Pagi ini setiap penghuni rumah melakukan aktivitasnya masing-masing.Alya pun nampak asyik membantu para petani di ladang usai pekerjaannya beres.
Selagi Alya asyik bekerja di ladang, Isao justru menghabiskan waktu menemani nenek Asami yang sedang asyik merajut di kursi goyang di teras rumahnya.Sesekali ia terlihat mencuri pandang ke arah Alya yang dapat terlihat dari tempatnya duduk saat ini.
"Isao chan, kau sedang melihat apa?",tanya Nenek Asami saat melihat cucunya sibuk celingak-celinguk kesana kemari.
Sontak Isao kikuk mendengar pertanyaan dari sang Nenek.
"Tidak Nek!Aku hanya sedang memantau para petani yang sedang bekerja", ucapnya mencari alasan.
Ditengah kegiatannya memantau Alya, Isao tiba-tiba teringat akan kejadian kemarin.Ia pun iseng melontarkan pertanyaan pada Nenek Asami, berharap sang Nenek memiliki jawaban atas pertanyaannya tersebut.
"Oh ya nek!Apa Nenek tahu soal luka bakar dipunggung Alya?"
"Luka bakar?", Nenek Asami balik bertanya
"Iya."ucap Isao semangat.
"Ooo....luka itu akibat air keras yang tidak sengaja ditumpahkan Ayahnya saat dia masih remaja", jawab Nenek Asami santai.Namun detik berikutnya Nenek Asami mendadak terdiam dan berpikir cukup lama.
"Tapi darimana kau tahu tentang luka itu, Isao chan?Setahu Nenek, dia tidak ingin orang lain tahu soal luka bakar tersebut.Apalagi sampai memperlihatkannya!Nenek saja tidak berani mengungkitnya karena tidak tega melihat wajah sedihnya saat pertama kali Alya chan memperlihatkannya pada Nenek.Luka itu seperti aib baginya.Dia tidak percaya diri menjalin hubungan dengan seorang pria karena bekas luka itu.Jadi dari mana kau bisa tahu?Apa kau tidak sengaja melihatnya?", tanya Nenek Asami penasaran.
Lagi-lagi Isao menjadi salah tingkah di hadapan Nenek Asami.Entah apa yang harus ia katakan pada sang nenek.Mengelak pun ia tak bisa.Tak ada satu pun alasan yang terlintas dipikirkannya saat ini.
"Sebenarnya....kemarin....saat nenek menyuruhku meminta maaf....aku tidak sengaja melihat punggungnya.Tapi...aku berbohong padanya dan mengatakan jika aku tidak melihat apa-apa!Aku takut dia akan marah jika ku bilang aku melihatnya", Isao akhirnya mengaku pada Nenek Asami.
Nenek Asami lantas menghela nafas lega mendengar penjelasan Isao.Beliau pun kembali fokus dengan rajutannya yang sempat terhenti.
"Syukurlah kalau kau berbohong dengan mengatakan tidak melihatnya.Kalau kau mengatakan yang sebenarnya, Nenek tidak yakin apakah dia masih bisa tersenyum seperti biasanya atau tidak?Alya chan anak yang baik dan periang.Dia menyayangi Nenek seperti Neneknya sendiri dan Nenek juga menyayanginya seperti cucu Nenek sendiri.Jadi jangan pernah menyakitinya, ya!", Nenek Asami memperingatkan.
Kata-kata Nenek Asami seolah mempengaruhi pikiran Isao.Ia menatap iba ke arah Alya yang nampak bahagia berbaur dengan para petani.
Namun tatapan iba Isao mendadak berubah kesal saat dirinya tak sengaja melihat Alya sedang bercengkrama dengan seorang pria muda bertubuh kekar.Mereka terlihat sangat akrab, bahkan Alya tertawa lepas dihadapan pria itu tanpa rasa canggung sedikit pun.
'Ckckck....bukannya Nenek Asami bilang kalau dia tidak berani menjalin hubungan dengan pria karena bekas luka itu?!Lantas apa yang dia lakukan bersama pria itu barusan?Apa dia berusaha mencari perhatian!', batin Isao kesal.
"Siapa pria yang sedang bersama Alya Nek?Sepertinya mereka terlihat akrab?".
Nenek Asami yang tadinya asyik merajut, sontak menghentikan kegiatannya.Ia berusaha melihat Alya dan orang yang dimaksud Isao dengan bantuan kacamatanya.Setelah memastikan siapa pria itu, beliau segera berbalik kearah Isao seraya tersenyum.
"Dia Daichi san.Pemuda disekitar sini.Dia sudah menyukai Alya chan sejak pertama kali bertemu dengannya tahun lalu.Dia berusaha mendekati Alya chan, tapi Alya chan tidak pernah menghiraukannya.Mungkin dia ingin mencoba mendekati Alya chan sekali lagi.Berharap Alya chan berubah pikiran kali ini.Nenek akan ikut senang jika mereka bisa menjalin hubungan yang serius karena Nenek tahu Daichi adalah pemuda yang baik"
Isao nampak tak senang mendengar perkataan Neneknya.Terlebih di mata Isao, Daichi terlihat pecicilan, berusaha mencuri perhatian Alya dengan terus tersenyum dan memperlihatkan otot-ototnya yang kekar.
Sekelebat pikiran negatif pun muncul dibenak Isao.Kira-kira bagaimana reaksi Daichi saat mengetahui fisik asli Alya?Apa dia masih bisa sesenang itu menggodanya?Atau dia justru menghina bahkan mengolok-olok Alya?!
Tak tahan melihat keakraban diantara mereka, Isao pun segera menghampiri keduanya dengan raut wajah kesal.
"Alya san, apa yang kau lakukan disini?Bukankah seharusnya kau mengurus Nenek Asami?Kenapa kau malah sibuk mengurus ladang?Apa kau mau pekerjaanmu diganti?Sekalian saja kau menjadi petani!", tanya Isao dengan nada sinis.
Alya yang sedari tadi bersenang-senang dengan para petani sontak terdiam dan berbalik ke arah Isao.
"Bukankah tuan watanabe sendiri yang bilang padaku akan mengurus Nenek Asami?Karena itu aku membantu mereka".
"Tapi bukan berarti kau meninggalkan Nenek dan melimpahkan semua pekerjaanmu padaku!".
'Bukannya dia sendiri yang memintanya?Dia sendiri yang bilang anggap aku tuan rumah dan dia yang menumpang?Kenapa sekarang kata-katanya berubah?Cih,dasar psikopat yang tidak punya pendirian' ,batin Alya.
Namun Alya tak berani mengutarakan hal tersebut pada Isao, terlebih di depan para petani yang sedang bekerja.
"Baik tuan watanabe.Aku akan kembali ke rumah", ucap Alya dengan nada menyindir.Ia segera bangkit dan berjalan ke arah rumah Nenek Asami.
'Awas saja jika kau masih terus mengoceh sampai di dalam rumah!' , batin Alya lagi.
Para petani hanya bisa terdiam seraya menatap Alya yang berlalu meninggalkan mereka.Sementara Isao menatap kesal ke arah Daichi lalu berjalan mengikuti Alya dari belakang.
...****************...
"Apa yang kau lakukan dengan Daichi san di kebun barusan?Bisa-bisanya kau bersenang-senang dengannya, tertawa terbahak-bahak, sementara kau melupakan jadwal makan siang Nenek Asami!", oceh Isao pada Alya yang sedang sibuk menyiapkan makanan Nenek Asami di dapur.
Alya yang sudah kesal mendengar ocehan Isao sepanjang jalan hingga ke dapur, segera berbalik dan menyimpan mangkok dengan kasar di atas meja.
"Bukannya kau sendiri yang ingin menghabiskan waktu dengan Nenek Asami dan menyuruhku untuk menjadi tuan rumah!", kata Alya dengan kesal.
Isao nampak geram mendengar ucapan Alya.Ia mengepalkan tangannya seraya menatap Alya dengan tatapan penuh amarah.
Melihat hal tersebut, nyali Alya yang tadinya sebesar gunung fuji seketika menciut hingga sekecil biji wijen.Terlebih saat Isao berjalan menghampirinya dengan raut wajah mengintimidasi, seolah ingin melahapnya.Alya pun semakin gugup dibuatnya.Ia berusaha menghindar dengan terus berjalan mundur hingga akhirnya ia terperangkap di sudut dinding dan tak bisa kemana-mana lagi.
Satu-satunya ide yang terlintas di kepala Alya hanyalah berpura-pura terlihat berani dengan menatap tajam ke arah Isao.Namun pertahanannya itu hanya bertahan sementara karena Isao sama sekali tak gentar mendekatinya dan terus saja menatapnya dengan tajam.Tak ingin menambah kemarahan Isao, Alya akhirnya menyerah dan memalingkan wajahnya demi menghindari amukan pria itu.
Melihat wajah ketakutan Alya, seketika amarah Isao pun mereda.Ia justru ingin tertawa melihat ekspresi ketakutan wanita itu.Namun ia berusaha menahannya dan lanjut menjahili Alya.Ia mencoba mengejar tatapan wanita itu yang terus saja memalingkan wajahnya darinya.
Karena tak punya ruang lagi untuk bergerak usai Isao mengunci tubuhnya di sudut dinding dapur, Alya pun memilih diam dan pasrah jika Isao melakukan sesuatu padanya.
"Jadi kau merasa sudah menjadi nyonya di rumah ini?begitu?", tanya Isao setengah berbisik ke telinga Alya.
Refleks tubuh Alya bergidik mendengar suara menyeramkan Isao yang berbisik ke telinganya.
"Tidak tuan watanabe!Saya hanya kagoshi Nenek Asami.Saya tidak bermaksud menjadi Nyonya di rumah ini.Kata-kata itu keluar dari mulut anda sendiri!"
Isao tersenyum, namun Alya tak melihatnya karena berusaha menghindari tatapan mata Isao.
"Kalau begitu tetaplah berada di dekatku dan Nenek Asami sekalipun aku yang mengurusnya!Jangan menghilang dari jangkauanku dan tetap dampingi aku menjaga Nenek Asami, mengerti?!", ucapnya sedikit melembut.
"Ba...baik tuan...watanabe", jawab Alya terbata-bata.
Meski Alya sudah memberikan jawaban yang ia harapkan, namun Isao tak bergeser sedikit pun dan masih bergeming di tempatnya.
"Maaf tuan Watanabe, tapi bisakah anda menjauh?Aku ingin ke toilet.Jika anda tidak mengizinkan aku pergi, bisa-bisa buang air kecil disini!", pinta Alya sedikit memelas.
"Tentu!"
Isao perlahan mundur dan memberi ruang pada Alya untuk pergi.Ia nampak tersenyum tertahan begitu Alya berlari-lari kecil ke arah kamar mandi.
Sementara Nenek Asami dan Bibi Akiko yang sedari tadi mengintip mereka dari ruang tengah, nampak tersenyum geli melihat tingkah manis keduanya.
...****************...
Setibanya di kamar mandi, Alya segera memperbaiki nafasnya yang tak beraturan.Ia seakan ingin berteriak sekencang-kencangnya.Namun ia berusaha menahannya dengan menggigit bibir bawahnya cukup kuat.
"Dasar psikopat gila!Tukang perintah!Plinplan!Orang yang tak dapat dipercaya!", teriaknya sedikit berbisik.
Alya menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal ke lantai.Rasanya ia ingin menghancurkan barang-barang yang ada di kamar mandi saking kesalnya karena tak tahu harus menghadapi Isao dengan cara apa.
Alya sadar kejadian di malam itu adalah kesalahannya.Tapi bukankah ia sudah berjanji tidak akan mengusik Isao lagi?Lantas mengapa sekarang justru dirinyalah yang terusik oleh kelakuan pemuda itu?Apakah kesalahannya harus ditebus dengan menerima perlakuan semena-mena darinya selama ia berada disini?
'Kumohon segeralah pulang ke Tokyo!',batinnya
Setelah menenangkan diri, Alya bergegas keluar dari kamar mandi.Ia berjalan menuju meja makan untuk mengambil bubur yang sudah ditaruhnya ke dalam mangkuk tadi.Namun ia nampak bingung melihat mangkuk tersebut sudah tidak berada di sana.
Yakin jika mangkuk itu telah diambil oleh Isao, Alya pun berjalan menuju teras depan, dimana Nenek Asami sedang berada saat ini.Ia melihat Isao sedang menyuapi sang Nenek sambil mengajaknya berbincang.
Menyadari kedatangannya, Isao lantas mengalihkan pandangannya ke arah Alya.Ia memberi isyarat dengan telunjuknya agar Alya duduk di kursi yang berada tepat di sampingnya.Sontak Alya teringat dengan peringatan Isao barusan.Ia pun berjalan ke arah kursi yang ditunjuk Isao dan duduk manis di sana.
"Alya chan, kau darimana saja?", tanya Nenek Asami lembut.
"Ahh...Alya dari kamar mandi Nek", jawab Alya lembut sembari tersenyum ke arah Nenek Asami.
"Oh iya!Nenek ada undangan pernikahan yang harus di hadiri di Sapporo.Cucu Kakek Ichiro akan menikah lusa dan besok kita sudah harus kesana untuk check in di hotel tempat acara pernikahan berlangsung".
"Tapi perjalanan dari Biei ke Sapporo lumayan jauh Nek.Butuh waktu dua setengah jam untuk sampai ke sana", Isao nampak cemas membayangkan Neneknya harus menempuh perjalanan jauh.
"Karena itu Nenek menyampaikannya padamu, Isao chan.Bagaimana jika kau yang menghadiri acara pernikahan sepupumu?Sekalian ajak Alya chan kesana, biar dia bisa jalan-jalan.Selama ini dia hanya berkeliling disekitar sini", ucap Nenek Asami.
Alya terkejut mendengar Nenek Asami menyebut namanya.Ia tidak ingin asyik berjalan-jalan dan meninggalkan Nenek Asami sendirian di rumah.Sudah menjadi konsekuensi pekerjaannya yang harus selalu berada di sisi majikannya.Lagipula Alya tidak ingin menikmati perjalanannya yang indah bersama orang yang menyebalkan.
"Maaf Nek!Bukannya Alya menolak, tapi Alya tidak bisa meninggalkan Nenek sendirian.Alya tidak perlu pergi kemana-mana.Disini saja Alya sudah sangat senang", tolak Alya dengan lembut.
"Nenek tidak apa-apa.Lagi pula ada Akiko san yang menemani Nenek di rumah.Para petani juga sudah mulai sibuk di ladang, jadi Nenek tidak akan kesepian.Perjalanannya hanya tiga hari, jadi nikmatilah selagi ada kesempatan".
Alya ingin menolaknya sekali lagi, namun Isao sudah lebih dulu memotong ucapannya.
"Baiklah kalau Nenek memaksa!Tapi jika terjadi sesuatu, segera hubungi kami!".
"Tentu saja"
Alya menatap kesal ke arah Isao.Namun Isao justru memberi isyarat yang cukup mengancam pada Alya, agar wanita itu setuju dan menyanggupi permintaan Nenek Asami.Akhirnya Alya memilih mengalah dan mengikuti kemauan pria sinting itu.
"Baik Nek, Alya akan pergi bersama watanabe san", ucapnya terpaksa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Adriana
sudah mulai suka kan Isao😄😄😄
2023-06-14
1
Reva
ini sih bukan mikirin pendapat si daichi,tapi mikirin perasaan si Alya.dia sdh mulai kesemsem😄😄
2023-06-07
1
Reva
ada yang jealous nih!
2023-06-07
0