Aslan menunjukkan plastik dan isinya di depan wajah Wiwid agar gadis itu melihat apa yang di bawanya, saat ingin meninggalkan tempat tersebut Nina muncul dari arah kamar mandi wajahnya basah hingga rambut depannya juga basah, dia membawa sabun muka ditangannya.
"Eh... kak Aslan ada apa kesini? " tanya Nina.
"Barang elu ketinggian tadi di meja tukang nasi goreng" jawab Aslan sewot dan dia langsung berlalu dari tempat kost tersebut meninggalkan tanda tanya pada benak Nina, sebab tadi Aslan begitu ramah saat bertemu di kedai nasi goreng tapi kenapa sekarang berubah menjadi ketus lagi begitulah fikiran Nina.
"Elu ketemu si kirik? " tanya Wiwid sewot.
Nina hanya mengangguk saja.
"Tadi pas beli nasi goreng gue ketemu sama dia" jelas Nina yang masuk ke dalam kamarnya.
Wiwid langsung merangsek masuk ke kamar dan melempar plastik berisi buku tersebut ke kasur lantai.
"Dia ngeliat elu pas elu balik kuliah? " tanya Wiwid penasaran.
"Iya... " jawab Nina singkat.
"Haha pantesan dia kesini dia baru tahukan kalo elu sebenarnya cantik mangkanya dia penasaran sama elu hahah mampus lu kirik kena kan lu sama pesona teman gue ini hahaha" Wiwid tertawa senang seolah mendapatkan hadiah jacpot malam ini.
Nina yang melihat itu hanya menggelengkan kepala saja.
Keesokan harinya.
di pagi hari tepatnya pukul 06.30 pagi Nina berjalan sendirian ke arah pabrik tempatnya bekerja, dan seperti biasanya dia hanya memakai baju longgar dan celana longgar, saat dirinya sedang berhenti sejenak untuk membeli sarapan pagi di sebuah kedai nasi uduk dirinya bertemu kembali dengan Aslan.
Nina hanya tersenyum pada Aslan dan Aslan pun membalas senyuman nya.
Eh dia senyum.
Aslan berjalan melewati Nina tanpa bertegur sapa hanya tersenyum saja.
Dia ini aneh ya... kadang ramah kadang sombong.
Batin Nina.
selesai dirinya membeli nasi uduk, Nina pun berjalan kembali ke area pabrik dan saat dirinya tiba dan ingin menaiki tangga ke ruang ganti dirinya bertemu lagi dengan Aslan di tangga.
Nina memberi jalan untuk Aslan yang ingin turun dan Aslan hanya terdiam saja.
"Ehm... kak... " Nina menyapa.
"Apa?! " tanya Aslan ketus.
"Itu... " Nina menunjuk sesuatu ke arah bawah.
"Apaan? " Aslan bingung dia akhirnya melihat ke arah yang ditujukan Nina.
"Akh sial" Aslan langsung menutup resletingnya yang terbuka dan karena malu dia langsung berjalan cepat menuruni tangga.
Nina terkikik saat melihat reaksi Aslan.
Aslan yang tahu Nina menertawai nya akhirnya memarahinya.
"Jangan ketawa lu cupu" Omel Aslan.
"Eh... maaf kak... hihi" tapi Nina masih tidak bisa menghentikan tawanya.
"Gue bilang jangan ketawa" Aslan yang tadi sudah turun tangga akhirnya naik lagi dan mendekat ke arah Nina.
Aslan tidak sadar kalau saat ini banyak yang memperhatikan mereka yang berjarak sangat dekat di tangga.
"Cie.... kalau mau pacaran jangan di tangga Lan... di taman sana" ledek para seniornya, yang Rata-rata ibu-ibu.
Aslan yang menahan malu dia hanya mengepalkan tangan nya karena kesal dan menatap Nina kesal sebelum meninggalkan Nina sendirian di tangga.
"Kak Aslan... " panggil Nina lagi.
"Apa lagi?! " Aslan kesal tapi menyahut juga setiap Nina memanggilnya.
Tapi sebelum Nina berbicara Aslan yang kesal masih saja berjalan menuruni tangga dan...
Gubrak.
Aslan terjatuh di tangga karena terserimpat tali sepatunya yang terlepas.
Nina memanggilnya tadi karena ingin memberitahukan kalau tali sepatunya terlepas tapi belum juga Nina berbicara Aslan sudah berjalan tanpa sadar tali sepatunya yang lepas akhirnya terinjak kakinya yang lain hingga akhirnya Aslan terjatuh.
"Ah... kakak tidak apa-apa? " Nina panik dia turun dari tangga dan akhirnya membantu Aslan berdiri.
"Ah... udah nggak usah kenapa elu pagi-pagi ngeselin banget sih?! " Aslan yang di bantu Nina malah sewot.
"Ya maaf tadi aku baru mau kasih tahu kalau tali sepatu... "
"Udah diem lu minggir pagi-pagi udah apes ajah ketemu sama elu" oceh Aslan.
"Bukan karena bertemu dengan aku yang buat kakak apes tapi karena kakak yang ceroboh" Nina langsung berjalan menaiki tangga saat mengatakan itu.
Para senior dan teman-teman yang melihat kejadian pagi ini di tangga malah menyoraki mereka berdua.
"Cie... berantem nie ye pagi-pagi" ledek teman-teman.
Nina yang kesal dan Juga Aslan akhirnya terdiam saja tak menanggapi ledekan mereka.
Nina kesal dengan Aslan begitu pun Aslan yang kesal dengan Nina karena kejadian pagi ini sungguh memalukan untuk Aslan, dan Nina kesal dengan Aslan karena Aslan tidak tahu Terima kasih.
Seharusnya dia tidak usah marah-marah dia kan mengalami kesialan pagi ini karena kecerobohannya sendiri dasar nyebelin.
Batin Nina yang menggerutu sambil menaruh tasnya di dalam lokernya.
Setelah selesai menaruh tas di loker, Nina pun keluar dan mulai masuk ke dalam ruang produksi, dan saat bel masuk berdering semuanya pun mulai bekerja di meja masing-masing.
Saat Aslan dan regunya mulai bekerja mereka kehabisan isi stepler.
"Yah... habis isinya" ucap Zaed.
"Ya udah minta sana kebagian gudang perlengkapan" suruh Aslan.
"Oke... " Zaed pun berjalan ke gudang perlengkapan meminta isi stepler namun saat sampai disana ternyata persediaan stepler habis. dan Zaed kembali ke meja dengan tangan kosong.
"Mana isi Stepler nya? " tanya Aslan.
"Stoknya habis Lan, kita pinta ajah sama kelompok lain ya... "
"Ya udah sana" Ucap Aslan.
Tapi Zaed sudah berkeliling ke seluruh meja teman-teman nya tapi semuanya juga kehabisan stok hanya satu meja yang belum dia mintai yaitu meja Nina.
"Lan... gue udah keliling tapi semuanya kehabisan cuma meja sebelah doang yang belum gue datengin" ucap Zaed.
"Ya udah elu minta gih sama si cupu"
"Tapi Lan.... aduh... maaf banget nih perut gue dari tadi mules kayanya dah ga kuat gue tahan lagi sshhh aduh elu ajah ya yang minta gue ke belakang dulu ya... " Zaed langsung ngacir turun ke lantai bawah dan mencari kamar mandi.
Aslan kesal karena harus berhadapan dengan Nina lagi, bila karena tidak terpaksa dia sangat malas berhadapan lagi dengan gadis cupu itu.
Dengan langkah malas dan terasa sangat berat Aslan melangkah ke arah meja yang ada di sebelah mejanya.
Nina yang sedang bekerja tak memghiraukan keberadaan orang yang menghampiri nya.
"Ehm... " Aslan berdehem.
Nina cuek saja.
"Ada apa? " tanya Wiwid.
"Gue minta isi stepler dong" ucap Aslan dia berbicara dengan Wiwid tapi matanya melirik Nina.
"Nin kasih kan kotak peralatan di depan elu" kata Wiwid.
Nina mengambil apa yang diminta Aslan dan memberikannya pada Aslan.
Aslan mengambilnya tanpa mengucapkan terima kasih pada Nina.
"Lan... lewat ajah nggak berterima kasih gitu?" singgug Wiwid.
"Ya Thanks" ucap Aslan sambil berlalu dari meja tersebut dan kembali ke mejanya.
"Kaya nya ada yang diam.... diam... aku menyukai mu nih hihi" ledek Wiwid pada Aslan.
Nina cuek saja tapi Aslan yang nyolot pada Wiwid.
"Eh.... sorry ya gue nggak level ya sama cewe cupu" celetuk Aslan.
"Anjir... elu nggak inget kemarin malam" Wiwid sewot.
"Nggak tuh apa yang harus gue inget sih" Aslan malah sahut-sahutan dengan Wiwid.
"Wid udah kerja ajah nggak usah ngeladenin orang kaya begitu nggak ada habisnya mulutnya kaya perempuan eh... salah permpuan juga kalah mulutnya kalo bicara sama dia" singgung Nina.
"Eh sialan lu" Aslan nggak Terima di katain seperti itu oleh Nina.
"Tuh kan dengerkan hahaha" Nina mentertawai Aslan.
Aslan kesal dan akhirnya terdiam karena dirinya tidak mungkin berdebat dan akhirnya bertengkar dengan perempuan saat jam kerja bisa kena masalah dia dan entah hukuman apa yang akan dia Terima bila ayahnya mendengar hal ini.
Sebenarnya dia tidak ingin menjadi penerus perusahaan karena dia akan selalu sibuk nantinya dengan pekerjaan sama seperti ayahnya hingga dia kurang perhatian dari ayahnya sejak ibunya meninggal dunia saat dirinya duduk di bangku sekolah SMP dulu, ayah nya tidak menikah lagi tapi jadi gila kerja dan tak memperhatikan dirinya, bahkan ayahnya tak tahu kalau sebenarnya Aslan telah terlibat dengan dunia geng motor bahkan dia menjadi salah satu ketua geng motor yang ada di kota ini.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments