Di dalam mobil itu, kami tak saling bicara. Diam membisu enggan bicara atau malas bicara atau bahkan bingung. Alasanku diam karena ketiganya
Dia menatap lurus ke depan. Tangan kiri memegang setir kemudi dan tangan kanan bersandar pada pintu.
Jepang berbeda dengan Perancis. Jika di Perancis menggunakan lajur kanan sehingga setir kemudi berada di sebelah kiri, sedangkan di Jepang menggunakan lajur kiri untuk berkendara dan setir kemudi berada di sebelah kanan.
Tak ada musik di mobil itu, hanya ada suara benda mungil berbentuk kucing emas dengan tangan bergerak ke depan berada di atas dashboard.
Aku ingin mulai berbicara dengannya tetapi aku kesulitan harus memulai percakapan dari mana. Apakah aku langsung bertanya mengenai siapa wanita itu, atau aku berbasa-basi dahulu?
"Edgar-,"
"Diamlah! Berisik!" Edgar langsung memutus ucapanku.
Jantungku berdetak kencang, tersentak saat suara besarnya menggema, seakan mengibaskan belati ke arahku.
Aku tak mampu lagi bersuara dan mengatupkan bibirku serapat mungkin. Jadi.... aku mengeluarkan benda pipih di dalam tas kecilku dan mulai membuka media sosial ku.
Line
Line adalah aplikasi chating seperti whatsapp. Di kalangan Jepang, Line sangat populer.
Banyak pesan masuk dari teman kantor yang memberikan ucapan selamat menikah untukku. Ucapan selamat berbahagia. Nyatanya baru awal menikah saja aku sudah tersakiti, apakah aku bisa bahagia jika hidup dengannya yang dimulai tanpa cinta ini.
Aku kesal.
Ku tutup ponselku, lalu memasukkannya ke dalam tas. Ku keluarkan sisir kecil dan mulai menyisir rambutku yang terlihat berantakan. Aku sibuk sendiri dalam mobil itu. Sementara dirinya diam dan tenang mengamati jalanan sekitar.
Dia menganggapku sebuah pajangan.
Setelah rambutku tersisir rapi, aku kembali memasukkan sisir kecil yang menemaniku setiap saat. Aku bekerja di bidang Fashion, tapi aku bukanlah designer atau perancang busana.
Aku seorang manager store sekarang. Sebelumnya pekerjaanku lumayan sulit. Yaitu Fashion Forecaster, memprediksi tren mode atau meramal tren mode yang akan datang. Cukup sulit tapi tidak sesulit saat menjadi Manager Store.
Rasanya semua beban dilimpahkan pada ku. Aku harus memimpin, melatih, memotivasi, membimbing dan memberi feedback kepada staff toko. Memastikan pelayanan toko sebaik mungkin untuk menciptakan kepuasan pelanggan yang tinggi. Mengatur layout/penempatan barang dan mengatur lokasi produk yang tepat untuk menciptakan customer experience yang baik.
Tak terasa waktu berjalan, aku bahkan tidak melihat ke arah mana mobil ini berjalan. Tiba-tiba saja kami sudah memasuki gerbang mansion miliknya.
Sangat mewah. Gerbang itu bertuliskan Aldrich Clan.
Rasanya aku ingin tertawa, klan Aldrich. Entah ide siapa ini, keluarganya ataukah pria di sampingku ini.
Edgar Leonard Aldrich, Arti namanya sendiri sangat bagus. Aldrich adalah nama keluarganya yang artinya Penguasa bijaksana. Sedangkan Edgar artinya kaya raya, bernasib baik. Ku akui karena dia terlahir dari bangsawan.
Leonard sendiri memiliki arti Kuat, Berani, Jujur.. Ya dia jujur dari awal denganku tidak akan menganggapku sebagai istrinya. Tapi dia berbohong dihadapan Tuhan yang mengatakan akan setia dan tulus mencintai ku sebagai istrinya.
Arghhh jika mengingat hal itu rasanya aku ingin mencekik dirinya.
Braaak.
Edgar membanting pintu mobilnya, membuyarkan lamunanku hingga tersadar.
Kulihat dia masuk kedalam rumah tanpa mengajakku. Dia juga tidak menurunkan barang-barang milikku.
Teganya!!
Aku turun dengan malas, mengeluarkan koper besarku dari bagasi mobilnya. Mataku terus melihatnya masuk menuju mansion besar miliknya. Dia bagai raja yang disambut para pelayan.
Aku berjalan masuk dengan membawa koperku. Sangat berat, Ayah memasukkan semua pakaian dan perlengkapan kerjaku. Padahal niatku hanya membawanya beberapa saja. Dan sisanya bisa dibawa dengan cara mencicil.
Luar biasa acuhnya suamiku itu. Termasuk pelayannya. Tak ada satupun yang menghampiri ku.
Aku terdiam ditengah mansion yang luas. Tak ada yang menyapa ku, atau menegurku atau bahkan bertanya siapa aku. Heyy... Hello apakah aku benar-benar panjangan di sini???
Aku pun menurunkan ego dan bertanya pada salah satu pelayang disana.
"Permisi, apakah ada kamar untuk saya?" tanya ku dengan senyum ramah.
Pelayan itu meneliti penampilanku. Gaun pengantinku yang sedikit kotor dan riasan ku yang rambutnya sudah tidak tertata dengan cantik.
"Maaf, mungkin bisa Anda tanyakan sendiri pada tuan. Biasanya tuan membawa para tamu wanitanya dan tidak pernah memerintahkan kepada kami untuk menyiapkan kamar," ucap Pelayan itu sedikit mengagetkanku
Dalam tanda kutip, 'Biasanya membawa para tamu wanita?' Itu artinya bisa dalam arti 'Sering?' Sedangkan kata 'Para?' Tak hanya satu, bisa berarti banyak.
"Dasar player," gumamku pelan
Pelayan itu mengerutkan dahi mungkin dia mendengarkan celetukan ku.
"Lalu dimana kamar Tuan?" tanyaku
Aku istrinya, sebagai istri aku harus satu kamar dengannya. Meski aku berharap ada kamar lain selain kamarnya.
"Kamar tuan si lantai dua sebelah kanan," jawab pelayan pria itu
"Lalu dimana kamar tamunya," tanya ku lagi
"Ada di bawah dekat ruang tengah," ucap pelayan itu sembari menunjukkan letak kamar dengan mengarahkan tangannya.
"Oh baiklah terimakasih," ucapku dengan tersenyum
Aku meninggalkan pelayan itu dan mendorong koperku sendirian menuju kamar tamu. Berat soalnya kalau harus ke lantai dua mengangkut koper ini.
Kamar yang nyaman....
Model ranjangnya memiliki dipan kayu yang klasik dengan kelambu yang terikat.
Aku menutup pintu, merebahkan tubuhku di ranjang super king, sangat empuk.
"Terimakasih Tuhan, kau masih memberiku nikmat untuk merebahkan diri," ucapku sembari memejamkan mata.
Tak terasa aku terlelap....
.
.
.
Byuur
Aku terperanjat kaget dan langsung beranjak duduk.
Segelas air tersiram ke wajahku dan beberapa air terhirup masuk ke dalam hidungku. Sungguh perih, membuat hidung dan mataku memerah.
Aku sadar pria yang sudah menjadi suamiku itu sedang menatapku tajam. Ia tak memakai atasan, hanya memakai celana panjang. Ruangan pun gelap, satu-satunya sinar adalah sinar lampu yang masuk dari jendela kamar.
Baru ku sadari hari sudah berganti malam.
Edgar duduk di sofa dekat ranjang itu. Ku akui dia sangat seksi, otot di tubuhnya sangat menonjol membuat bulu kuduk ku meremang. Tergelitik dan ingin menyentuhnya.
Ada apa dengan ku? Baru saja aku tergoda dengannya.
"Kau... tak bisa kah membangunkanku dengan lembut?" tanyaku pada Edgar dengan memasang ekspresi marah
"Siapa yang mengijinkanmu tidur disini?" tanya Edgar padaku
Kemudian dia merebahkan tubuhnya di sofa.
"A-Aku tidak tahu dimana kamar ku, katamu kau tidak akan pernah menganggapku sebagai istrimu, jadi aku rasa inilah kamarku," ucapku
Dia tersenyum miring,
"Kau sungguh pintar, jadi kau tahu dimana posisimu sekarang kan?" tanya Edgar.
Aku diam, karena tiba-tiba pria itu bersiul seperti memanggil seseorang.
Ceklek.
Seorang wanita dengan pakaian terbuka masuk ke dalam kamarku. Wajahnya tidak terlihat jelas karena ia memakai topeng pesta dengan hiasan bulu angsa di tepinya.
Wanita itu memberikan sebuah tali pada Edgar. Dengan cepat Edgar berdiri seraya mengambil tali tersebut dari tangan si wanita lalu berjalan ke arahku.
Pikiranku berkecamuk, untuk apa tali itu?
Edgar mengambil lengan tangan kiri ku dan mengikatnya di sisi ranjang. Aku menepisnya, aku tidak ingin diikat. Ku coba membukanya dengan satu tanganku tetapi wanita tadi meraih lenganku dan membantu Edgar mengikat tanganku yang sebelah kanan.
Kini kedua tanganku terikat. Ku gerakkan kedua tanganku agar ikatan itu terlepas tetapi malah membuat Edgar tertawa.
"Diamlah Zoya...kau berisik sekali. Kalau kau berisik aku akan menyumpal bibirmu dengan lem tikus yang perekatnya tak bisa kau buka lagi kecuali jika kau ingin merusak bibirmu sendiri," ucap Edgar dengan sadis.
Aku menurut saja, diam tak banyak bicara berharap dia melepaskan tanganku yang mulai terasa pegal.
"Ini malam pertama kita Zoya, tapi aku tak ingin melakukannya denganmu. Aku akan melakukannya dengan Julia Ghumaisya, kekasihku," ucap Edgar seraya menghampiri wanita itu
Aku terkejut mendengarnya. Gila, dia ingin melakukannya dengan Wanita itu didepan ku?
Edgar mulai membuka penutup wajah kekasihnya itu. Julia Ghumaisya, aku baru mengetahui namanya. Tunggu arti nama Ghumaisya dalam Persia adalah penggoda. Wajar saja dia tumbuh menjadi penggoda.
Ku akui wanita itu cantik, berambut hitam, matanya coklat, kulitnya sedikit gelap. Dada dan bokongnya berukuran besar. Persis seperti Jennifer Lopez. Ahhh tidak sepertiku, Mungkin saja Edgar penyuka ukuran besar, I Don't Care.
Aku bersyukur dia tidak menggauliku. Tapi menyuruhku disini dan melihatnya bercinta dengan wanita lain sama sekali tidak beretika. Yang terpenting sekarang adalah Bagaimana agar diriku bisa terlepas malam ini.
Ahh tidak, kain penutup wanita itu mulai berjatuhan satu persatu, aku lebih baik menutup mataku.
"Jika kau menutup matamu, maka malam ini ku pastikan. Akan ku robek dirimu dengan kasar. Buka matamu dan lihatlah," ucap Edgar kemudian ia tertawa puas.
Apa maksudnya merobek diriku dengan kasar, tidak akan ku biarkan dia menyentuhku dengan cara tidak wajar. Dan lagi aku belum siap.
Tingkah Edgar benar-benar menjijikan, dia tidak memperbolehkan aku menutup mata. Melihatnya melakukan hubungan itu di atas sofa kamar, sementara aku berada di ranjang, terikat tak berdaya....Aku terus mengumpat dan semakin Aku mengumpat dia semakin tertawa puas.
Aku terpaksa membuka mataku, meski pandanganku menatap kearah lain tetap saja membuatku jengah. Dan rasa sakit hati yang luar biasa. Aku menangis dalam hati namun tak mampu kutahan. Air mata itu pun jatuh. Aku harus kuat melihat awal pernikahanku yang ternoda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
ELIN HIAT
itu laki punya gangguan jiwa kali, masa main depan istri sah, klw emang gak mau bisa kau ceraikan saja
2024-09-01
0
Hanachi
udah mulai ga bener ni kelakuannya
2024-05-29
0
🟡🌻͜͡ᴀs Yuna ✨•§͜¢•🎀
dasar Edgar bikin emosi aja, seharusnya dia tolak aja pertunangan itu bukan buat orang lain sedih karena dia
2023-07-29
1