"Hah? Mama bikin aku makin bingung aja."
"Zery, satu hal yang harus kamu ingat. Jangan bikin mama dan papa malu nanti. Jangan bikin papa kecewa atas ulah kamu. Turuti saja apa yang papa mau, bisa?"
Lagi, ucapan itu membuat jantung Zery berdetak lebih cepat dari yang biasanya. Ada firasat yang tidak baik yang bisa ia rasakan saat ini.
"Mama ... bisa ngomong yang lebih jelas? Aku sungguh sangat tidak mengerti dengan apa yang mama katakan."
"Zery. Papa kamu sudah menemukan menantu pilihan untuk anaknya. Jadi .... "
"Apa!? Menantu pilihan?" Zery yang kaget langsung memotong ucapan sang mama. Tidak ia pikirkan lagi soal dosa dan etika saat melakukan hal tersebut. Karena hal itu tiba-tiba saja terjadi. Akibat, hatinya yang sangat kaget dengan apa yang mamanya katakan.
"Maksud mama, papa ingin menjodohkan aku dengan anak dari temannya, Ma?"
Mama Zery tidak menjawab dengan kata-kata. Tapi, ia hanya menjawab dengan anggukan pelan saja. Jawaban itu tentu membuat Zery naik darah. Mana mungkin dia bersedia di jodohkan. Karena dia belum ingin menikah. Jika pun ingin menikah, tentu bukan dengan pria yang tidak ia kenali sama sekali.
Dan ... terlebih lagi, saat ini dia sudah punya tambatan hati. Dia sudah punya calon suami pilihan hati, yang akan ia jadikan imamnya, menantu buat kedua orang tuanya kelak. Tapi, tidak sekarang. Melainkan, nanti setelah ia merasa dirinya ingin punya keluarga.
"Tidak, Ma! Zery tidak ingin dijodohkan. Tidak akan Zery terima jika papa ingin menikahkan Zery dengan calon menantu pilihan papa."
"Kenapa tidak, Zery? Usai kamu ini sudah layak menikah, bukan? Lagian, calon menantu pilihan papa itu adalah pria yang baik. Jadi, kenapa kamu tidak ingin?"
"Zery sudah punya calon suami sendiri, Ma. Zery akan menikah dengan pria pilihan Zery sendiri. Bukan pria pilihan papa dan mama."
"Zery!"
Suara keras melengking itu langsung membuat perhatian Zery dan sang mama teralihkan. Di sana, papanya sedang berdiri tegak dengan tatapan tajam penuh amarah ke arah Zery.
"Papa." Zery berucap pelan. Sejujurnya, ia kaget dengan kemunculan sang papa. Tapi, mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi.
"Mas. Kapan kamu pulang? Ayo duduk dulu." Mama Zery langsung mengajak suaminya duduk ke sofa ruang keluarga. Sedangkan Zery di minta sang mama untuk ikut bersama.
"Bicara pelan-pelan. Aku yakin jika Zery akan mengikuti apa yang kamu katakan, Mas."
"Nggak, Ma. Zery gak akan mau menikah dengan calon menantu pilihan papa." Zery malah nyelonong dengan cepat.
Hal tersebut semakin membuat hati sang papa menjadi marah. Dia tatapan tajam Zery yang ada di depannya. Niat untuk duduk pun, ia batalkan karena terlalu kesal.
"Kamu ini sudah tidak punya rasa hormat lagi pada orang tuamu ya, Zer. Sudah di besarkan dengan baik, berlimpahan kasih sayang, tapi malah tidak tahu diri. Tidak tahu terima kasih."
"Zerina. Sudah berapa kali papa meminta kamu mengikuti apa yang papa mau? Nggak ada, bukan?"
"Kamu menginginkan sekolah menengah pertama di bagian umum bukan tsanawiyah, papa ikuti. Kamu menginginkan sekolah menengah atas di bagian umum bukan madrasah aliah, papa juga ikuti. Kamu menginginkan mendirikan toko bunga, karena itu adalah kebahagiaan kamu, tidak menuruti niat papa untuk menjadikan kamu penerus perusahaan kita. Papa juga ikuti, Zery."
"Meskipun anak papa hanya ada satu, tapi papa tidak pernah memaksa kamu untuk menjadi penerus perusahaan. Karena papa merasa, itu masih wajah untuk kamu. Bahkan, hampir semua hidup yang kamu jalani selama ini itu adalah pilihan kamu. Tidak ada satu pun pilihan dari kami."
"Tepatnya, tidak ada pilihan dari kami yang kamu terima. Padahal kami ini adalah orang tua kamu. Orang tua yang sudah merawat dan menjaga kamu sejak kamu tidak tahu apa-apa, hingga kamu jadi dewasa seperti saat ini. Apa kami ini tidak ada harganya di mata kamu, Zery?"
Ucapan demi ucapan yang papanya katakan membuat Zery merasa sangat bersalah. Yah, selama ini, dia tidak pernah menerima apa yang orang tuanya sarankan. Karena ia pikir, saran dari kedua orang tuanya itu tidak cocok dengan apa yang ia inginkan.
Tapi sekarang, dia merasa sangat bersalah karena tidak pernah mendengarkan apa yang orang tuanya katakan. Rasa bersalah itu telah mengalahkan rasa ingin menolak. Karena dia sadar, tanpa orang tua, dia tidak akan pernah jadi manusia seperti saat ini.
"Pa-- papa ... maafkan, Zery. Zery sudah sangat mengecewakan papa dan mama. Zery ... sudah menjadi anak yang tidak tahu diri." Zery berucap sambil menjatuhkan air mata.
Sungguh, air mata itu jatuh karena rasa menyesal yang tiba-tiba saja muncul dalam hatinya. Bukan sekedar ia ingin menunjukkan kalau dia sudah sadar akan apa yang sudah ia lalui selama ini.
"Zery salah, Pa. Zery ingin menerima calon menantu pilihan, papa. Tapi .... " Zery langsung menggantungkan kalimatnya karena ia mendadak merasa takut akan hati papanya yang terluka.
"Tapi apa, Zery? Apa lagi yang kamu pikirkan sekarang, hm?"
"Zery sudah punya calon suami pilihan Zery sendiri, Pa. Jika papa benar-benar ingin Zery menikah, maka Zery bisa bawa calon suami pilihan Zery datang untuk bertemu papa sekarang juga. Dengan begitu, papa tidak perlu menjodohkan Zery dengan anak teman papa itu."
Papa Zery tidak langsung menjawab. Hal itu membuat Zery merasa serba salah sekarang.
Beberapa saat berlalu dalam diam. Mata papanya masih menatap Zery dengan tatapan tajam yang membuat Zery merasa agak ngeri. Dan, dia tahu, kalau apa yang ia katakan itu tidak akan papanya terima.
Sang papa langsung melepas napas kasar setelah beberapa saat terdiam. Ia alihkan pandangan dari anaknya sebelum ia bicara.
"Zery. Kamu pikir papa hanya ingin menantu? Kamu pikir, papa hanya ingin kamu menikah secepatnya?"
"Jika iya kamu pikir begitu, kamu salah, Nak. Salah besar. Papa menjodohkan kamu dengan anak teman papa bukan karena papa ingin segera punya menantu. Melainkan, papa tahu kalau calon menantu pilihan papa ini adalah pria yang terbaik untuk anak papa. Pria yang mampu membimbing anak papa dengan baik. Bukan hanya sebatas menjadi suami, juga sebagai menantu dari keluarga ini saja. Tapi, pemimpin dan anggota keluarga yang baik, Zery."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Yuniki E𝆯⃟🚀
Tuh Zery dengeriiin Papamu
2023-05-14
1