Sejujurnya, ucapan Zery itu membuat papanya merasa sedikit kesal. Karena Zery main memotong perkataan orang tua begitu saja. Tapi, kemunculan Zery juga membuat hati sang papa langsung lega. Karena sepertinya, apa yang ia takutkan tidak akan terjadi. Zery tidak akan menolak perjodohan yang sudah ia rencanakan.
Sementara itu, Zery pun langsung maju untuk bersalaman dengan kedua orang tua Zaki. Pujian pun ia dapatkan ketika ia bersalaman dengan penuh hormat pada kedua orang tua tersebut.
"Wah, anak kamu apa kurangnya, Wed? Udah cantik, sopan santun, dan penuh hormat sama orang tua. Pintar juga kamu ngedidik anakmu yah." Papa Zaki berucap sambil tersenyum lebar.
"Iya. Anaknya cantik. Jauh lebih cantik dari foto yang kamu dapatkan. Iya, kan Zak?" Mama Zaki pula berucap sambil menyenggol pelan bahu sang putra.
Ketika itulah, Zery langsung mengenali pria yang ada di samling perempuan paruh baya yang baru saja ia salami. Dia pria yang sudah membuat kesal Zery beberapa hari yang lalu.
Sontak saja, mata Zery langsung membulat ketika bertatap mata dengan Zaki. Bibirnya pun tanpa sengaja berucap tanpa bisa ia cegah.
"Kamu .... " Namun, ucapan itu hanya lolos satu kata saja. Karena kata yang lainnya keburu Zery sadar akan keadaan yang tidak bisa ia kacau kan.
Ekspresi si pria malah semakin membuat Zery kesal. Bukannya merasa bersalah, pria itu malah tersenyum lebar penuh tantangan. Sungguh, ingin rasanya Zery berteriak di depan wajah pria itu agar sadar akan keadaan yang sedang tidak baik-baik saja. Tapi sayang, kembali lagi pada keadaan yang tidak mengizinkan membuat niat itu hanya bisa ia pikirkan di dalam hati saja. Tidak untuk ia lepaskan ke luar.
Sementara itu, kedua orang tua mereka malah langsung memberikan ekspresi bingung sekaligus bahagia. Bagaimana tidak? Keduanya terlihat cukup akrab sekarang. Jadi, peluang untuk menjadi pasangan yang serasi tentu bisa tercipta dengan mudah.
"Kalian berdua ... apa sudah saling kenal, Nak?" Papa Zery berucap sambil mengalihkan pandangan ke arah Zery dan Zaki secara bergantian.
"Ee ... belum kenal dekat, om. Tapi, sudah pernah bertemu waktu sebelumnya. Namun sayang, pada situasi yang tidak baik." Dengan wajah polos, Zaki berucap kata itu.
Kedua orang tua maklum akan keadaan anak muda yang sulit untuk di paham orang tua. Bukannya merasa tidak nyaman, mereka malah tertawa lepas satu sama lain. Mereka pikir, pertemuan antara kedua anak mereka adalah takdir baik yang akan menyatukan keduanya.
Namun sayangnya, apa yang Zery pikirkan tidak sama dengan apa yang para orang tua pikir. Dia malah begitu kesal dengan Zaki. Dan, rasa kesal itu semakin bertambah besar ketika Zaki membuat kedua orang tua bahagia dengan apa yang ia katakan.
'Dasar pria kurang ajar. Sebelumnya, kamu sudah membuat aku kesal padamu. Sedangkan sekarang, kamu tambah lagi rasa kesal itu. Sungguh, kamu pria yang dasarnya terlahir menyebalkan. Jika saja aku bisa, maka aku sudah pasti menyiram kamu dengan air sejak pertama kita bertemu. Agar kamu sadar diri, apa yang sudah kamu perbuat sebelumnya itu sungguh sebuah kesalahan yang sulit untuk di perbaiki.' Zery berucap dalam hati sambil menahan rasa kesal.
Tapi, sayangnya rasa kesal itu tidak habis sampai di situ saja. Beberapa saat kemudian, mama Zery malah meminta Zery untuk mengajak Zaki ke taman samping rumah.
"Anak muda akan lebih nyambung jika mereka bicara sesama mereka. Karena itu, Zery, ajak Zaki ke taman samping. Di sana, kalian akan lebih nyaman bicara berdua." Mama Zery bicara sambil tersenyum.
"Iya, Zer. Apa yang mama kamu katakan itu sangat benar. Kalian bicara berdua saja di taman samping. Sementara kami para orang tua, bicara sesama kami di sini." Sang papa malah membenarkan apa yang istrinya katakan.
"Ya, sepertinya kamu adalah orang tau yang sangat pengertian, Wen. Tapi, apa yang kamu katakan itu sangat benar. Bicara berdua biar kalian semakin dekat satu sama lain," kata papa Zaki pula.
Yah, mau tidak mau, Zery terpaksa mengikuti apa yang para orang tua katakan. Dengan seringai lebar yang terlihat sekali kalau ia sedang terpaksa, ia pun melangkah meninggalkan ruang tamu.
"Nah, Zaki. Ikut Zery. Jangan sungkan. Kamu harap maklum jika ia bertingkah tidak bersahabat padamu sekarang. Karena dia itu, anak yang sedikit sulit untuk membiasakan diri dengan orang yang baru ia kenal," ucap papa Zery.
Ucapan itu malah membuat Zery semakin ingin memberontak sekarang. Tapi, untung saja akal sehatnya masih terjaga dengan baik. Jika tidak, ia pasti sudah menunjukkan taringnya saat ini juga.
"Ah, gak papa, Om. Saya maklum. Kami baru saja bertemu. Jadi, saya juga merasakan hal yang sama saat ini." Zaki berucap sambil tersenyum manis.
"Apa yang Zaki katakan itu benar, Wendy. Pertama bertemu juga memang akan malu-malu. Kita juga mengalami hal yang sama, bukan?"
Begitulah pada orang tua malah merasakan apa yang Zery lakukan adalah hal yang wajar. Mereka malah semakin merasa bahagia dengan niat perjodohan yang sedang mereka rencanakan.
Sementara Zaki, dia merasa semakin ingin mendekati Zery lebih dekat lagi. Dengan senyum lebar, ia langsung mengikuti Zery menuju ke taman samping rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments