*MP Episode 3

"Jika iya kamu pikir begitu, kamu salah, Nak. Salah besar. Papa menjodohkan kamu dengan anak teman papa bukan karena papa ingin segera punya menantu. Melainkan, papa tahu kalau calon menantu pilihan papa ini adalah pria yang terbaik untuk anak papa. Pria yang mampu membimbing anak papa dengan baik. Bukan hanya sebatas menjadi suami, juga sebagai menantu dari keluarga ini saja. Tapi, pemimpin dan anggota keluarga yang baik, Zery."

Ucapan itu membuat Zery tidak mampu berucap satu patah katapun lagi. Dia juga tidak bisa menolak keinginan sang papa kali ini. Terpaksa, mau tidak mau, dia harus menerima calon menantu pilihan papanya.

Setelah pembicaraan selesai, Zery langsung meninggalkan ruang keluarga. Tentunya, setelah mendapat izin dari papa juga mamanya terlebih dahulu.

Zery berjalan dengan langkah berat menuju kamar. Setelah tiba di dalam kamar, dia lempar tubuhnya ke atas ranjang. Ia benamkan wajahnya di balik guling. Ingin rasanya ia keluar dari permasalahan besar yang sedang ia alami. Tapi sayangnya, dia tidak punya cara untuk melakukan hal itu.

Mendadak, Zery merasa hidup yang ia jalani tiba-tiba menjadi rumit. Hubungannya yang sedang sangat bahagia bersama sang kekasih, entah harus bagaimana ia selesaikan. Mana ia sudah saling mengukir janji untuk melanjutkan kisah cinta sampai ke pelaminan. Eh, tiba-tiba saja, masalah besar datang. Entah harus bagaimana ia menyelesaikan masalah rumitnya ini, dia juga tidak mengerti.

Dalam pikiran panjang itu, tiba-tiba Zery mendengar pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang. Dengan malas Zery berucap, "masuk! Pintunya gak aku kunci."

Pintu itupun terbuka. Dari balik pintu muncul Dinda dengan wajah ceria seperti biasa.

Dinda pun langsung ambil posisi duduk di atas ranjang, tepatnya, di samping Zery yang sedang berbaring tengkurap.

"Kak Zery baik-baik aja?"

"Menurut kamu?" Zery malah balik bertanya karena ia kesal dengan pertanyaan Dinda yang menurutnya, itu adalah pertanyaan ejekan. Bukan kepedulian.

"Yaelah, kak. Kok malah kesal sih? Aku itu nanya baik-baik lho."

Zery pun langsung menatap tajam Dinda yang ada di dekatnya. "Kamu bisa pergi jika kamu hanya ingin mengejek aku, Din. Tidak perlu datang ke kamarku seperti sekarang."

"Kak, aku tahu kamu sedang kesal. Tapi, jangan lampiaskan kekesalan mu itu padaku juga dong."

Zery tidak lagi menjawab. Ucapan Dinda langsung dia abaikan begitu saja. Dia tidak ingin menanggapi lagi perkataan Dinda yang semakin menambah rasa kesal dalam hatinya.

"Mm ... sebenarnya kak, aku dengar apa yang kalian bicarakan di ruang kelurga tadi. Jika menurut aku, kak Zery sebaiknya ikuti saja apa yang mama dan papa kak Zery katakan. Orang tua adalah orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Pilihannya pasti yang terbaik dari semua pilihan yang ada, kak."

Ucapan itu membuat Zery menoleh ke arah Dinda kembali. "Jangan banyak bicara kamu, Din. Jangan sok tahu. Anak kecil kayak kamu, tahu apa? Lagian, yang ngejalanin hidup ini itu aku, bukan kamu. Kamu mah enak ngomong aja. Orang kamu gak ngerasain apa yang aku rasakan. Coba aja kamu ada di posisi aku, masih bisa ngomong enteng seperti barusan lagi gak kamu ha?"

Dinda langsung mengukir senyum setelah mendengar apa Zery katakan. "Siapa bilang aku nggak ngerasain apa yang kak Zery rasakan? Buktinya aja, aku ada di sini. Tinggal di rumah tante, itu bukan keinginan aku, kak. Semua itu keinginan bunda. Bunda ingin aku bersekolah di kota besar agar bisa jadi anak kebanggan, bunda. Tapi .... " Dinda mendadak menggantungkan kalimatnya.

Dia juga memasang ekspresi sedih sekarang. Hal itu membuat Zery merasa penasaran. Zery pun langsung memberikan tatapan tajam ke arah Dinda.

"Tapi apa? Bisa gak sih, gak ngomong gak pakai di gantung segala? Bikin orang penasaran aja, tau gak?"

Dinda menoleh sesaat. Karena detik berikutnya, dia kembali menatap lurus ke depan. "Aku juga dijodohkan oleh ayah dan bunda dengan pria pilihan mereka."

"Apa!? Jangan main-main kamu, Din." Sontak, Zery berucap dengan nada tinggi karena ia terlalu kaget dan tak percaya dengan apa yang adik sepupunya katakan.

Tinggal serumah, tapi ia tidak tahu banyak tentang adik sepupunya ini. Karena Zery bukan tipe orang yang suka ingin tahu akan kehidupan orang lain. Dia tidak akan ambil pusing urusan orang, jika orang itu sendiri tidak datang padanya.

Lagipula, ia tidak mendengar apapun sebelumnya. Jika benar adik sepupunya ini juga sudah di jodohkan, kenapa raut wajah anak ini tidak pernah memperlihatkan kesedihan? Anak ini tetap terlihat ceria selama bertemu dengannya.

Dan sekarang, ini adalah kali pertama ia melihat wajah sedih itu. Tapi, hatinya masih merasa tidak yakin. Karena Dinda ini adalah tipe orang yang sedikit usil. Dia selalu ingin mengerjai Zery sebelumnya. Karena itu, Zery tidak ingin tertipu lagi.

"Ah, aku yakin kalo kamu sedang menipu aku, Din. Kamu gak akan berhasil. Karena aku gak akan tertipu lagi."

Dinda tidak menjawab apa yang Zery katakan. Hal itu membuat Zery sedikit merasa tidak enak hati. "Dinda, kamu bohong, bukan?"

Dinda langsung menoleh. "Aku gak bohong, Kak Zery. Itu adalah kenyataanya. Ayah dan bunda telah menerima lamaran pria nakal anak juragan tetangga yang ada di sebelah rumah kami."

"Kamu masih jauh lebih beruntung dari pada aku, kak. Karena pria yang akan menikahi kamu itu masih pria sempurna. Bisa berdiri dengan kakinya sendiri. Sedangkan pria yang akan menikahi aku, dia pria cacat. Tidak bisa berjalan tanpa bantuan kursi roda."

Terpopuler

Comments

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2023-05-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!