SANG KUMBANG

Hari di nantikan tiba saatnya, menjelang ulang tahun. Para punggawa perusahaan persiapkan property acara. Mereka bahu-membahu tanpa kenal lelah. Demi berlangsungnya hari bersejarah buat bos muda. Penataan panggung kelihatannya mendekati titik penyelesaian.

Di mana lokasinya dirahasiakan publik. Acuan acara masih tettutup hanya kalangan kolega. Entah siapa lagi membuat rancangan bernuansa sendu. Sepintas panggung nampak anggun, hasil kerja keras Rere sebagap pencetusnya. Di harapkan nantinya bisa mengingatkan dia sama seorang nun jauh di negeri seberang. Nagari Malaysia tempat di mana pacarnya tinggal. Pantaslah ada sesi menawan lainnya, dua orang mengajukan protes atas kemunculan orang terdekatnya.

"Bagaimana kau bisa yakin semuanya akan berjalan baik? Selama mereka meninjau ulang. Lalu apa panggung ini tidak terlalu mewah?"

Lama kiranya dia menantikan moment spesial? Sayangnya waktu yang mampu mengubahnya. Selain daripada itu Rere masih punya urusan penting. Jika dia mau berkata jujur, pilihan hidupnya bukan kerap diperbincangkan sama mamanya. Beliau tentu memiliki penilaian sama, paling tidak mau di kecewakan atas pilihan putra-putrinya.

Kecenderungan merendahkan orang lain dari segi penampilan fisik dan harta kekayaan. Belum lagi ada embel-embel titel lebih tinggi. Herannya Rere musti bertahan dengan segala kondisi. Mungkin separuh hidupnya habis menurutkan kata orangtua? Rere ingin menjerit sekuat-kuatnya agar segala beban pikirannya di gantikan. Sebatas mencoba boleh, cuma endingnya belum bisa cepat disalin oleh ungkapan janji. Dari kejauhan Rere duduk sendiri, selepas kepergian rekannya. Baru mau beranjak dari posisi duduk. Bahunya di tekan perlan salah seorang kawannya.

"Saya salut atas usahamu..."

Rere menoleh memastikan siapa yang datang ke rumahnya. Selama sekian tahun sahabatnya belum pernah bertandang ke rumahnya. Lumayan lama dia harus ingat kembali wajah berbalut kusam. Sorot mata tajam. Jeleknya dia mulai nyaris gantinya.

Kembali dia santai hadapi urusan cowok bertampang cool. Satu dari ribuan haluan cepat dia singkirkan jauh. Macam udang di goreng setengah matang. Merah muda gitu kulit cowoknya. Lebih mengherankan lagi, sorot matanya seakan banyak kerumitan. Mendadak dia merubah lagi gaya mimiknya. Lugas dan enjoy.

"Sepertinya mau ada acara khusus. Bolehlah aku hadir..."

"Eit... Kau rupanya. Aku sampai lupa siapa ya..." Rere masih terpaku.

Wajar bilamana dirinya macam serumpun bambu, menutupi pandangannya. Menilik gaya sok kenal dan lugas gaya bicara. Ada gelak tawa lepas, sambil ia.menolehlan wajahnya ke taman. Kekaguman itu berlandaskan penampilan sangat memukau. Hati-hati dia alihkan pandangan matanya. Hal paling menakutkan dia naksir kembali cowok sok berlente itu. Sungguh tragis dikembalikan saat kehangatan mulai terjalin.

"Ya. Seperti kau lihat sekarang. Dan aku siap meminangmu."

Secepat itukah, batin Rere. Hatinya cenderung mager waktu dengan langsung dari orang yang bersangkutan. Ia kembali alihkan pembicaràan.

"Oya gimana kabarnya. Jadi aku tidak salah lagi..."

"Tentu..." balas cowok itu. "Sejak dulu engkau berpikiran sempit. Selagi kita punya kemauan dan mengasah ilmu. Terus di kembangkan metode tepat guna."

"Lumayan."

"Aku saat ini hanya bisa berharap saja. Terus kenapa kamu enggan berkata jujur. Karena motif emosinya kadang naik turun..."

"Maksudnya."

Rere masih berlagak pilon lihat cowok dulunya sok jual mahal. Setiap insan tentunya punya kepribadian lembut menawan, sebaliknya Rere memang terkesan tomboy.

"Ya selama ini aku lebih menikmati saja. Biar pun hidupku masih seperti ini. Buktinya aku tetap nyaman dalam menjalaninya."

"Baiklah aku kesini sebenarnya hanya kebetulan lewat saja."

"Oh.... Kukira kau ingin berbuat macam-macam. Sudah sana! Aku bener-bener sibuk. Harap dimaklum saja."

Berjuang mati-matian untuk mendapatkan cintanya. Karam karena larangan kedua orangtuanya. Rio andria secara jujur ingin mengajak Rere seperti dulu lagi. Kali ini dia tidak mau buang waktu. Selain Rio andria punya penilaian khusus atas penampilan Rere. Gadis itu sebenarnya tidak banyak menunjukan perubahan dalam arti cara berpikirnya.

Pertemuan kali ini sangat membekas di hatinya. Sampai jauh sore Rere meneruskan kerjanya untuk acara esok harinya. Prinsipnya dia tidak mau bikin koleganya kecewa. Atas dasar itulah Rere menepis ajakan Rio andria sekedar duduk di sudut caffe. Pilihan terakhirnya berikan arahan sama bawahannya. Apa saja musti dipersiapkan esok harinya.

"Coba kau.... Ya pot itu jangan diletakkan sembarangan. Menururku di posisikan bersisihan sama dua pintu masuk. Dengan begitu penyambutan tamunya nampak lebih menarik."

Tiada hentinya dia mengajukan penerapan tempat property harus sesuai dengan arahannya. Tiga langkah dari posisinya, sepasang mata itu demikian dekatnya. Jingga masih melirik ke sisi kanannya. Kerdipan matanya menandakan ingin menyatukan pertengkaran bos muda.

"Apa yang perhatikan sejak tadi. Ayo kerja. Saya tidak ingin kecewakan pelanggan. Kalo caramu seperti ini apa mungkin bisa berikan jaminan lolos dalam pengawasan."

"Kenapa keraguan itu harus ada? Sedangkan kita kerjakan secara maksimal."

"Jadi sore ini bisa diberikan penilaian....?"

"Kenapa tidak! Saya sudah kerjakan SOP. Keraguan sekecil apa pun masih bisa kendalikan," Jingga kasih klunya. "Sebab saya berani semua akan berjalan sesuai skedul. Musik dan Mc siap."

"Nah itu kamu bisa ingatkan kembali. Bilamana kita lupa menyiapkan musik dan Mc terlewatkan. Saya berharap seluruh rangkai acara mampu ditampilkan."

Tepat jam empat sore, matahari belum sepenuh ingin tenggelam di peraduan. Warna kekuningàn saling bermunculan dari balik ranting dan daun Mangga. Rere mulai berkemas. Salah satunya dia masih cari-cari mahklum namanya pria. Sebutan yang lama digantikan dunia kerja.

Menurutnya dunia kerja jauh lebih mengasikkan. Pebanding bagi Rere hindari kejaran pria urakan. petaka besar nantinya menghadang, selanjutnya pria di depannya akan merubah karakter pembenci. Sebaliknya orang disekelilingnya tetap menuduh sebagai perampokan. Perlahan Rere ingin biang image buruknya. Dan menjelaskan pada semua.orang.

"Dari mana engkau melihat orang tanpa menilik latar belakangnya? Apa dunia ini terlalu sempit?" kata Nensy tegas. "Mulai melek cinta ya. Jadilah orang terbaik dalam dirimu."

Nensy selalu berkata jujur, tentang pendirian sikapnya waktu menjatuhkan pilihan. Perihal amat ditakutkan dalam usaha Rere akan mengalami kemunduran atas persaingan dunia usaha. Sedetail mungkin kesetaraan kerja mulai diambil tiap ada meeting minggu berikutnya.

Di sodorkan sketsa. Secara detail isi proposal mengenai acara esok hari, sesuai permohonan dari bos besar. Penuh seksama Rere teliti berulang-ulang sampai dimengerti. Lalu katanya,"Kamu harus paham benar sebelum ambil keputusan. Seterusnya eksekusi sesuai printah."

"Kenapa? Anda nampaknya terlalu gugup guna menetapkan pilihan."

"Menurutku pada bagian lembaran kedua, di rubah secara menyeluruh. Sebelum nantinya kita menanggùng kerugian lebih besar lagi."

"Tapi bu.... Saya ambil kebijakan."

"Bagaimana bisa. Proposal ini harus mendapatkan perhatian investor. Jika kamu terus memaksa papamu berbuat diluar nalar."

"Sebenarnya saya ada keberatan, tolong bantu teman lainnya. Sebelum kamu jelas-jelas dapatkan perhatian khusus."

Gadis itu males untuk berbasa-basi sama cowok. Sikapnya bikin keki Rere. Seolah dia sebagai perempuan perlu kehadiran lelaki di sisinya. Enggan palingkan muka, terus benahi bunga hiasan. Artinya dia mulai merasa bosan, selalu ada saja teguran ringan. "Hati-hati dalam melaksanakan tugas," itulah sekelumit katanya.

"Kenapa sih aku di larang sebatas berkenalan saja. Apa di dunia ini terlalu sempit ruang gerakku."

"Siapa lagi kasih larangan? Kau boleh melakukan apa saja. Asalkan jangan mengusik kerjaanku. Kan kelakuanmu sama saja merugikan orang lain. Buat apa kau masih berdiri di situ!" lebih tagas suara Rere.

"Terima kasih atas sambutan yang hangat."

Terlihat jelas wajah lelaki itu nyaris hancur-sehancurnya. Dia dilain waktu dipastikan singgah di hati gadis sok gengsi.

***

Selisih waktu lima menit saja, Rere bersiap pulang. Kadang-kadang kelupaan bawa jaketnya di lokasi kerja. Ia melangkah agak tergesa-gesa. Semestinya banyak melakukan revisi di berapa area panggung. Nensy kelihatan terkejut Rere sibuk mencari sesuatu...

Adanya cuma panik setelah mengetahui rekannya makin resah kehilangan benda ajaib. Istilah itu kerap dipergunakan Rere sembunyikan barang berharganya. Nensy cepat mendekatinya sambil menatap tidak tahu harus berbuat apa. Selain menunjukkan ekspresi kurang senang. So pasti. Rere lekas-lekas menuding Nensy ngerjain sembunyikan barang miliknya.

"Ada barang yang ketinggalan ya?" tanya Nensy menahan gengsi. "Tadi aku lihat di sini ndak orang ke mari. Jadi, kalo kamu cari-cari. Hasilnya pastilah baung-buang waktumu...."

"E.... Kau bukannya kasih pertolongan. Malahan sebaliknya. Bikin aku tambah gaduh hati."

Rere agaknya menahan emosi, bagaimana dia harus menyimpulkan pribadi Nensy. Ia kibaskan tangan enyahkan kekesalan. Padahal sore ini ia janjikan sama ibunya belikan obat.

Di rumah Ayunda terbatuk-batuk menahankan sesak di dada. Dalam tiga minggu terakhir Rere kehabisan uang. Dia tidak bisa ingkar janji lagi, mengingat kondisi ibunya banyak mengalami penurunan kesehatan. Sambil bersandar di kerosi, perempuan itu hanya menahan sakit. Teramat sangat sakit seraya nyawanya hendak dilenyapkan dari tubuhnya. Ternyata Tuhan selalu mengabulkan, jika ada umatNya masih rela bersumbang materi terhadap sesama.

Sekuat tenaga Ayunda meraih handphone di atas meja. Jemarinya masih juga menahankan gemetaran. Nalurinya makin kuat sama putri cantiknya. Seumpama hari ini terakhir kalinya dengar suara lembut si Rere. Satu sentakan Ayunda berhasil meraih dan bicara pelan sama putrinya.

"Kamu pulangnya lebih cepat ya. Satu lagi...?" suara Ayunda terputus-putus. "Dari siang ibu nunggu, tapi sebelumnya ibu minta maaf. Karena sudah bikin harimu jadi terburu-buru. Ibu tidak mau kamu terlalu...."

Gugup. Rere tetep gaduh hatinya. Beberapa kali pendengarannya serupa hilang sayup-sayup. Suara kecil ibunya merintih. Tak biasanya mama sering keluhkan penyakit jantung yang setiap saat menggerogoti tubuhnya. Bila sudah demikian dia tidak akan biarkan mamanya terenggut oleh pikiran. Bersikap cuek saja kiranya tidak cukup untuk menghadapi lelaki.

"Bu.... Saya masih sibuk."

Ayunda kecewa atas sikap putrinya. Dia sebagai ibu akan dirasakan gagal membimbing putrinya sebagai pribadi terbaik. Perempuan itu hanya pasrah dan mengelus dada. Semestinya dapat perhatian khusus dari keluarganya.

Suara Ayunda serupa ditarik ke dalam dadanya. Bila ia keluhkan sama suaminya, tentu ada penghinaan mungkin akan di dapatkan. Setahun lebih Ayunda masih punya perisai yaitu puterinya. Harapan itu hampir pupus waktu suaminya berikan pernyataan sangat mengejutkan. Bahwa dirinya banyak melakukan kesalahan atas putri mereka. Salah satunya, Rere punya kesepakata untuk menjatuhkan harmat dan martabat ayahnya.

"Buat apa kamu cari-cari alasan," kata Yadi. Sikapnya masih diamukan amarah.

Sambungan telpon sempat terputus-putus, Rere diujung sana makin tambah panik. Firasatnya kondisi ibunya pasti ada lelaki berbuat jahat. Suara pekikan sayup terdengar dikendangan telingan. Tidak biasanya ibunya mendapatkan perlakuan kasar dari orang lain. Kebetulan rumah mereka sama tetangga lumayan jauh, belum lagi dibatasi oleh tembok setinggi orang dewasa.

"Halo..... Mama..... Mama nggak apa-apa kan?" suara Rere terdengar sedih.

"Kamua kelihatan panik. Sudahlah tidak perlu sungkan sama saya."

Peluang ini sempat di tunggu, seminggu sebelumnya dia punya ambisi untuk mendapatkan perhatian khusus. Sayang semua sikap baiknya cuma ditanggapi sebelah mata. Sebenarnya Rere tidak mau semua kehidupan pribadinya. Tidak ada untungnya dia merancangkan untuk menepiskan uluran tangannya. Jujur saja, ia akan menaruh simpatik. Selain lelaki itu bersikap lembut serta tebarkan rasa sayang.

"Mama....," suara Rere lebih perih. "Saya sama sekali tidak punya keinginan biarkan beliau sedih dan menderita setiap harinya."

"Ya, tunggu apa lagi sih...." lelaki itu tambah sewot. "Saranku, buat apa terlalu berlebihan kerja. Sebaiknya kamu pertimbangkan kepentingan keluarga. Baru kemudian memikirkan keberhasilan dari jerih payah kita."

Rere hela nafas panjang, ia kembali ingat atas saran rekannya. Dunia kerja tidak ada habisnya, pada intinya dia jangan terlalu mendewakan pekerjaan. Dalam artian dia musti lekas pulang, sosok cowok tentu sangat dibutuhkan.

"Ayolah, biar kuantar pulang....!" tawarkan jasa sama Rere.

"Terima kasih aku bisa pulang sendiri...."

Dengan galak Rere menolak tawaran cowok itu. Sebenarnya dia juga membutuhkan pertolongan orang lain. Kali ini Rere tetap jaga gengsi, kalo saja dia langsung menerima pastinya tuh cowok jadi gede perasaannya. Persis di parkiran Rere dihadang dua cowok berandalan. Lagaknya penuh ancaman setiap dia mau melangkahkan kaki. Nyaris seujung jari pun tidaklah diijinkan keluar dari halaman parkir.

"Nona cantik! Kenapa musti buru-buru sih. Ya, kalau tidak keberatan boleh dong kita bantu. Bukan begitu kawan...." lelaki itu menawarkan sama kawannya.

"Saya tidak perlu bantuan kalian....!" balas Rere lebih marah. "Kalian ini hanya mengulur waktu saya. Berikan saya jalan.... Cepat! Tunggu apalagi?"

"Hey kau ini selalu bertele-tele. Sikat saja. Waktu kita tidak banyak, buat apa masih buang-buang waktu."

"Sabar dikit kawan? Kalem saja, karena tidak akan mengurangi niat pertama...."

Rere mundur beberapa langkah setelah mengetahui niat jelek kedua lelaki dihadapannya. Sekali sikat, tentu dengan mudahnya melumpuhkan Rere dalam posisi terpojok. Tanpa di sadar kedua cowok itu, Rere sudah keluarkan jurus silatnya. Apa salahnya cukup pamerkan kebisaan di depan kedua pecundang.

"Kau bisa lihat gayanya. Memalukan jika kita dikalahkan atau lepaskan....."

Bosan Rere diperlakukan kasar dan diremehkan. Serta-merta gadis itu ambil ancang-ancang lepaskan tiga pukulan. Perkelahian di arena parkiran memang terbilang sempit. Semampunya Rere menepis dan menendang ke tubuh lelaki bertubuh tegap. Terjangan kakinya persis mengenai rajang dan pinggul pemuda berkaos putih biru.

..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!