"Nona, tunggu......!" seru Kim saat mengejar Alexa yang berlari masuk rumah lebih dulu.
Brak, tanpa sengaja Kim menabrak dada seseorang. Kim mengaduh sambil melihat siapa orang itu.
"Kau! Hmmm maksudku Tuan Aiden," sapa Kim segera mundur.
Aiden menatap Kim yang berkeringat.
"Apa AC mobil rusak?" tanya Aiden.
Kim menggeleng.
"Alexa mengajakku berjalan kaki dari persimpangan sana, tapi dia malah berlari," ucap Kim terengah-engah.
Aiden menatap tajam, Kim terkekeh ia tersadar akan apa yang ia ucapkan.
"Maaf, maksudku Nona Alexa. Jangan marah, aku sudah lelah berlari, aku jarang olahraga akhir-akhir ini jadi terasa lebih berat sekarang," ucap Kim sambil mengelap keringatnya.
Hal yang biasa bagi Aiden menemukan kejadian seperti ini, hampir setiap hari Alexa mengerjai pengasuhnya dengan berjalan kaki pulang dari sekolah.
"Jangan sembarang bicara padaku!" seru Aiden yang mulai sadar mereka saling bicara sekarang.
Kim berdecak heran.
"Hanya bicara apa salahnya? Aku hanya memberi tahu mu, kenapa kau kaku sekali jadi lelaki, pantas saja tidak menikah hingga usia sekarang," umpat Kim sambil berlalu.
Aiden menghembus napas kasar dibuat gadis itu, gadis yang cukup seksi saat berkeringat seperti tadi, membuatnya cukup tercengang akan kecantikan Kim yang semakin terpancar.
Aiden menghilangkan pikiran kotornya.
Hari-hari berlalu begitu saja, Kim mulai terbiasa dengan tugasnya sebagai pengasuh putrinya sendiri.
Apapun sikap Alexa tidak ia anggap sebagai rintangan baginya, sejatinya setiap anak akan tumbuh sesuai usia dan perkembangannya dan setiap anak tentu berbeda, ia menerima sikap Alexa yang dingin padanya.
Gadis mungil itu kini terpejam setelah dibacakan dongeng meski ia tidak minta namun Kim melakukan itu seperti yang dilakukan Mamanya dulu.
Kim meneteskan airmata, ia merindukan Mama Maharani.
"Aku ibu yang gagal, aku melewatkan perkembangan emas putriku selama lima tahun ini, seharusnya aku tidak melepaskan Alexa hari itu. Tidak enak hidup tanpa seorang ibu," gumam Kim seraya mengelus tangan Alexa.
Saat ia mulai merasa mengantuk, Kim berbaring di samping Alexa, memeluk putrinya dalam kerinduan yang besar.
Pemandangan itu dilihat oleh Aiden, pria itu semula tidak suka namun ia menjadi tidak tega untuk mengusir Kim dari kamar putrinya.
Kim terbangun tengah malam, ia menyadari tidak seharusnya ia tidur di kamar Alexa, jika Aiden tahu ia bisa kesusahan nantinya.
Kim keluar dari kamar Alexa sambil menahan kantuk, Kim ingin menuju kamarnya namun dicegat oleh seseorang.
Kim membesarkan matanya.
"Kau!"
Aiden diam saja namun tidak melepas tangan Kim begitu saja.
"Tuan Aiden lepaskan aku!"
"Katakan padaku apa maksudmu yang sebenarnya datang kemari?" tanya pria itu.
"Apa?" Kim berdecak heran.
"Kau berani sekali melanggar aturan ku!"
"Huh, baiklah maafkan aku, aku tidak sengaja ketiduran di kamar Alexa," jawab Kim menghindar.
Namun Aiden semakin mencengkram lengannya.
"Lepaskan aku, sakit...." lirih Kim.
"Cih, mengaku saja jika kau mengincar uangku! Aku sudah tahu niatmu gadis bodoh!"
"Lepaskan aku, kau mabuk!" ujar Kim mencoba melepaskan diri dari pria yang tercium bau alkohol dari mulutnya itu.
"Jika bukan karena uang lantas karena apa? Alexa putriku, jangan macam-macam denganku!" ancam Aiden yang semakin membuat Kim terdesak ke dinding.
"Sudah ku katakan, aku tidak menginginkan uangmu! Aku hanya ingin berdekatan dengan putriku, jangan lupa Tuan Aiden bahwa aku yang melahirkan Alexa, aku ibunya tidak ada yang bisa kau bantah soal ini!" ucap Kim tanpa takut.
Aiden tampak frustasi, ia masih menuduh Kim mendekatinya karena uang, kini Kim mendekati putrinya karena uang pula. Namun gadis ini menyangkal hal itu sejak semula.
"Kau tampak seksi!" lirih Aiden dengan tatapan lain.
"Lepaskan aku, kau mabuk kau sudah tidak waras!" ucap Kim sambil menjauhkan tangan Aiden dari pinggang rampingnya.
"Jika bukan uang, apa kau menginginkan tubuhku? Ayolah ingin bernostalgia?" ucap Aiden tersenyum remeh sambil mengelus perut Kim.
"Jangan menyentuhku, aku tidak menjual diri padamu, sudah berapa kali ku katakan malam itu aku dijebak, aku bukan wanita murahan!!!" ucap Kim hampir berteriak sambil mendorong tubuh Aiden dengan kasar.
"Kau pikir aku percaya? Kau gadis miskin, tentu bisa berbuat segala hal untuk mencapai tujuan mu, jangan munafik Kimora, kau juga menginginkan ku malam itu. Tentu saja jika kau gadis baik kau tidak akan mabuk dan menjajakan diri di kamar ku!"
Sungguh Kim tersinggung atas ucapan Aiden. Tanpa sadar tangannya melayang menampar Aiden hingga pipi pria itu memerah karena tangannya.
"Kau bisa bicara semau mu, aku kemari untuk putriku, bukan untuk uang apalagi menjual diri padamu Tuan Aiden yang gila!!!!" teriak Kim yang sudah menangis.
Gadis itu berlari turun dari lantai 2 menuju kamarnya di lantai 1, kamar pembantu.
Aiden hanya bisa memandang Kim yang mulai menjauh, entah apa yang ada di pikiran Aiden hingga saat menatap tubuh Kim ia merasa panas sendiri, panas saat membayangkan percintaan satu malam mereka hampir enam tahun lalu.
Tidak Aiden pungkiri, malam itu cukup berkesan baginya yang pertama kali memerawani seorang gadis. Siapa Kimora sebenarnya? Jika bukan karena uang lalu? Begitu pikir Aiden selama ini.
Ia mengusap wajahnya kasar, ia pening sendiri menghadapi gadis itu.
Hari berganti, Kim selalu menghindar jika bertemu Aiden. Ia fokus pada Alexa saja, meski gadis mungil itu belum memperhitungkan keberadaan nya. Alexa benar-benar jadi anak yang dingin tidak tersentuh, ia mengerjakan apa yang ia suka tanpa peduli dengan sekitar.
Kim tersenyum menatap Alexa menggambar, semakin hari ia semakin menyayangi Alexa, ia sungguh ingin Alexa tahu bahwa ia adalah ibunya, agar anak itu ingin berbagi dengannya, bukan anak yang tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu.
"Sayang, apa rambut mu mengganggu?" tanya Kim yang melihat Alexa terganggu oleh rambutnya yang terburai.
Alexa hanya diam tanpa menghiraukan. Kim mengambil sebuah ikat rambut dari laci milik Alexa, lalu ia mengikatkan rambut Alexa yang terasa mengganggu.
Anak itu terdiam.
"Terimakasih," ucapnya dengan senyum tipis menatap Kim yang selesai merapikan rambutnya.
Demi apa, Alexa mengucapkan satu kata yang membuatnya sungguh bahagia.
"Tentu saja sayang, kau boleh minta apapun yang bisa ku kerjakan untuk mu, bolehkah kita berteman? Kau tahu Nak, jika kita punya teman akan lebih menyenangkan dalam mengerjakan sesuatu," cetus Kim membujuk Alexa.
Lama anak itu terdiam seolah berpikir.
"Kau mau berteman denganku?" tanya Alexa dengan wajah menggemaskan.
"Tentu saja, kau boleh minta apapun padaku teman!" ujar Kim kegirangan.
"Aku mau teman yang tidak mengabaikan ku, semua pengasuhku selama ini sama saja, mereka hanya perhatian saat Papaku ada saja, aku tidak suka!"
Kim tersenyum, ia mulai tahu permasalahan putrinya.
"Papa!" seru Alexa yang melihat Aiden mendekat.
Kim tampak memutar bola matanya dengan malas, ia tidak ingin bersinggungan dengan pria itu sekarang.
"Baiklah teman, apa boleh aku pamit makan siang dulu?" tanya Kim yang sengaja menekankan kata teman di depan Aiden.
Alexa mengangguk.
"Teman?" gumam Aiden.
"Iya, kami berteman mulai sekarang!" jawab Alexa tersenyum lebar pada papanya.
Kim tersenyum puas menatap Aiden sebelum berlalu dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments