Mara turun ke bawah menuju meja makan dimana suami dan papanya sudah menunggunya di sana.
" Pagi Pa." Sapa Mara duduk di kursi yang biasa ia duduki. Ia tidak peduli dengan Arthur yang duduk di kursi sebelahnya.
" Pagi sayang." Sahut tuan Adi.
" Bi buatin aku jus mangga ya." Ucap Mara menatap bi Ningsih yang sedang membuatkan teh hangat untuk tuan Adi.
" Maaf Nona Mara, tidak baik menyuruh orang tua seperti itu karena bagaimanapun sekarang ibuku adalah ibu mertuamu." Ujar Arthur menatap Mara.
" Memangnya kenapa? Bi Ningsih asisten rumah tangga kan di sini? Dia bekerja di sini sebagai pelayan, jadi sudah tugasnya melayaniku. Lagian bisanya aku juga menyuruhnya. Dan apa tadi ibu mertua? Heh." Sinis Mara.
" Kalau aku menganggapmu suamiku itu baru bi Ningsih ibu mertuaku, kalau tidak bi Ningsih tetap asisten rumah tangga di rumah ini." Sambung Mara dengan jelas.
Tuan Adi memejamkan matanya menahan malu akibat perkataan putrinya.
" Mara... Apa yang dikatakan Arthur benar Nak. Bi Ningsih sekarang menjadi ibu mertuamu bukan pelayananmu. Dia di sini bekerja untuk Papa bukan untukmu lagi. Jadi hormati dia sebagaimana kamu menghormati ibumu sendiri." Ujar tuan Adi.
Mara memutar bola matanya malas.
" Tidak apa apa Tuan, mungkin Non Mara belum terbiasa saja." Sahut bi Ningsih.
" Ini Non jusnya." Bi Ningsih meletakkan segelas jus mangga di depan Mara.
Mara segera meminum jusnya tanpa mengucapkan terima kasih kepada bi Ningsih yang sekarang menjadi ibu mertuanya. Arthur menghela nafasnya pelan melihat ibunya di perlakukan seperti itu. Mungkin biasanya Arthur tidak masalah dengan sikap Mara terhadap ibunya, namun setelah menikah ia merasa Mara juga harus menghormati ibunya sama seperti ia menghormatinya.
Tanpa mempedulikan tatapan Arthur ataupun papanya. Ia mengambil nasi dan rendang sapi lalu mulai menyuapkan makanan ke mulutnya.
" Setelah sarapan kamu harus mengemasi barang barangmu Mara." Ucap tuan Adi membuat Mara terkejut.
" Memangnya kenapa Pa aku harus mengemasi barang barangku? Memangnya kita mau pindah kemana?" Tanya Mara sambil menyesap jusnya.
" Kamu harus pindah ke rumah Arthur."
Uhuk... Uhuk.. Uhuk...
Mara tersedak minumannya, dengan sigap Arthur mengusap usap punggung Mara.
" Minum dulu Nona." Ucap Arthur memberikan segelas air putih kepada Mara.
Tiba tiba...
Prang...
Mara menepis tangan Arthur hingga membuat gelas yang di pegangnya jatuh ke lantai.
" Astaga Nona Mara." Ucap Arthur.
" Nggak usah sok perhatian! Aku nggak suka kamu beri perhatian seperti ini." Ucap Mara ketus.
" Kamu sudah keterlaluan Mara." Ucap tuan Adi.
" Papa yang keterlaluan, bagaimana bisa Papa mengirim aku ke rumah bang Arthur. Rumahnya saja sama dengan kamarku Pa. Lalu bagaimana aku bisa tinggal di sana? Aku pasti akan merasa sumpek Pa, aku akan merasa kepanasan karena tidak ada ACnya. Aku harus berbagi kamar mandi dengan penghuni lainnya dan satu lagi. Aku harus makan dengan menu seadanya. Aku tidak bisa hidup dalam keluarga seperi itu Pa. Aku pasti akan sangat tersiksa jika aku tinggal di sana."
" Tamara!!!" Bentak tuan Adi beranjak dari duduknya membuat Mara berjingkrak kaget.
" Siapa yang mengajarimu berbicara seperti ini? Apa kau tahu kau sama saja menghina mereka Mara. Apa ini yang kau dapatkan selama sekolah di luar negeri?"
Mara mengepalkan erat tangannya menahan emosi di dadanya, ia tidak terima papanya membentaknya hanya karena membela Arthur dan keluarganya.
" Bukan kamu yang salah." Ucap tuan Adi kembali duduk di kursinya.
" Papalah yang salah, Papa yang salah karena menitipkanmu kepada tantemu. Harusnya Papa sendiri yang mengajari dan mendidikmu agar kau menjadi gadis yang baik. Papa yang salah bukan kamu." Ucap tuan Adi sedih.
Ya... Mara menyelesaikan sekolah menengah atasnya di luar negeri, ia kembali saat menempuh pendidikan S1 nya.
" Maafkan aku Pa!" Ucap Mara menundukkan kepalanya.
" Papa akan memaafkanmu jika kamu bersedia ikut dengan suamimu kemanapun dia pergi. Belajarlah menerima keadaan Mara karena tidak selamanya apa yang kita harapkan menjadi kenyataan. Dan apa yang kita lihat belum tentu kebenaran." Ucap tuan Adi penuh arti.
Mara menatap Arthur begitupun sebaliknya, Mara segera memutus pandangannya lalu menatap papanya.
" Apa ini yang Papa inginkan?" Tanya Mara.
" Iya, Papa ingin kamu menjadi istri yang baik. Menurut lah pada suamimu dan hormati dia beserta keluarganya. Bi Ningsih dan pak Jaka bukan lagi pelayanmu tapi dia kedua mertuamu. Mertua memiliki hak dan posisi yang sama dengan orang tua Mara, anggaplah mereka sebagai orang tuamu sendiri." Ucap tuan Adi.
" Baiklah aku akan pindah ke rumah bang Arthur." Ucap Mara mengalah. Demi papanya apapun akan ia lakukan.
" Syukurlah kalau begitu, sekarang minta maaflah pada mereka." Ucap tuan Adi membuat Mara terkejut.
Seumur hidup Mara ia tidak pernah meminta maaf pada siapapun kecuali pada papanya. Bahkan dengan tantenya sekalipun ia tidak pernah mengatakan maaf saat ia melakukan kesalahan.
" Pa aku...
" Tidak apa apa Pa, kami sudah memaafkan Mara. Bukan begitu Bu?" Tanya Arthur menatap ibunya.
" Iya Tuan, kami sudah memaafkan Non Mara." Sahut bi Ningsih.
" Berhenti memanggilnya Nona Bi, dia bukan lagi majikanmu tapi dia menantumu. Tapi aku berharap bi Ningsih tidak menganggap Mara sebagai menantu melainkan sebagai putri bi Ningsih sendiri." Ujar tuan Adi.
" Tentu Tuan, bagi saya menantu sama seperti anak saya sendiri. Saya tidak akan membeda bedakan antara menantu dan anak sendiri." Ucap bi Ningsih.
" Aku titip Mara Bi, tegur dia jika dia salah. Tunjukkan jalan yang benar jika dia tersesat." Ujar tuan Adi.
" Baik Tuan." Sahut bi Ningsih.
" Mara habiskan makananmu lalu bersiaplah." Titah tuan Adi menatap Mara.
" Aku tidak nafsu makan Pa, aku akan berkemas sekarang." Ucap Mara meninggalkan meja makan.
" Aku susul Mara Pa." Ucap Arthur di balas anggukkan kepala oleh Mara.
Arthur segera menyusul Mara di kamarnya. Sampai di sana ia masuk ke dalam menghampiri Mara yang sedang duduk di tepi ranjang.
" Non Mara aku...
" Kau senangkan melihat perdebatan kami?" Mara menatap Arthur dengan tajam.
" Kau senang melihat papaku membentakku karena membelamu. Ini kan yang kamu inginkan Bang? Kamu senang melihatku sengsara seperti sekarang ini." Ketus Mara.
" Tidak begitu Non, aku justru sedih karena hubungan kita membuat Non Mara membangkang tuan Adi. Aku...
" Kalau begitu kenapa tidak kamu selesaikan saja semuanya di sini? Tinggalkan aku di sini dan berhenti mengganggu hidupku. Aku tidak masalah menjadi janda di usiaku sekarang." Ujar Mara.
" Dengan begitu aku bisa mencari Aldo dan kami bisa menikah dan hidup bahagia selamanya." Sambung Mara.
Arthur mengepalkan erat tangannya. Andai saja tuan Adi tidak melarang Arthur untuk menunjukkan bukti kejahatan Aldo ia pasti sudah menunjukkan kepada Mara.
Tuan Adi berpikir Mara tidak akan percaya jika Arthur menunjukkannya sekarang. Tuan Adi ingin Arthur membuat Mara jatuh cinta padanya. Dengan begitu Mara akan menerima bukti itu dengan mudah.
" Aku tidak akan pernah berpisah darimu Nona Mara. Apapun yang terjadi aku tidak akan melepaskanmu. Kau milikku dan selamanya akan seperti itu." Ucap Arthur tegas.
" Kau begitu percaya diri Bang, aku tidak mencintaimu jika kau memaksakan diri kau akan merasakan sakit hati." Ucap Mara.
" Aku akan menahan dan menerima rasa sakit itu sampai rasa sakit itu berubah menjadi kebahagiaan." Ujar Arthur.
" Heh sombong sekali kamu Bang, aku ingin lihat sampai kapan kau mampu bertahan dengan sikapku ini. Jika kau sudah tidak kuat, menyerah saja. Katakan padaku maka aku dengan senang hati akan menceraikanmu." Ucap Mara.
" Dan hal itu tidak akan pernah terjadi Nona Mara. Seberapa besar rasa sakit yang akan kau berikan padaku aku akan tetap bertahan di sampingmu." Ucap Arthur dengan tegas.
" Kita lihat saja kenyataannya." Sahut Mara.
" Kemasi barang barangmu Nona! Kita harus segera pergi sebelum siang hari. Atau kau akan merasa gerah di dalam perjalanan. Apa perlu aku membantumu berkemas Nona Mara?" Tawar Arthur menatap Mara sambil tersenyum.
" Aku bisa sendiri." Ketus Mara menurunkan koper dari atas almari. Tiba tiba....
Tiba tiba apa ya....
Jangan lupa tekan like koment vote dan aksih 🌹 yang banyak buat author...
Miss U All...
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments