Dia menangis sepanjang malam

Setelah melalui perjalanan yang cukup menegangkan bersama Isao, Alya akhirnya tiba di rumah Nenek Asami dengan selamat.

Usai memarkirkan sepedanya, Isao berlari menuju ke rumah sang Nenek, sementara Alya menenteng koper Isao sambil melangkah dengan santai menuju Villa milik Nenek Asami yang berada tepat di samping rumah utama.

Villa itu dulunya rumah utama yang ditinggali Nenek Asami. Namun setelah suaminya meninggal, ia merasa rumah itu terlalu luas untuk ditinggali bersama asisten rumah tangga dan perawatnya.

Akhirnya Nenek Asami membangun rumah yang lebih kecil di sampingnya dan mengubah rumah lamanya menjadi Villa untuk disewakan kepada wisatawan yang datang berlibur ke Biei.

Setibanya di kamar utama villa, Alya bertemu dengan Bibi Akiko, asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Nenek Asami. Wanita paruh baya itu sedang sibuk merapikan kamar utama yang akan ditempati Isao selama berada di Biei.

"Apa Bibi Akiko butuh bantuan?" Tanya Alya setelah meletakkan koper Isao di depan lemari.

"Tidak perlu. Pekerjaan Bibi sudah hampir selesai." Tolak Bibi Akiko dengan lembut.

"Daripada membantu pekerjaan Bibi, lebih baik Alya chan segera pulang ke rumah. Jam makan siang Nenek Asami sudah lewat beberapa menit yang lalu." Bibi Akiko mengingatkan.

Alya tersentak kaget mendengar ucapan Bibi Akiko. Ia pun melirik jam tangannya untuk memastikan ucapan sang Bibi. Benar saja, jam telah menunjukkan pukul satu siang lewat lima belas menit.

Sontak Alya mengangkat tangan dan menepuk jidatnya dengan keras. "Astaga! Waktu makan siang Nenek Asami sudah lewat!"

Bibi Akiko lantas terkekeh melihat ekspresi panik Alya.

"Pulanglah ke rumah dan siapkan makan siang untuk Nenek Asami."

Tanpa sempat menanggapi ucapan Bibi Akiko, Alya segera berlari ke rumah Nenek Asami.

...****************...

Siang berlalu begitu cepat hingga tak terasa malam pun tiba. Di ruang makan, Nenek Asami, Isao, Alya dan Bibi Akiko sedang berkumpul untuk bersantap malam. Tak ada obrolan diantara mereka. Keempatnya hanya fokus pada makanan masing-masing.

"Terima kasih atas makan malamnya," ucap Nenek Asami mengakhiri perjamuan makan malam mereka yang baru saja selesai.

Alya, Bibi Akiko dan Isao kompak membalas ucapan Nenek Asami dan dengan gerakan cepat mereka mengerjakan tugas masing-masing.

Selagi Alya dan Bibi Akiko sibuk membereskan peralatan makan mereka, Isao berjalan menghampiri sang Nenek.

"Mari Nek, kita ke kamar." Ajak Isao.

"Baiklah. Tunggu sebentar." Nenek Asami lalu menoleh ke arah Alya yang sedang mencuci piring bersama Bibi Akiko.

"Alya chan, Nenek ke kamar duluan dengan Isao ya!" Seru Nenek Asami.

Refleks Alya berbalik dan mengangkat jempolnya sambil tersenyum. "Baik Nek. Selamat tidur!"

"Selamat tidur, Alya chan. Selamat malam Akiko san." Pamit Nenek Asami.

"Selamat malam juga, Asami Sama." Balas Bibi Akiko yang juga berbalik ke arah Nenek Asami sambil tersenyum.

Usai berpamitan, Nenek Asami lalu berbalik ke arah Isao. Ia meraih tangan cucunya dan pergi bersamanya ke kamar.

Sejak kedatangannya siang tadi, Isao tak sekalipun beranjak dari sisi Nenek Asami. Ia dengan setia mendampingi sang Nenek dan membantunya melakukan aktivitas sehari-hari sesuai arahan yang Alya berikan.

Karenanya, pekerjaan Alya jadi lebih ringan dari biasanya. Ia hanya perlu memantau keduanya dari kejauhan, berjaga-jaga jika sewaktu-waktu Nenek Asami membutuhkannya.

Sayangnya seharian ini Nenek Asami tak sekalipun mencari Alya dan hanya sibuk menertawakan lelucon Isao yang tidak ia pahami.

Sempat terbersit cemburu di hatinya karena Nenek Asami hanya berfokus pada Isao semenjak kedatangannya. Sampai-sampai ia menatap Isao dengan wajah cemberut tiap kali ia berinteraksi dengan sang Nenek. Ia merasa ada yang hilang dari dirinya karena tak melakukan rutinitasnya sehari-hari.

Namun Alya sadar, tidak seharusnya ia bersikap seperti itu mengingat Isao adalah cucu satu-satunya yang Nenek Asami miliki dan sudah beberapa tahun ini tak beliau jumpai karena kesibukannya sebagai dokter.

...****************...

Malam semakin larut, keadaan di sekitar rumah Nenek Asami pun mulai hening. Alya sedang asyik duduk di kursi sembari memainkan ponselnya saat Isao keluar dari kamar Neneknya.

Alya pun menoleh ke arah Isao yang sedang memberi isyarat kepadanya menggunakan jari telunjuknya, agar Alya tidak bersuara keras dan membangunkan sang Nenek.

"Nenek sudah tidur. Sekarang kau bisa istirahat." Perintah Isao sambil berbisik.

"Kalau begitu saya ke kamar dulu. Terima kasih atas bantuannya," ucap Alya yang juga ikut berbisik sambil membungkukkan badannya.

Setelahnya tak ada lagi obrolan diantara mereka. Keduanya berpisah dan kembali ke kamar masing-masing.

...****************...

Alya baru saja menamatkan novel yang telah ia baca berulang kali sejak kedatangannya di Jepang satu tahun lalu. Setiap malam, ia selalu menyempatkan diri membaca beberapa bab dari salah satu novel yang dibawanya dari Indonesia untuk membantunya tertidur.

Saat tengah bersiap mematikan lampu tidur, Alya tak sengaja mendengar suara aneh dari luar kamarnya. Samar-samar ia mendengar suara seorang pria sedang menangis dari arah jendela kamarnya, yang kebetulan berhadapan langsung dengan balkon kamar utama di Vila sebelah.

Karena penasaran dengan suara itu, Alya pun memberanikan diri berjalan ke arah jendela kamarnya. Ia menyingkap sedikit tirai gorden kamarnya untuk mengintip keluar.

Namun tak lama kemudian raut wajah Alya mendadak pucat saat dirinya tak sengaja melihat kejadian tak terduga dari seberang kamarnya. Ia pun mengusap kedua matanya, lalu menajamkan penglihatannya untuk memastikan sekali lagi jika yang dilihatnya barusan bukanlah halusinasi.

"Apa aku tidak salah lihat?" Gumamnya.

Pandangan mata Alya sedang tertuju pada kamar utama Villa yang kini ditempati Isao. Karena dinding dan pintu kamar nya terbuat dari kaca, Alya pun dapat melihat seisi kamar dengan jelas.

Dan malam itu Isao membiarkan tirai yang seharusnya menjadi penyekat, dalam keadaan terbuka lebar. Bahkan pintu yang menghubungkan kamarnya dengan balkon, ia biarkan terbuka, dengan lampu kamar yang masih menyala.

Karena itu Alya dapat melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi di dalam sana. Ia melihat Isao yang duduk di tepi tempat tidur, sedang meremas rambutnya dengan kuat.

Yang lebih mengejutkannya lagi, Alya melihat Isao menangis tersedu-sedu sembari memandangi sesuatu yang berada di atas meja rias yang ada di hadapannya.

Sayangnya pandangan Alya terhalang oleh lemari pakaian, hingga ia tak dapat mengetahui benda apa yang sedang dipandangi Isao saat itu.

"Apa yang terjadi? Bukannya seharian ini dia baik-baik saja?"

Melihat kejadian itu, Alya pun jadi penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Isao. Ia bahkan tak mengalihkan pandangannya sedikitpun, hingga pemuda itu kelelahan dan membaringkan kepalanya di tepi kasur, lalu tertidur.

Setelah memastikan tak ada lagi yang terjadi, Alya berbalik dan melangkah pelan menuju tempat tidurnya. Ia berbaring memandangi langit-langit kamarnya, memikirkan apa yang menyebabkan Isao begitu terluka. Saking penasarannya, sampai-sampai Alya terlelap sambil memikirkan kejadian itu.

...****************...

Alarm ponsel Alya tiba-tiba berdering, memaksanya untuk bangun dan mulai beraktifitas seperti biasa. Usai menunaikan ibadah subuh, Alya berjalan ke arah jendela kamarnya.

Sebelum memulai aktifitas paginya, Alya biasanya menikmati udara segar melalui jendela kamarnya lebih dulu. Ia akan mencondongkan tubuhnya ke luar jendela, lalu menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya dengan pelan sambil tersenyum.

Setelah puas menikmati udara segar di kamarnya, Alya akan ke dapur menyiapkan sarapan untuk Nenek Asami.

Namun pagi ini, Alya dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang tak terduga di dapur. Ia melihat Isao sedang berdiri di depan kitchen set sambil memasak sesuatu.

Dan seakan merasakan kehadirannya, Isao yang saat itu sedang sibuk di depan kompor, spontan menoleh dan tersenyum ke arah Alya, lalu kembali fokus dengan masakannya.

"Selamat pagi Alya san." Sapa Isao dengan ramah.

Alya tak langsung menjawab. Ia terdiam cukup lama. Matanya menatap lekat punggung Isao yang sedang membelakanginya.

"Selamat pagi." Jawab Alya.

"Apa yang kau lakukan, Watanabe san?" Tanya Alya, penasaran dengan apa yang dilakukan Isao. Ia pun berjalan dengan pelan ke arahnya.

"Aku sedang memasak bubur kesukaan Nenek Asami."

Sontak Alya berhenti melangkah. Matanya membulat menatap Isao. "Kenapa?!"

Menyadari nada keberatan pada pertanyaan Alya, Isao pun mengecilkan api kompornya dan berbalik menatap Alya.

"Karena aku suka memasak sarapan untuk Nenek." Jawab Isao enteng, membuat Alya kehabisan kata-kata

"Setidaknya selama aku ada disini aku akan membantumu merawat Nenek. Dengan begitu kau bisa sedikit lebih santai," sambung Isao, lalu berbalik untuk melihat masakannya.

Namun bukannya senang dengan tawaran Isao, Alya justru kesal. Seolah pria itu akan merebut seluruh pekerjaannya. Ia pun menghampiri Isao dengan wajah cemberut sambil menatapnya dengan tatapan sinis.

"Jika kau mengambil alih semua pekerjaanku, lalu apa yang aku kerjakan? Aku tidak ingin dibayar tanpa bekerja!"

Isao tak langsung menanggapi protes yang dilayangkan Alya dan hanya fokus pada masakannya.

Setelah memastikan masakannya matang, Isao segera mematikan kompor, lalu berbalik menatap Alya sambil tersenyum sumringah.

"Anggap saja aku membayar hutang budi karena kau telah menjemputku di bandara. Dengan begitu kau tidak akan merasa terbebani dengan apa yang akan aku lakukan. Setuju?!"

Alya terdiam, tak menanggapi usulan Isao. Ia bingung, namun bukan karena ucapan yang baru saja Isao lontarkan, melainkan ia bingung melihat ekspresi Isao saat ini sangat berbeda dengan ekspresi yang ia lihat semalam.

'Bukannya semalam dia menangis tersedu-sedu seperti anak kecil?kenapa sekarang dia malah terlihat sangat ceria?'

"Alya san!!!".

Isao menepuk pundak Alya dan membuatnya terperanjat kaget. Ia tak sadar jika sedari tadi dirinya menatap wajah Isao lekat-lekat.

Alya pun segera menundukkan kepalanya, malu.

"Maaf!" Jawab Alya gagap. Ia segera berbalik badan, lalu berjalan dengan cepat ke kamar Nenek Asami dan meninggalkan Isao sendirian dengan wajah kebingungan melihat ekspresinya yang salah tingkah.

...****************...

Alya berjalan dengan cepat menuju kamar Nenek Asami. Wajahnya memerah, lantaran malu setelah Isao memergokinya sedang memandanginya.

Untungnya saat masuk ke kamar, Nenek Asami sudah bangun dan berusaha bangkit dari tempat tidur. Ia pun segera menghampiri sang majikan dan membantunya duduk di tepi kasur.

"Ada apa Alya chan? Kenapa wajahmu merah begitu?" Tanya Nenek Asami khawatir, sembari memandangi kedua pipi Alya.

Spontan Alya jadi salah tingkah mendengar pertanyaan Nenek Asami, seolah ia baru saja kedapatan telah melakukan hal yang memalukan.

"Tidak apa-apa Nek! Alya hanya kedinginan! Itu sebabnya wajah Alya memerah." Jawab Alya asal sembari menepuk pelan kedua pipinya.

"Kedinginan? Apa penghangat ruangan di kamarmu rusak?" Tanya Nenek Asami sekali lagi dengan tatapan khawatir.

"Bukan begitu Nek! Tadi.... Alya... tidak sengaja memutar kran air dingin saat membasuh wajah." Alya memutar kedua bola matanya, berusaha mencari alasan agar Nenek Asami tidak semakin panik.

Namun bukannya mengangguk, Nenek Asami justru tertawa terbahak-bahak mendengar alasan Alya yang dirasa lucu olehnya. Ia sampai memukul pelan punggung Alya karena tak dapat menahan tawa.

"Padahal Nenek lebih tua darimu, tapi malah kau yang pikun. Dasar Alya chan!"

Belum reda tawa Nenek Asami, tiba-tiba Isao muncul tanpa mengetuk pintu.

"Kalian sedang menertawakan apa? Sepertinya sangat seru?" Tanya Isao seraya duduk di sofa yang berada di samping tempat tidur Nenek Asami.

"Alya chan lupa menyalakan kran air hangat dan langsung membasuh wajahnya dengan air dingin. Karena itu wajahnya jadi memerah seperti kepiting rebus!" Cerita Nenek Asami begitu tawanya reda.

Namun bukannya ikut tertawa, Isao justru mengernyitkan alisnya. Ia menoleh ke arah Alya dengan tatapan heran, seolah sedang meragukan cerita sang Nenek.

Melihat tatapan aneh Isao, Alya pun berusaha mengalihkan pembicaraan. "Bagaimana kalau sekarang Nenek ke kamar mandi dan membasuh wajah? Hari ini Nenek jalan pagi ditemani Watanabe biar Alya bisa merapikan kamar Nenek lebih cepat."

Tanpa pikir panjang, Isao segera berdiri dan berjalan menghampiri Nenek Asami. "Alya san benar, Nek!Sebaiknya kita pergi jalan-jalan agar dia bisa menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat."

Nenek Asami mengangguk setuju dan segera ke kamar mandi dengan dibantu Isao.

...****************...

Alya tengah mengamati Nenek Asami dan Isao yang sedang berkeliling di ladang bunga di depan rumah. Nampak jika keduanya sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersama. Ia pun ikut senang melihat keakraban yang terjalin diantara keduanya.

Nenek Asami juga terlihat lebih segar sejak kedatangan Isao, seakan kedatangan cucunya itu mampu menghidupkan kembali suasana rumahnya yang sepi.

Melihat keduanya yang sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, Alya pun bergegas ke dapur dan menyiapkan sarapan untuk Nenek Asami. Sekembalinya di teras, Isao dan Nenek Asami juga sudah tiba di sana.

Setelah membantu Nenek Asami duduk di kursi goyangnya, Alya segera menyodorkan mangkok berisi bubur dan sebuah tumbler pada Isao yang sudah lebih dulu duduk di tempat biasanya ia duduk untuk menyuapi Nenek Asami.

Dengan lembut Isao menyuapi sang Nenek seraya mengajaknya bercerita hingga buburnya habis tak bersisa. Dari caranya berinteraksi dengan sang Nenek, tampak sangat jelas jika Isao begitu menyayanginya.

Selesai sarapan, Nenek Asami melanjutkan aktifitas sehari-harinya. Ia mandi pagi, lalu berpakaian dengan di bantu Alya. Kemudian Nenek Asami kembali ke teras untuk merajut sembari memantau ladang bunga dan perkebunannya yang mulai digarap oleh para petani.

Alya pun sibuk menyiapkan benang wol yang akan digunakan Nenek Asami merajut, sementara Isao memilih pergi ke ladang untuk memantau para petani yang tengah sibuk menggemburkan tanah.

...****************...

Alya baru saja menutup buku yang ia baca dan bersiap untuk tidur, saat lagi-lagi dirinya mendengar suara tangisan seorang pria seperti malam sebelumnya.

Seakan yakin jika suara itu berasal dari kamar Isao, Alya pun kembali mengintipnya melalui jendela. Dan sesuai dugaannya, ia lagi-lagi mendapati Isao sedang menangis di waktu dan tempat yang sama.

Melihat hal tersebut, kekhawatiran dan rasa penasaran mulai memenuhi pikiran Alya.

Di satu sisi, ia ingin tahu masalah apa yang sebenarnya sedang Isao alami hingga dirinya terluka sedalam itu dan memilih untuk menangis diam-diam di malam hari. Di sisi lain, ia khawatir mental Isao sedang tidak baik-baik saja dan berusaha menutupinya dengan cara berpura-pura ceria di pagi hari.

Selain itu, Alya juga penasaran dengan benda misterius yang selalu pemuda itu pandangi saat sedang meratapi kesedihannya.

Dan karena itulah Alya terpikirkan sebuah ide untuk mengungkap itu semua. Dengan begitu, ia dapat tidur dengan nyenyak tanpa memikirkan keadaan Isao lagi.

Terpopuler

Comments

Reva

Reva

anak majikan yg pengen dijadikan orang numpang 😆😆

2023-06-07

1

lihat semua
Episodes
1 Salam kenal
2 Dia menangis sepanjang malam
3 Awal kebencian Isao
4 Masing-masing dari kita punya rahasia
5 Kau mulai mengusikku
6 Awal perjalanan cinta
7 Mimpi yang indah
8 Ciuman di bawah pohon sakura
9 Gugur sebelum merekah
10 Jangan terpengaruh
11 Aku bukan menangis, tapi tertawa
12 Kabar buruk ditengah kebahagiaan
13 Pesan terakhir ayah yang menyakitkan
14 Suara hati Alya
15 Dua kesedihan dalam satu waktu
16 Aku diantara mereka
17 Butuh waktu untuk menyembuhkan luka
18 Pria itu masih di pikirannya
19 Berbahagialah dengan dia
20 Selamat tinggal cinta pertamaku
21 Tanda-tanda
22 Tersadar dari mimpi
23 Putriku
24 Kembali ke Biei
25 Kesempatan kedua(tamat)
26 Pengumumuman season berikutnya
27 Dua tahun Isao
28 Aku selalu ada untukmu
29 Jika ditakdirkan bersama,aku akan menemukanmu
30 Ruang untuk Isao
31 Aku sudah menemukan jalanku
32 Awal hidup yang baru
33 Bangkit dari masa lalu
34 Reina dan Arata
35 Keraguan di hati Alya
36 Memang kenapa kalau aku janda?
37 Kecemburuan Alya
38 Rambut kepang yang membuat heboh
39 Terus terjadi padaku
40 Jika kau sedih,aku juga sedih
41 Hidup baru untuk Arata
42 Pertemuan Isao dan adiknya
43 Pesan cinta untuk Alya
44 Tumpukan surat Halil
45 Pesan Isao untuk Reina
46 Antara Isao dan Hyun bin?
47 Sehari sebelum berangkat
48 Pertemuan haru Isao dan keluarga Ayahnya
49 Jantung yang berdetak untukmu
50 Cinta Akira dan Halil
51 Jangan bersedih
52 Meluruskan segalanya
53 Wasiat dan sesuatu yang terungkap 1
54 Wasiat dan sesuatu yang terungkap 2
55 Wasiat dan sesuatu yang terungkap 3
56 Kepulangan Isao ke Tokyo
57 Kehadiran Ume
58 Kesalahpahaman Alya part 1
59 Kesalahpahaman Alya part 2
60 Batu sandungan part 1
61 Batu sandungan part 2
62 Melewati batu sandungan 1
63 Melewati batu sandungan 2
64 Malaikat tak bersayap
65 Tak ingin jauh darimu
66 Perekrutan tenaga medis
67 Insiden di kereta
68 Special Episode : Kehebohan di rumah sakit 1
69 Special Episode : Kehebohan di rumah sakit 2
70 Sambutan hangat Indonesia
71 Keputusan keluarga Alya
72 Insiden di rumah Ali
73 Jalan-jalan seharian
74 Kembali bertugas
75 Perasaan bersalah 1
76 Perasaan Bersalah 2
77 Menuju Kuyakusho 1
78 Menuju Kuyakusho 2
79 Bertemu pasien tak terduga
80 Berlibur ke pantai
81 Tanggal yang cantik
82 Kamar persembunyian
83 Selama Isao pergi 1
84 Selama Isao pergi 2
85 Aku ada untukmu
86 Kehadiran seseorang adalah obat terbaik
87 Menjemput Ume
88 Kehidupan rumah tangga
89 Belajar membuat keputusan
90 Bertemu wanita di masa lalu 1
91 Bertemu wanita di masa lalu 2
92 Percakapan antara lelaki
93 Acara makan malam
94 Hubungan giok dan Keiji
95 Fitting gaun dan tuxedo
96 Persiapan foto prewedding
97 Bersiap untuk kejutan
98 Kenangan di Biei
99 Biei sejuta kenangan
100 Makan malam dan api unggun
101 Sebelum meninggalkan Biei
102 Kamu yang pertama
103 Transplantasi rahim
104 Mari kita lakukan
105 Perjalanan dua minggu Isao yang sebenarnya 1
106 Perjalanan dua minggu Isao yang sebenarnya 2
107 Rahasia-rahasia Isao
108 Pertemuan tak terduga Arya dan Reina
109 Ajakan reuni
110 Malam Reuni dan Harumi 1
111 Malam Reuni dan Harumi 2
112 Menyambut kedatangan keluarga dari Turki
113 Menyusuri jejak giok tuan Hideaki 1
114 Menyusuri jejak giok Tuan Hideaki 2
115 Malam Henna yang panjang
116 Persiapan menuju klan
117 Bertemu Oyabun
118 Jebakan membawa petaka
119 Kondisi Isao menjelang pernikahan
120 Hari pernikahan
121 Malam pertama
122 Selamat datang dalam klan kudo kai
123 Bulan madu di kota kuwana
124 Memulai perjalanan dari Nagiso
125 Tsumago-Juku 1
126 Tsumago-juku 2
127 Magome-Juku 1
128 Magome-Juku 2
129 Liburan terakhir di Old Nakasendo
130 Persiapan menuju Kobe
131 Misi pertama
132 Misi kedua
133 Misi berakhir
134 Pesta perpisahan
135 Serangan tiba-tiba
136 Identitas pria misterius
137 Perpisahan klan kudo kai
138 Pertemuan dua keluarga
139 Perpecahan dalam klan
140 Pesta pernikahan di Biei (Tamat)
141 Extra Episode 1 : Pertemuan dengan tuan hamada
142 Extra Episode 2 : Penyelesaian masalah
143 Extra Episode 3 : Salam perpisahan
144 Extra Episode 4 : Selamat datang suamiku
145 Extra Episode 5 : Akhir penantian Ryota
146 Ending
147 Novel terbaru
Episodes

Updated 147 Episodes

1
Salam kenal
2
Dia menangis sepanjang malam
3
Awal kebencian Isao
4
Masing-masing dari kita punya rahasia
5
Kau mulai mengusikku
6
Awal perjalanan cinta
7
Mimpi yang indah
8
Ciuman di bawah pohon sakura
9
Gugur sebelum merekah
10
Jangan terpengaruh
11
Aku bukan menangis, tapi tertawa
12
Kabar buruk ditengah kebahagiaan
13
Pesan terakhir ayah yang menyakitkan
14
Suara hati Alya
15
Dua kesedihan dalam satu waktu
16
Aku diantara mereka
17
Butuh waktu untuk menyembuhkan luka
18
Pria itu masih di pikirannya
19
Berbahagialah dengan dia
20
Selamat tinggal cinta pertamaku
21
Tanda-tanda
22
Tersadar dari mimpi
23
Putriku
24
Kembali ke Biei
25
Kesempatan kedua(tamat)
26
Pengumumuman season berikutnya
27
Dua tahun Isao
28
Aku selalu ada untukmu
29
Jika ditakdirkan bersama,aku akan menemukanmu
30
Ruang untuk Isao
31
Aku sudah menemukan jalanku
32
Awal hidup yang baru
33
Bangkit dari masa lalu
34
Reina dan Arata
35
Keraguan di hati Alya
36
Memang kenapa kalau aku janda?
37
Kecemburuan Alya
38
Rambut kepang yang membuat heboh
39
Terus terjadi padaku
40
Jika kau sedih,aku juga sedih
41
Hidup baru untuk Arata
42
Pertemuan Isao dan adiknya
43
Pesan cinta untuk Alya
44
Tumpukan surat Halil
45
Pesan Isao untuk Reina
46
Antara Isao dan Hyun bin?
47
Sehari sebelum berangkat
48
Pertemuan haru Isao dan keluarga Ayahnya
49
Jantung yang berdetak untukmu
50
Cinta Akira dan Halil
51
Jangan bersedih
52
Meluruskan segalanya
53
Wasiat dan sesuatu yang terungkap 1
54
Wasiat dan sesuatu yang terungkap 2
55
Wasiat dan sesuatu yang terungkap 3
56
Kepulangan Isao ke Tokyo
57
Kehadiran Ume
58
Kesalahpahaman Alya part 1
59
Kesalahpahaman Alya part 2
60
Batu sandungan part 1
61
Batu sandungan part 2
62
Melewati batu sandungan 1
63
Melewati batu sandungan 2
64
Malaikat tak bersayap
65
Tak ingin jauh darimu
66
Perekrutan tenaga medis
67
Insiden di kereta
68
Special Episode : Kehebohan di rumah sakit 1
69
Special Episode : Kehebohan di rumah sakit 2
70
Sambutan hangat Indonesia
71
Keputusan keluarga Alya
72
Insiden di rumah Ali
73
Jalan-jalan seharian
74
Kembali bertugas
75
Perasaan bersalah 1
76
Perasaan Bersalah 2
77
Menuju Kuyakusho 1
78
Menuju Kuyakusho 2
79
Bertemu pasien tak terduga
80
Berlibur ke pantai
81
Tanggal yang cantik
82
Kamar persembunyian
83
Selama Isao pergi 1
84
Selama Isao pergi 2
85
Aku ada untukmu
86
Kehadiran seseorang adalah obat terbaik
87
Menjemput Ume
88
Kehidupan rumah tangga
89
Belajar membuat keputusan
90
Bertemu wanita di masa lalu 1
91
Bertemu wanita di masa lalu 2
92
Percakapan antara lelaki
93
Acara makan malam
94
Hubungan giok dan Keiji
95
Fitting gaun dan tuxedo
96
Persiapan foto prewedding
97
Bersiap untuk kejutan
98
Kenangan di Biei
99
Biei sejuta kenangan
100
Makan malam dan api unggun
101
Sebelum meninggalkan Biei
102
Kamu yang pertama
103
Transplantasi rahim
104
Mari kita lakukan
105
Perjalanan dua minggu Isao yang sebenarnya 1
106
Perjalanan dua minggu Isao yang sebenarnya 2
107
Rahasia-rahasia Isao
108
Pertemuan tak terduga Arya dan Reina
109
Ajakan reuni
110
Malam Reuni dan Harumi 1
111
Malam Reuni dan Harumi 2
112
Menyambut kedatangan keluarga dari Turki
113
Menyusuri jejak giok tuan Hideaki 1
114
Menyusuri jejak giok Tuan Hideaki 2
115
Malam Henna yang panjang
116
Persiapan menuju klan
117
Bertemu Oyabun
118
Jebakan membawa petaka
119
Kondisi Isao menjelang pernikahan
120
Hari pernikahan
121
Malam pertama
122
Selamat datang dalam klan kudo kai
123
Bulan madu di kota kuwana
124
Memulai perjalanan dari Nagiso
125
Tsumago-Juku 1
126
Tsumago-juku 2
127
Magome-Juku 1
128
Magome-Juku 2
129
Liburan terakhir di Old Nakasendo
130
Persiapan menuju Kobe
131
Misi pertama
132
Misi kedua
133
Misi berakhir
134
Pesta perpisahan
135
Serangan tiba-tiba
136
Identitas pria misterius
137
Perpisahan klan kudo kai
138
Pertemuan dua keluarga
139
Perpecahan dalam klan
140
Pesta pernikahan di Biei (Tamat)
141
Extra Episode 1 : Pertemuan dengan tuan hamada
142
Extra Episode 2 : Penyelesaian masalah
143
Extra Episode 3 : Salam perpisahan
144
Extra Episode 4 : Selamat datang suamiku
145
Extra Episode 5 : Akhir penantian Ryota
146
Ending
147
Novel terbaru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!