkuh tepat di depanku, Sayang.” Suara berat penuh akan penekanan itu menerobos masuk ke dalam indra pendengaran Anesya, perempuan itu langsung membeku di posisinya sekarang.

Sangking dekatnya posisi mereka berdua sampai aroma nafas mint yang menguar dari mulut Tuan Gerald seakan membelai wajahnya. Anesya mencoba untuk melangkah mundur, tetapi tangan kekar lelaki di hadapannya ini tiba-tiba menarik pinggangnya hingga membuat mereka berdua kembali berada di jarak yang begitu dekat sekali.

“Kau mau kemana, Sayang?” pertanyaan penuh akan kecaman itu terlihat nyata dari kedua manik tajam Tuan Gerald.

“Tu-tuan, kenapa Anda tiba-tiba bisa muncul di sini?” tanya Anesya.

“Aku kemari karena ingin memberikan hukuman pada kekasihku karena ia sudah berani makan malam dengan lelaki lain,” jawab Tuan Gerald dengan penuh kritikan. “Van! Siapkan mobil!” titah Tuan Gerald pada orang kepercayaannya.

“Baik, Tuan,” jawab Van seraya membungkukkan tubuhnya patuh.

Anesya sempat menolak masuk ke dalam mobil, tetapi Tuan Gerald memaksanya hingga membuat Anesya yang polos tak bisa menolak ataupun berniat melawan lelaki bertubuh kekar yang ada di hadapannya sekarang.

Sebenarnya siapa lelaki itu? Kenapa ia memiliki begitu banyak pengawal? Ataukah mungkin lelaki ini adalah buronan para polisi di negara ini? Atau mungkin dia merupakan salah satu pengedar barang terlarang yang ada di negara ini! Semua pertanyaan itu seakan memenuhi pikirannya, tapi Anesya tak bisa menjawabnya.

Tubuh Anesya bergetar seketika, ia merasa ketakutan dan menyesal sudah pasti, kenapa dia bisa terjebak dengan lelaki menakutkan seperti ini, andaikan saja malam itu pengaruh alkohol tak mengambil alih kesadarannya sudah bisa dipastikan jika ia tak akan pernah mengajak lelaki asing ini untuk menjadi kekasihnya. Anesya kamu bodoh sekali.

Tuan Gerald memperhatikan Anesya kemudian lelaki itu menggeser posisi tubuhnya hingga ada di samping sang wanita. Nesya hendak mengeser tubuhnya untuk menjauh karena merasa tak nyaman, namun Tuan Gerald lebih dahulu menaruh tangan kekarnya di pundak Anesya hingga membuat wanita itu terjebak dalam dekapannya. Tapi bagi Anesya ini bukanlah dekapan melainkan suatu ancaman.

“Sayang, apakah  kamu merasa ketakutan ketika ada di dekatku?” tanya Tuan Gerald. Satu jari telunjuknya menarik dagu Anesya hingga kini keduanya saling beradu pandang satu sama lain.

“Aku menarik kata-kataku untuk meminta menjadi kekasihmu, jadi setelah ini kita tak ada hubungan lagi, masalah malam kelam itu lupakan saja karena aku tak akan pernah menuntut apapun padamu.” Anesya sudah bersusah payah untuk menahan getaran dalam suarannya tapi ia masih tak bisa melakukanya. Lelaki asing di sampingnya pasti bisa  merasakan jika ia sedang ketakutan sekarang.

“Sayang, kau tak berhak mengakhiri hubungan ini karena yang berhak melakukannya hanya aku saja, jangankan manusia bahkan aku tak akan pernah melepaskan serangga kesayanganku kecuali hewan itu mati.” Tuan Gerald bicara seraya menggengam tangannya seakan serangga itu mati karena ia bunuh.

Dengan susah payah Anesya meneguk salivahnya sendiri. Tubuhnya semakin mengigil ketakutan, sekujur tubuhnya kini sudah mulai di rambati oleh keringat dingin, Anesya melirik ke arah handle pintu mobil, ia harus segera kabur dari dekapan lelaki aneh ini, Anesya harus melakukannya secepatnya atau semua akan terlambat karena bukan tidak mungkin lelaki ini akan membunuhnya.

“Nona, pintu mobil itu telah terkunci,” kata Van sembari menatap ke arah belakang dari kaca spion yang ada di atas kepalanya.

Tuan Gerald menatap tajam ke arah tangan Anesya yang sudah menyentuh handle pintu. “Sayang berani sekali kau mencoba untuk melukai dirimu sendiri, kau adalah milikku!” kata Tuan Gerald sembari memeluk Anesya semakin erat.

“Si-siapa kau? Aku minta maaf jika membuat kesalahan,” kata Nesya dengan isak tangis.

Pelukan Tuan Gerald mulai melogar dari bahunya, menatap gadis di hadapannya dengan wajah datar.

“Jika aku katakan kalau diriku tak seperti apa yang ada di dalam pikiranmu apakah kau akan percaya, Sayang?” tanya Tuan Gerald pada Anesya.

Anesya hanya diam, ia merasa tak yakin karena keduanya baru saja mengenal. Tuan Gerald bukannya marah ia  justru mengajak kedua ibu jarinya mengusap kedua pipi Anesya yang sudah di basahi oleh kristal bening. Memeluk gadis manis yang ada di hadapannya ini, mengusap punggung Anesya seakan mencoba menenangkan kekasihnya.

“Suatu saat kau akan mengetahui siapa aku, tapi percayalah jika aku bukan penjahat dan kelak jangan coba-coba mengakhiri hubungan ini karena itu akan percuma sebab hanya aku yang memiliki wewenang itu, jika aku tak meninggalkanmu maka selamanya kau tak akan bisa menjauh dariku.” Tuan Gerald bicara dengan penuh perintah dan bukan permohonan. Anesya paham akan hal itu.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

Gerald bukan orang sembarangan..

2023-11-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!