Maharani menurunkan tangan gemetarnya habis menampar Kim, ia kecewa luar biasa. Putri yang ia bela dan sayangi selama ini telah berani berbuat mesum di kamar hotel semalam.
Sebuah video memperlihatkan Kim sedang mabuk di sebuah club, lalu video lain memperlihatkan gadis itu masuk kamar hotel bersama seorang pria kemudian baru keluar pagi harinya.
Maharani tahu jika Kim baru saja bertengkar dengan saudarinya Kamila kemarin, namun ia tidak menyangka bahwa putri bungsunya itu melampiaskan kemarahan hingga ke kamar hotel bersama pria asing, keluarga suaminya tidak bisa menahan malu akibat ulah Kim hari ini.
Terutama sang mertua yang memang pilih kasih terhadap dua putrinya. Oma Sarah lebih sayang pada Kamila karena penurut dan pintar di bidang akademik sejak kecil, sedang Kim adalah anak nakal dan pembangkang dimatanya bahkan hingga dewasa seperti sekarang.
Kim menatap Oma Sarah dengan tatapan dingin, ia tidak bersuara sejak tadi bukan karena takut melainkan muak dengan keadaan keluarganya yang memang tidak mengharapkannya sebagai putri kedua pasangan Joko Rahardian dan Maharani.
Sebab semua orang mengharapkan Kim adalah bayi lelaki saat lahir namun ternyata Kim seorang perempuan. Perlakuan yang berbeda dari saudarinya Kamila membuat Kim tidak betah tinggal di rumah itu hingga ia lebih suka bersenang-senang diluar bersama teman-temannya.
Namun kali ini ia benar-benar merasa dijebak, ia tidak berniat sekamar dengan lelaki hingga tidur bersama semalam, ia merasa salah satu teman menjebaknya hingga hal yang telah terjadi itu menghancurkan hidupnya sekarang.
Lalu tatapan Kim beralih pada sang Papa. Lelaki yang menjadi cinta pertamanya itu hanya diam dan dingin, Joko tidak pernah pilih kasih terhadap putrinya, namun sikap Oma Sarah menjadikannya seorang ayah yang lemah, ia tidak bisa melawan kata Oma Sarah jika menyangkut Kamila.
Terlebih saat ini semua kecewa pada Kim yang berbuat hal yang jauh dan mempermalukan keluarga dengan mabuk dan tidur dengan lelaki semalam.
Oma Sarah menginginkan Kim keluar dari rumah besar itu. Joko hanya pasrah, memang sewajarnya Kim mendapatkan hukuman atas kejadian ini. Kim terlalu dimanja olehnya hingga berbuat sesuka hati.
"Papa juga mengusirku sekarang?" tanya Kim dengan mata yang menahan tangis.
"Sudah sepatutnya kau menyesal Kim, jangan berbuat jika kau tidak bisa bertanggung jawab. Ini semua kau yang memilih, kau memilih liar diluar dan sekarang membuat semua malu atas ulahmu. Pergilah, kau sendiri yang menginginkan ini," kata Joko seraya berjalan menjauh.
Lelaki pemimpin sebuah perusahaan keluarga yang memiliki saham tertinggi atas sebuah hotel dan pusat perbelanjaan mewah di kota itu merasa malu luar biasa atas kelakuan Kim.
Ia memilih untuk tidak banyak bicara namun bertindak tegas dengan memberi Kim hukuman untuk benar-benar keluar dari rumah besar nan mewah itu.
Kim merasa sesak di dadanya, belum lagi ocehan sang Oma yang memang tidak suka padanya. Ia melirik Kamila yang berdiri di samping Mamanya yang masih menangis.
"Ck...... Aku tahu ini yang kau inginkan bukan? Mungkin saja kau tahu semua ini akan terjadi Kamila, kau senang bukan kau akan menjadi pewaris tunggal semua kekayaan ini? Huh, aku juga tidak tertarik asal kau tahu, aku benci padamu!!!!" teriak Kim pada Kakak perempuannya yang lebih tua dua tahun darinya.
Kimora adalah gadis arogan, ia tumbuh sebagai pribadi pembangkang dan suka seenaknya namun tidak pernah melewati batas. Ia tidak suka sekolah, sedang Kamila jauh lebih berprestasi darinya. Kesenjangan itulah yang membuat keduanya tidak pernah akur, terlebih sang Oma terlalu membela dan menyanjung Kamila hingga Kim muak.
"Jangan menyalahkan Kamila, dia tidak tahu apa-apa tentang ini. Dasar kau saja yang tidak tahu diri. Oh aku tidak menyangka punya cucu serendah ini, kau memang tidak pantas di perusahaan. Jangan pulang selagi kau belum bisa membersihkan nama baik keluarga ku atas ulahmu ini, aku tidak sudi punya cucu yang tidur dengan pria tanpa menikah. Pergi Kim, pergi sejauh mungkin hingga Oma tidak cepat mati karena ulahmu!!!!" teriak Oma Sarah dengan napas yang tersengal-sengal.
Setelah merasa cukup Kim diomeli sang Oma, gadis itu sudah tidak tahan lagi. Ia ke kamar lalu membereskan pakaiannya, dan memilih pergi karena merasa tidak diharapkan lagi di rumah itu karena satu hal yang ia tidak diberi kesempatan untuk meluruskan kesalahpahaman tentang video semalam.
Maharani mencegah Kim pergi dengan tangisnya yang pilu.
"Cukup Rani, biarkan dia pergi biar dia tahu rasa hidup tanpa uang. Dia pikir mudah hidup liar di luar? Huh, jangan lupa kau masih punya satu putri yang bisa diharapkan keluarga. Biarkan dia pergi!" kata Oma Sarah menahan menantunya mencegah Kim pergi.
Kim benar-benar muak terlebih menatap wajah dingin Kamila yang tidak bersuara sejak tadi.
"Aku pergi Ma, benar kata Oma hanya dia yang bisa menjadi harapan keluarga ini," sahut Kim tajam, setelah mengatakannya gadis itu beranjak pergi meninggalkan semua kekacauan yang telah ia buat pagi ini.
Kimora sudah lelah mengunjungi teman-temannya hanya untuk meminta bantuan untuk tempat tinggal sementara, semua kacau saat kartu saktinya tidak bisa digunakan lagi alias telah diblokir semua akses keuangan dari Papanya.
Kim marah dan kecewa atas perlakuan teman-temannya yang hanya hadir saat ia bersenang-senang saja. Kemana Kim akan pergi jika sudah begini.
Kim memukul stir mobilnya setelah memeriksa dompetnya yang hanya tersisa beberapa lembar uang tunai saja. Kim sungguh frustasi.
Ada satu teman yang mau menampung Kim saat ini, Olive. Gadis sederhana yang tinggal di kost perempuan tidak jauh dari tempat kerjanya. Olive adalah teman SMA Kim dulu.
Satu bulan Kim menumpang tidur dan makan di kamar kost Olive. Sampai suatu pagi, Kim tersungkur menangis di kamar mandi.
Olive cemas, ia mengetuk pintu dan membuka secara paksa saat mendengar suara histeris dari sana.
"Kim, kau kenapa?" tanya Olive yang langsung memeluk Kim.
Sejenak Kim larut dalam tangisnya. Olive mencoba menenangkan.
"Aku hamil," lirih Kim dengan suara lemah.
Olive hanya mengangguk saja, ia sudah menduga kalau hal ini akan terjadi, sebab beberapa waktu terakhir Kim tampak mengidam dan muntah-muntah di pagi hari.
"Tenanglah, aku ada di sini. Aku yakin kau bisa melewati semua ini dengan baik Kim, kau sudah berubah banyak sejak tinggal bersamaku, aku akan membantu mu tenanglah."
Perkataan Olive membuat Kim sedikit tenang, gadis itu sudah menceritakan semuanya pada Olive hingga perempuan berkacamata itu tidak terkejut atas apa yang terjadi pagi ini.
Kim termenung, ia hanya mengaduk-aduk sisa sarapannya pagi ini. Ia memikirkan nasib kandungannya, keluarga yang sudah tidak peduli padanya, bagaimana bisa ia menumpang hidup pada Olive untuk waktu yang lama apalagi dalam keadaan hamil muda seperti sekarang.
Tidak sengaja pandangan Kim tertuju pada sebuah majalah yang ditenteng Olive yang hendak pergi bekerja.
"Kim?" cetus Olive yang heran saat Kim merebut majalah itu darinya dengan tatapan tidak percaya.
"Darimana kau dapat majalah ini?" tanya Kim.
Olive mengerutkan dahi, "Memangnya kenapa? Ini majalah yang memuat pebisnis-pebisnis muda yang memberi inspirasi dan motivasi dalam berkarir," jawab Olive polos.
"Kau mengenal pria ini?" tunjuk Kim pada wajah yang menghiasi sampul majalah.
"Oh ini adalah bosku, dia adalah salah satu idolaku dalam majalah ini. Pria tampan dan sukses, sungguh menjadi idaman," sahut Olive tersenyum.
Kim menggertakkan giginya geram.
"Bisa bantu aku bertemu dengannya?"
"Apa?" Olive tercengang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments