Tak tak tak....
Seorang gadis tengah berlari di lobi rumah sakit. Ia begitu terburu-buru menuju bagian informasi. Rambutnya yang di kuncir kuda nampak bergoyang ke kiri dan ke kanan mengikuti irama langkah kaki nya.
" Maaf sus, saya ingin bertanya dimana pasien atas nama Samsul Anwar ya? Dia korban tabrak lari yang di bawa ke rumah sakit ini. Tadi saya dihubungi oleh bagian informasi."
" Oh iya apakah anda anaknya. Pasien sedang berada di ruang penanganan. Anda sebaiknya menyelesaikan administrasinya dulu nona."
Gauri mengangguk, ia pun segera menyelesaikan administrasi rumah sakit dan menuju ke depan ruang IGD untuk menunggu sang ayah.
Setelah sejam berlalu akhirnya ayah Gauri keluar bersama seorang dokter dan beberapa perawat keluar dari ruang tersebut.
" Babe ..."
" Tenang nona ayah anda masih di bawah pengaruh anestesi. Bisa ikut saya sebentar. Saya akan menjelaskan keadaan pasien."
Gauri mengangguk, ia sungguh sedih melihat kondisi sang ayah. Samsul yang biasanya ceria dan nyablak itu kini terlihat lemah tak berdaya.
" Begini nona, ayah anda mengalami patah tulang di kaki kanan nya dan retak di kaki kirinya. Tapi selain itu tidak ada yang lain."
" Apakah akan terjadi kelumpuhan dok."
" Tidak hanya saja akan tetap butuh perawatan dan fisioterapi untuk kembali berjalan normal."
" Alhamdulillaah."
Gauri mengucapkan syukur, setidaknya babe nya masih bisa berjalan normal lagi.
" Kami tadi sudah melakukan pemasangan pen di kaki ayah anda."
" Baik dokter terimakasih."
Dokter tersebut berlalu dan Gauri langsung berlari menuju ke ruang perawatan sang ayah. Namun sejenak ia berhenti dan kembali menengok ke belakang.
" Eh buseeet itu dokter ganteng bener yak. Ya Allaah mimpi apa ketemu dokter ganteng begitu, astagfirullaah babe."
Puas mengagumi dokter yang ditemui, gadis itu pun teringat kepada sang ayah. Ia kembali berlari ke ruangan Samsul.
Ceklek
Tampak dua orang perawat yang baru saja selesai menggantikan baju samsul dengan baju khas pasien rumah sakit.
" Terimakasih mas, mbak."
" Sama-sama."
Kedua perawat tersebut keluar dan meninggalkan Gauri bersama ayahnya. Gauri mendekat dan duduk di sebelah hospital bed sang ayah.
" Tck, babe mah gitu. Kalo dibilangin ngeyel. Udah berkali kali dibilang jangan ngojek masih ge tetep ngojek. Huft."
Samsul Anwar, ayah Gauri yang asli betawi ini memang masih suka menjadi driver ojek online di usianya yang sudah kepala 5. Padahal Gauri berulangg kali melarang. Apa lagi saat ia diterima bekerja sebagai sekertaris di perusahaan Linford Transportation dua tahun lalu, ia merasa gaji nya lebih dari cukup untuk hidup berdua dengan sang ayah.
Dan, sebenarnya Samsul memiliki padepokan silat di rumahnya. Gauri meminta ayahnya fokus saj adi rumah dna tidak lagi berkeliaran. Tapi Samsul tidak mau, dia masih ingin bisa menghasilkan uang sendiri dari ojek online yang ia tekuni lebih dari 3 tahun itu
" Dasar kepala batu, dibilangin anak kagak pernah nurut jadi gini pan kejadiannye."
Gauri membuang nafasnya kasar, ia mengomel sendiri karena sang ayah masih belum sadar. Meskipun begitu Gauri sangat sayang kepada sang ayah, Samsul adalah satu satunya yang ia punya.
" Mumpung babe belum bangun pulang dulu aja bentar buat ambil baju."
Gauri meninggalkan Samsul di ruang rawat tersebut sendiri untuk pulang sejenak. Namun siapa sangka ternyata Samsul sudah tersadar dari tadi.
" Haduuh untung pura-pura masih dibius, kalau kagak bise runyam ceritanye. Pasti ntu anak bakalan ngomelin. Dasar ... Punye anak satu aje cerewet banget dah ah."
Samsul mengusap dadanya dengan penuh kelegaan. Ia menatap kedua kakinya yang di gips.
" Ntu orang siape ye, kok habis nabrak main kabur aje. Kagak ade tanggung jawab nye. Untung gue masih idup, kalau gue koit pan kasian anak gue sendirian."
Sejenak Samsul teringat dengan sang putri. Meskipun Gauri cerewetnya melebihi bajai tapi ia sangat menyayangi putrinya itu dan belum siap jika harus meninggalkan Gauri seorang diri.
Sang istri yang meninggal sudah sangat lama membuat ayah dan anak itu sangat dekat. Berkali-kali Gauri meminta Samsul menikah tapi pria berusia 55 tahun itu tidak pernah mau. Ia tidak ingin kembali menikah. Baginya, Laksmi sang istri tidak pernah tergantikan dalam hatinya.
🍀🍀🍀
" Hari sudah sore, aku harus pulang Jiwa."
" Ooh ... Apakah secepat ini. Aku masih merindukanmu sayang."
Pria yang bernama Jiwa itu masih enggan melepas sang kekasih. Ia malah kembali mendaratkan ciumannya ke bahu mulus sang pujaan hati.
" Please, hari ini aku ada acara makan malam keluarga Jiwa. Aku tidak boleh telat."
" Tck... Baiklah."
Jiwa terduduk lesu, wajahnya tampak kesal. Ia sungguh tidak ingin melepaskan kekasihnya secepat itu. Puspa yang mengetahui pria nya tengah merajuk segara duduk dipangkuan sang pria dan mencium bibir prianya sekilas.
" Aku akan kembali besok, apa perlu kita pergi berlibur?"
" Benarkah itu? Oke, baiklah hari ini aku akan melepaskan mu tapi tidak dengan besok."
" Besok aku milikmu seutuhnya sayang."
Puspa segera berdiri dan merapikan bajunya yang sedikit kusut karena ulah prianya. Padahal sebelumnya ia sudah mengenakan bajunya dengan sempurna.
" Jangan mengantarku. Tetaplah di sini."
Jiwa tersenyum, ia melambaikan tangannya ke arah Puspa. Sungguh dia begitu enggan melepas sang kekasih.
" Aku akan segera memilikimu sayang. Aku sungguh tidak ingin memberikanmu kepada orang lain. Dasar orang tua sialan itu. Mentang mentang aku hanya seorang koki."
Jiwa mengepalkan tangannya erat. Ia begitu mencintai Puspa. Ia akan menunggu beberapa bulan lagi untuk bisa bersanding dengan kekasih hatinya itu.
Puspa memarkirkan mobilnya di garasi rumah nya. Ia membuang nafasnya kasar saat melihat sebuah mobil sudah terparkir rapi di sana.
" Huft... Orang itu sudah pulang lebih dulu rupanya. Tck....aku sungguh malas dengan makan malam keluarga ini. Lagian di akan sudah tidka punya orang tua. Yang hadir hanyalah kakak nya saja."
Puspa keluar dari mobil dan menutup pintu mobilnya dengan keras. Ia melangkah masuk dnegan langkah yang anggun. Ya Puspa memang seorang wanita cantik dan anggun. Wanita usia 31 tahun itu terlihat begitu bersinar di usia dewasanya.
" Kau sudah pulang?"
" Tck, tidak usah sok baik dan sok perhatian. Kita ini bukan suami istri sesungguhnya."
Seorang pria yang sedari tadi sudah menunggu istrinya pulang itu hanya tersenyum simpul. Dia selama ini bersikap baik hanya karena dia menghormati Puspa dan keluarganya.
Keinginan untuk membina rumah tangga yang bahagia seperti keponakannya nampaknya tidak akan terwujud karena mungkin sebentar lagi ia akan bercerai dari sang istri.
Puspa yang enggan melihat pria yang jadi suaminya hampir setahun itu hanya membuang wajahnya dan berlaku ke kamar. Wanita itu benar-benar enggan melihat wajah sang suami yang tidak pernah menjadi suami selain hanya di atas kertas saja.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ristieriswanharti
tck itu apa
sumpah aq banya
dari pertama episode pasti ada tck
2024-10-11
0
martina melati
jarang jaman skrg spt gini... cenderung duda yg dtinggal bakal milih pasangn yg muda lg
2024-10-10
0
martina melati
eitsss... yg ortu yg mn nih...
2024-10-10
0