Cherry Blossom
Aku Zoya Deana Beaufort, seorang wanita karir dan tidak pernah berpacaran, hingga di umurku yang menginjak 30 tahun belum juga menikah.
Entahlah....
Aku sulit sekali jatuh cinta bukan berarti aku tidak normal. Aku sangat normal namun aku belum ingin menjalin hubungan dengan lawan jenis. Intinya aku belum menemukan seseorang yang tepat untuk ku.
Mungkin faktor utamanya disebabkan oleh masalah perceraian orang tuaku dulu. Hingga membuatku berpikiran tak ingin mempercayai cinta.
Ayahku Ryan Osvaldo Beaufort. Dia keturunan bangsawan eropa yang mengharuskan anaknya untuk menikah dengan para bangsawan pula. Padahal era sudah modern namun tradisi tetap dilakukan di keluarga kami. Aku pun dijodohkan dengan seorang pria yang tidak ku kenal
Tinggal lama di Jepang lalu kembali ke Perancis untuk membicarakan pernikahanku. Begitu keluarga pria yang ingin dijodohkan denganku datang, Aku langsung menyambutnya dengan hangat. Tersenyum ramah dan berbicara semanis mungkin.
Terlihat basa-basi memang, yang sebenarnya ku rasakan adalah ada rasa gugup karena mereka akan menjadi keluarga baru ku
Sosok Pria yang ingin di jodohkan denganku sangat tampan, namun tatapannya begitu dingin. Bidangnya berotot. Sangat sempurna secara fisik.
Awal pertemuan dia tidak pernah menunjukkan senyumnya saat di sapa Ayahku, dia tetap memasang wajah kaku menunjukkan pemberontakan dalam jiwanya. Meski sedikit membungkuk memberikan rasa hormat tetapi wajah tak pernah berbohong. Terlihat dengan jelas dan tegas ia menolak perjodohan.
Siapa sih yang ingin di jodohkan? Aku juga menolak namun apa daya Aku hanya pasrah, sebagai seorang anak yang ingin berbakti kepada orang tuanya. Menerima perjodohan, meski belum merasakan cinta didalamnya
Menatap calon prianya saja sudah membuatku bergidik, mana bisa mencintai pria dingin kaku dan terlihat kejam seperti itu.
Aku berharap pernikahan ku nanti berjalan dengan indah dan sempurna, lalu cinta akan tumbuh perlahan.
Selama pertemuan itu hanya Ayahku dan Orang tuanya yang saling berbincang, sementara aku, dia dan juga adik laki-laki ku hanya diam kaku dan hanya menjadi pendengar.
Aku tak mengerti dengan urusan pernikahan, apa yang harus dilakukan. Bagaimana dan seperti apa acaranya, aku tidak peduli semua ku serahkan pada Ayahku.
Ibuku tak ada di rumah itu, ia memilih pergi dengan selingkuhannya, seorang pria yang jauh lebih muda dari Ayah. Kabarnya pria itu adalah karyawan Ayah. Dan sudah 15 tahun ini aku tinggal dengan Ayahku
"Zoya...Apakah kau setuju jika pernikahan dilakukan di Jepang?" tanya Arnold, Ayah pria itu
"Ya, aku setuju. Apapun keputusan Ayah adalah keputusan ku juga," ucapku kemudian terdengar suara kekehan kecil dengan senyum dikulum seakan mencibir diriku
Siapa lagi kalau bukan pria itu. Siapa namanya aku bahkan tidak tahu.
Dia menatapku sinis dan berbicara tanpa mengeluarkan suara, bisa ku lihat dari gerakan bibirnya, jelas dia mengatakan "Tidak punya pendirian,"
Sangat kasar, kalau bukan karena Ayah mana mau aku menikahi dirinya.
"Baiklah karena semuanya setuju maka pernikahan Zoya dan Edgar akan dilakukan di Jepang. Saat bunga Sakura bermekaran," ucap Ayahku
Oh jadi namanya Edgar, dari sinilah baru ku ketahui namanya
Kedua keluarga telah sepakat, pernikahan akan dilakukan di negeri tempatku bekerja, Jepang. Rupanya Edgar juga memiliki bisnis baru disana dan itulah yang menjadi alasan mengapa pernikahan di lakukan di Jepang.
.
.
.
Waktu yang ditunggu akhirnya tiba. Hari yang akan menjadi hari bersejarah untukku. Bunga Sakura bermekaran, beberapa bunga berjatuhan karena sang angin menggoda dirinya. Di musim inilah aku akan menikah, sebentar lagi.
Ya...hanya menunggu beberapa detik lagi.
Semua keluarga telah hadir di gedung pernikahanku, juga beberapa teman kerjaku. Menunggu pendeta memanggil kami ke altar pernikahan.
"Aku gugup," ucapku pada Ayah yang baru saja menghampiri ku
"Ambil napas panjang, jangan gugup sayang. Itu wajar tapi tersenyumlah untuk menghilangkan kegugupan itu. Ayah akan mengantarmu ke altar, ayo," ajak Ayah
"Sekarang?" tanyaku, kemudian di angguki olehnya tanda mengiyakan.
Rasanya tak percaya jika sebentar lagi aku akan melepas masa gadisku haha, senang namun sedih.
Ku hirup panjang udara sekitar dan menghembuskannya perlahan
Hahh... menikah dengan orang yang tidak ku kenal. Aku tidak yakin akan tumbuh dicinta di antara kita. Tetapi pernikahan ini harus terjadi karena sudah menjadi tradisi keluarga ku.
Langkah kakiku bergerak menuju altar suci untuk mengucapkan janji dan sumpah setia sehidup semati. Didampingi Ayah, mengantarku dengan tangannya yang terasa kasar, kulitnya semakin menua ku berharap ia selalu sehat.
Aku tidak peduli Ibu kandungku datang di hari pernikahan ku atau tidak, karena aku membencinya. Aku benci penghianatan yang dilakukan wanita itu. Yang terpenting Ayah selalu ada untukku.
Setibanya aku di samping Edgar, pernikahan mulai dilakukan. Hatiku bergetar ketika tiba saat dimana Edgar membuka suara, mengatakan sumpah setianya. Dan kemudian berganti giliranku. Aku gugup. Bingung harus berkata apa
"Bodoh, jangan diam saja. Ucapkan janjimu," ketus Edgar berbicara dengan mulut yang terkatup. Ia melirikku dengan tajam
Tiba-tiba kepalaku pusing, rasanya semua berputar tetapi aku menahannya agar tidak jatuh dan mempermalukan keluarga ku.
Ku pejamkan mata dan menarik napas panjang kemudian mengucapkan janji suci untuk setia mendampingi Edgar hingga maut memisahkan. Seketika setelah mengucapkan sumpah janji, hatiku memberontak. Kenapa aku menerimanya. Tidak seharusnya aku menerimanya.
Setelah itu, sesi pemakaian cincin pernikahan. Edgar menyematkan cincin itu dengan wajah ketus dan tanpa senyum. Tidak bisakah dia tersenyum.
Setelah pemakaian cincin, tiba saat pemberkatan nikah dan doa. Kami berdua berlutut, pendeta memberkati kami dan menutup dengan doa. Setelah doa usai, veil boleh dibuka oleh mempelai pria. Pendeta mempersilahkan kami untuk melakukan wedding kiss.
Oh tidak, jangan sekarang. Aku belum siap. Pikirku, aku semakin gugup. Tapi Edgar rupanya menolak langkah itu. Ia meminta pendeta untuk melanjutkan sesi berikutnya. Yaitu tanda tangan janji pernikahan.
Edgar berbisik di telingaku saat giliran ku untuk tanda tangan.
"Jangan harap aku memperlakukanmu sebagai seorang istri," ucapnya
Aku menoleh, menatapnya dengan ketakutan. Pikiran negatif langsung membayangi diriku. Kemudian ia menyeringai lebar, senyum khas seorang devil.
Semoga saja yang ku takutkan tak akan terjadi. Ayah pasti menjodohkan ku dengan orang yang baik. Meski Edgar tak pernah terlihat ramah ataupun tersenyum.
Lega....
Itulah yang terjadi setelah beberapa menit berdiri di depan altar, membuat kaki ku sedikit sakit. Karena aku menggunakan high heels yang sempit. Aku meminjamnya dari temanku. Karena milikku patah disaat datang ke gedung, dan tidak ada waktu lagi untuk mencari penggantinya.
"Zoya, Ayah mengantarmu sampai sini. Semua barang mu, koper mu sudah di masukkan kedalam bagasi mobil Edgar. Kau pulang bersamanya menuju rumah kalian," ucap Ayahku
"Ayah tidak mengantarku ke rumah Edgar?" tanyaku
"Tidak Zoya, Ayah harus bergegas sekarang. Ayah sudah seminggu di sini, apa masih kurang puas hemm? Pesawat Ayah menunggu. Maaf ya," ucap Ayah
"Baiklah, hati-hati dijalan. Maaf tidak bisa mengantar Ayah ke bandara," sahut ku
"Kak, selamat ya, semoga kau bahagia dan segeralah buat keponakan untukku hehe," ucap Oscar sedikit bercanda
"Ya terimakasih. Jaga Ayah, jangan nakal ya," ucap ku pada Oscar, adikku satu-satunya itu sangat tengil, usianya 25 tahun. Dialah yang melanjutkan bisnis Ayah. Sementara aku, memilih berkarir di bidang fashion.
Mereka melambaikan tangan di tengah para tamu undangan dan keluarga yang masih berada disana menikmati hidangan di dekat taman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
🔵𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆🤎ɛʋɛʟʏռɛ•§¢✰͜͡v᭄
hidup baru zoya dimulai, apakah bahagia atau menderita
2024-09-01
0
Hanachi
bidangnya berotot atau dada bidangnya, kk author ?
2024-05-29
0
Yuna DR
semoga kamu bahagia zoya
2023-07-29
0