KEKASIH BEKAS MANTAN
Di ujung minggu pertama, Yenni masih bertahan dengan segala kondisi. Dengan leluasa orang di rumah akan perlakukan dia sebagai gadis lemah. Segala perbuatannya tentu memiliki dampak bagi pemiliknya. Sitegar batu karang gadis itu, walaupun biduk rumah tangga mamanya sudah berada di ujung tanduk. menerima surat dari ayahnya. Yenni serupa orang kehilangàn pegangan hidup. Ia nyaris ingin mengakhiri hidupnya dengan cara menjatuhkan diri.
"Kali ini kau harus menerima kondisinya. Saya tidak mau dengar lagi keluhan soal keuangan. Karena semuanya sudah diatur." kata Jaka sagarà tegas.
Yenni kaget dengar ayahnya berkata keras sama ibunya. Tidak biasanya beliau bersikap kasar kepada istrinya. Seharusnya bisa berikan perlindungan terhadap pasangannya.
"Tapi saya benar-benar membutuhkan uang itu. Seminggu lalu ada kebutuhan mendadak, jadi saya sulit cari pinjaman sama saudaraku."
"Itu cuma alasanmu."
"Mas harus memyadarinya bahwa keuangan kita sedang sulit. Ya, apa salahnya kau bisa berikan solusi."
Tubuhnya kali ini benar-benar terguncang demikian hebatnya. Naluri ingin mengubur masa jalan dalam keluarganya, bikin jutaan pikirannya makin keras buat menolak permohonan ayahnya. Jari-jarinya perlahan menarik seutas tali pada tiang pintu. Tuas sekali tergerak maka tubuh ramping itu melayang dengan lambaian kematian. Akibat sikap menyendiri Yenni gampang larut berujung dengan deretan penyesalan teramat panjang. Langkah Yenni gontai di turunkan niat buat menjuntaikan temali di tiang pintu. Kali ini ia buka daun jendela. Angin yang basah ternyata tidaklah mampu meluluhkan niatnya. Sekali lagi gerakannya seolah ada perintahkan.
"Mungkin ini merupakan jalan hidupku....." suara Yenni demikian sarat sesal.
Kegentingan pikiran manusia mudah diombang-ombingkan oleh kebimbangan hati. Rasa putus asa sulit berbagi, sewaktu orang terdekat justru menyudutkan. Sedetik saja terlewatkan, maka berakhirnya cerita hidupnya. Jeritan yang benar-benar menyayat hati.
"Tidak hari ini aku harus menutup masa kelam. Kalian tidak boleh melakukan gerakan tipuan. Aku jelas-jelas tidak akan pernah...."
Mamanya bulan kepalang begitu mengetahui putrinya tidak ada di dalam kamarnya. Walau pun demikian Herty masih banyak menyimpan rahasia pribadi. Kamar Yenni di teliti menurut ketika sudut matanya ke sisi jendela. Tirai setengah terbuka oleh angin, perempuan paruh baya itu menjerit histeris. Kalut hatinya melihat putrinya siap melompat.
"Astaga... Ya Tuhan!" suara Herty serupa tercekik.
Kedua tangannya
Hatinya belum pernah sampai separah ini, tiada lagi buat menuangkan impiannya. Ketika hari bahagia itu harus digantikan akan kepedihan. Tangannya mulai menggapai tali sudah menyilang di bagian lehernya. Dia akan melayangkan tubuhnya segera menjuntai. Sisi angin benar adanya berbisik lewat desau. Permohonan maaf atas orang terdekat. Mungkin ini adalah jalan terbaiknya. Karena pendekatan saja tidak cukup dijadikan alasan dia melakukan penolakan.
Giony mulai ragu buat menepuk bahu rekannya. Dia sangat takut ketahuan buat menyatakan sikapnya, diam-diam bersikap adem ayem sewaktu angin berikan kabar. Bahwa dirinya terlalu banyak diselimuti sisi kehidupannya. Satu misal rekannya mau memahami jalan pikiran. Setahun lalu Giony pulang ke kampung halaman, jujur saja letak kampung masih di situ. Tidak banyak yang menunjukkan perubàhan secara geografis.
"Woy...... ajak-ajak lah ngelamun." Wendy tepuk bahu kawannya.
Bikin Giony sampai melonjak setengah kaget. Kayaknya dunia itu terlalu sempit buat sembunyi dari kejaran rekannya. Selama satu bulan terakhir Giony masih banyak problem. Terutama sekali ibunya terus punya pandangan, tentang kelangsungan bagi keturunan Giony purba.
"Kau ini selalu bikin jantungan," sergah Giony.
Wajar kalau dia ingin lemparkan benda di dekatnya. Rasanya akan sulit untuk mengakui dari teman. Karena perhatiannya tidaklah sebanding atas pasangan hidup. Kadang mereka hanya menilai dari sisi luarnya saja. Giony inginkan rasa simpatik itu terlihat nyata. Setidaknya hari ini dia ingin jauh melangkah kesalàh satu tempat. Tanpa banyak tuntutan atas kelakuannya.
"Ya, saya heran begitu lihat kelakuannya belakangan ini? Mungkin tanpa kamu sadari, sikapnya biasa saja."
"Makasih sudah atas motivasinya. Saya heran saja lihat gayamu." jawab Giony datar.
"Trus apa hubungan dengan karirku? Kau terlalu banyak menafsirkan hal yang belum pernah terlintas dari pikiranku. Ya, aku sebenarnya sangat berterima kasih atas dukungan dan semuanya."
"Ya, menurutku ada. Tinggal bagaimana kita ambil sikapnya. Dia itu sudah punya niat buruk kepada kamu."
"Aku takut salah sangka. Kita menuduh orang tanpa alat bukti kuat, itu artinya fitnah."
"Cobalah untuk memikirkan secara jernih. Saya kesadaran itu benar ada, jangan pernah salahkan aku sebagai penyumbang kebenaran atas kelakuannya."
"Rupanya dia cukup licik. Saya tidak pernah menduga dengan ancaman. Kalau itu bisa menjadikan bukti kuat. Baru saya ambil tindakan, karena itu tidak boleh dibiarkan."
Tidak berapa lama pelayan kantin datang, Sambil menyodorkàn buku menu. Percakapan keduanya terhenti beberapa saat lamanya. Sambil mengamati menu hari ini cukup menggodà selera makan Wendy. Ya macam orang belum makan seminggu. Dia sehari-harinya hanya mengandalkan modal uluran tangan kekasihnya. Giony hanya bisa geleng kepala waktu lihat kelakuannya Wendy selalu cari peluang. Mengingat perutnya minta jatah bulanan.
"Selain itu kita tidak berhak untuk memilikinya. Apalagi ingin menguasi milik orang lain. Terus mau ditaruh mukaku. Apa kau sudah siap menerima resikonya?"
"Jangan suka becanda, mustinya kita bisa sampaikan sama bos tentang kebohongan si pecundang.!?" Glory nyaris naik pitam.
Segan saja dia balas senyum kawannya. Justru sebaliknya dia akan jadi gerutuan. Sewaktu di ruang meeting Giony sulit sekali untuk membawakan presentasi. Jantungnya boleh saja berdiam dìri, seluruh urat-suratnya jatuh berguguran layaknya daun kering di halaman kantor. Jujur saja Giony punya tujuan agar nantinya di memiliki peranan penting disalah satu anak perusahaan milik Sandra.
Bukan main. Kalau sudah terbawa sama lamunan membuat lelaki itu berpikiran jelek. Salah satunya meminta seorang kawan. Sebelum dia melangkah terlampau jauh buat mendapatkan peluang khusus. Setumpuk alasan buat menghindari ajakan dari rekannya ke diskotik. Ada kejutan ingin di pamerkan Gilang kepada kawannya. Selepas pulang kantor kemaren Giony lihat gimana ada kemesraan diantara keduanya.
Diam-diam Gilang berulah, dia dengan sengaja ingin mencelakakan atasannya. Sikap buruknya setidaknya punya alasan bagi Giony buat menempatkan Gilang di perusahaan lain. Agar dia tidak langsung menjatuhkan tuduhan atas perbuatannya beberapa minggu lalu.
"Aku nggak akan tinggal diam!"
"Sebaiknya engkau pertimbangkan kembali. Ya aku sebatas kasih saran saja. Lagi pula keputusan itu belum final. Masih ada ulasan dan kajian lebih detail." jelas Yandri.
"Sekali melangkah pantang surut. Dia harus merasakan kepedihan itu. Sedangkan dia sudah permalukan saya."
"Jangan....!"
"Aneh, kau ini selalu berikan pembelaan. Justru dia telah berbuat keliru."
"Tunggu saja pembalasanku!"
Penuh emosi Gilang ingin balas dendam atas perbuatannya. Berani hina dirinya di depan umum.
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Trisno hadi Saputro
ceritanya makin menarik kak. tetap semangat terus kak.
2023-06-12
2