Kim menerobos masuk ke ruangan presiden direktur tanpa basa basi meski telah dilarang oleh seorang perempuan yang mengaku sekretaris dari pria yang bernama Aiden.
Seorang pria bertubuh tinggi dan tampan cukup terkejut saat dua perempuan masuk tiba-tiba ke ruangannya.
Pria itu menatap Tata sang sekretaris dengan wajah merah padam.
"Ada apa ini?" tanya Aiden kesal.
"Maaf Pak, Nona ini memaksa bertemu meski sudah ku larang," jawab Tata menunduk takut.
Aiden menoleh ke samping Tata, ia mengernyit heran saat gadis cantik itu menatapnya dengan tajam seolah ingin menelannya hidup-hidup.
"Siapa kau?" tanya Aiden sambil mengingat-ingat.
Mendengar itu membuat Kim kian geram, gadis itu mendekat lalu menampar pipi Aiden tanpa aba-aba.
"Pria tidak bertanggung jawab, mudahnya kau melupakanku!!!!! Aku wanita yang kau tiduri bulan lalu pria sialan!!!!" teriak Kim marah.
Perkataan Kim membuat Tata membesarkan matanya terkejut.
Aiden memberi kode pada sekretaris itu untuk segera keluar, Tata mengangguk sambil mundur beberapa langkah lalu segera keluar ruangan dengan rasa penasaran luar biasa atas bosnya.
"Oh aku ingat sekarang, kau gadis perawan yang tidak mau menerima uangku bukan? Kenapa kemari? Ingin uang?" tanya Aiden santai.
Kim berdecak.
"Aku hamil, kau harus bertanggung jawab!!!!!"
"Apa?" Aiden ingin tertawa dibuat Kim saat ini.
Lama mereka berdebat. Aiden memandang Kim yang duduk di kursi tamu. Ia tidak menyangka ada wanita cantik yang rela mengaku hamil anaknya demi uang.
Ia pikir Kim melakukan semua ini demi mendapatkan uangnya, ia tidak ingin percaya begitu saja terlebih mereka hanya terlibat percintaan satu malam waktu itu, tidak mungkin langsung hamil pikir Aiden.
"Aku dijebak bodoh, aku sama sekali tidak berniat mengambil keuntungan dari kejadian ini. Percayalah, aku mohon kau harus bertanggung jawab. Aku butuh tempat tinggal dan biaya hidup!" kata Kim dengan perasaan nanar.
Setelah lama berpikir, Aiden akan membantu Kim dan mengakui anak dalam kandungan gadis itu jika sudah melakukan tes DNA setelah bayi itu lahir nanti.
Selama hamil Kim akan diberikan kehidupan yang layak dan didampingi dua asisten untuk membantu segala keperluannya. Kim menerima saja syarat dari Aiden, yang ia pikir hanya bayinya, ia tidak mau anak itu terlantar nantinya, bayi itu harus diakui ayahnya.
Memang pada dasarnya Kim memanglah gadis bandel, namun setelah merasakan hamil ia menjadi ingat ibunya, ia memutuskan untuk tidak menelantarkan bayinya hingga harus mengemis pada Aiden agar mendapat pengakuan.
Waktu cepat berlalu, Kim hidup di sebuah paviliun yang terletak di pinggir kota dengan dua asisten rumah tangga yang membantunya. Aiden tidak pernah menemuinya, hanya komunikasi lewat telepon saja.
Hidupnya hambar, beruntung Olive selalu berkunjung hanya sekedar memberinya semangat menjelang melahirkan. Kim merasa hidupnya sungguh tidak berarti dan dihargai. Tidak ada yang mengharapkannya, jika bukan karena bayi yang ia kandung mungkin Kim sudah berpikir yang tidak-tidak untuk mengakhiri hidupnya.
Sampai pada Kim tiba saat untuk melahirkan, ia menjalani operasi sesar seorang diri, lagi ia hanya didampingi dua asistennya saja. Aiden sedang berada di luar negeri.
Seorang putri cantik lahir dari rahimnya melalui operasi sesar karena sebuah alasan yang tidak memungkinkan untuk ia melahirkan normal.
Kim meneteskan air mata saat menerima bayi mungil yang sehat itu di pangkuannya, ia sungguh merindukan ibunya. Betapa menyedihkan jauh dari keluarga pikirnya, Kim iba pada nasibnya sendiri.
Setelah masa nifasnya berakhir, Aiden datang menemuinya di Paviliun. Kim yang sedang menyusui itu terkejut saat putri kecilnya di ambil oleh seorang perawat yang Aiden bawa.
"Kenapa kau ambil putriku?"
"Oh kau lupa perjanjian kita? Kau hanya ku berikan kehidupan selama hamil, sekarang kau sudah melahirkan, ini uangmu pergilah!!!!" ucap Aiden dingin sambil melempar amplop coklat di atas meja tamu.
Kim berdecak marah.
"Aku melahirkannya!!! Kau ayahnya tentu kau harus bertanggung jawab selama aku hamil, kenapa kau datang sekarang tiba-tiba mengambilnya dariku? Bukannya kau tidak percaya bahwa ini adalah anakmu?"
Dengan senyum sungging Aiden menjawab, "Aku sudah melakukan tes DNA secara diam-diam, dan anak ini adalah keturunan ku. Dia milikku, uang itu milikmu!!!" jawab Aiden enteng sambil mengibaskan tangannya memberi kode agar perawat itu membawa putri kecilnya keluar dari sana.
Kim menjadi histeris, ia melawan namun sia-sia. Putri mungilnya sudah berpindah tangan sekarang, semua terjadi begitu saja. Aiden memang pria kejam pikirnya, pria yang tidak mengerti akan arti seorang ibu.
Kim hanya bisa menangis tergugu, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menangis, Aiden punya kekuasaan atas dirinya yang lemah.
Tidak hanya itu, Kim diusir dari paviliun atas perintah Aiden, pria itu tidak ingin berhubungan apapun dengan Kim setelah mendapatkan putrinya yang sangat mirip dengan wajahnya itu.
Kim frustasi, ia kembali dipermainkan oleh takdir pikirnya. Berbekal uang bayaran dari Aiden, Kim meminta bantuan pada Olive untuk mencarinya pekerjaan dan memutuskan menjalani hidup apa adanya.
Kim sudah mencoba untuk kembali pada keluarganya namun sia-sia, Oma dan Papanya masih dingin padanya hingga Kim merasa sakit hati dan tidak berniat untuk kembali lagi ke rumah itu, terlebih melihat Kamila yang sudah duduk di perusahaan memakai pakaian mahal dan elegan bertemu kolega bisnis.
Sedang Kim untuk makan saja ia harus bekerja keras untuk itu. Banyak pelajaran hidup yang Kim alami, hanya Olive yang setia menerima keadaannya sekarang.
Mencoba berdamai dengan kenyataan, Kim menjalani hidup pas-pasan dari gajinya bekerja di sebuah kantor sebagai admin.
Tanpa terasa waktu cepat bergulir, ia merindukan putri kecilnya yang kini tidak bisa ia temui karena penjagaan yang ketat dari Aiden.
Lima tahun terasa begitu hambar hidup dibuang keluarga, Kim sudah tidak tahan. Ia ingin bertemu putrinya, apapun yang terjadi ia ingin tahu perkembangan anak yang kini dalam asuhan ayahnya.
Kim memberanikan diri datang ke kantor Aiden.
Kim menelan ludah saat menatap punggung lelaki yang ia yakini adalah ayah dari anaknya itu. Aiden sedang berdiri menghadap jendela dengan kedua tangan di saku celana.
Ia tersenyum devil saat menyadari gadis yang sudah ia buang lima tahun lalu kini berani datang ke kantornya.
"Ada apa kau kemari?" cetus Aiden dengan suara khasnya yang maskulin dan wajah yang dingin seraya menoleh pada perempuan yang menatapnya tanpa takut.
Kim cukup gugup, lama mereka tidak bertemu.
"Aku menginginkan anakku!!" jawab Kim ragu.
Aiden mengerutkan dahi sambil berjalan mendekat.
"Apa?"
"Iya, maksud ku aku ingin bertemu dengannya aku mohon.... Kau sudah cukup lama memisahkan kami, beri aku kesempatan untuk bertemu putriku!" ucap Kim dengan mata berkaca-kaca.
"Menarik sekali, apa kau butuh uang?" tanya Aiden dengan pandangan remeh.
Kim menjadi kesal seketika.
"Kenapa kau tidak pernah percaya padaku? Aku tidak butuh uangmu! Aku mau bertemu putriku!!!" teriak Kim kehilangan kesabaran.
"Selain demi uang memangnya apalagi? Aku sudah biasa bertemu dengan wanita matre seperti mu!"
"Cih, kau memang menyebalkan Aiden gila!" teriak Kim sambil memukul lengan pria itu tanpa malu.
Aiden menangkap tangan gadis itu hingga pandangan mereka bertemu. Kim terdiam.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya?" tanya Aiden tajam.
"Aku ingin bertemu putriku, aku merindukan nya.... Aku mohon?"
Sejenak mereka sama-sama saling memandang.
"Baiklah! Kau boleh bertemu dan dekat dengan Alexa dengan syarat kau menjadi pengasuhnya, lebih tepatnya kau bekerja padaku sebagai pengasuh putriku!" ucap Aiden sambil melepaskan Kim dengan kasar.
"Apa? Sebagai pengasuh?" Kim tidak percaya.
"Dan jika kelakuanmu baik, tidak merugikan ku apalagi berani memukul ku seperti tadi maka status ibu bagi Alexa akan aku pertimbangkan."
"Apa?" Kim masih tidak percaya.
"Sebagai pengasuh, ingat itu!" tegas Aiden.
"Tapi...." Sela Kim.
"Atau kau keluar dari sini dan hilangkan pikiran untuk bertemu putriku!" jawab Aiden seraya menekankan setiap kata-kata nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments