Episode 03

Beberaap hari kemudian, jam telah menunjukkan pukul sebelas malam. Di saat semua orang sudah tertidur pulas, akan tetapi tidak dengan Syifa, ia masih duduk di luar rumah menunggu kepulangan suaminya. Saat itu hujan turun sejak pukul tujuh malam sampai sekarang hujan masih tak kunjung reda. Gelegar guntur kerap kali membuatnya ketakutan, beberapa kali pula ia menutup telinga. Beberapa kali ia melihat ponsel berharap Damar memberi kabar, namun semua hanya harapan saja. Sebagai pasangan suami istri mereka jarang sekali berkomunikasi, kalau pun bisa orang pertama adalah Syifa, meski begitu Damar tidak pernah meresponnya lebih dari satu kata atau bahkan kerap mengabaikan perhatian kecil dari sang istri. "Hujan semakin deras di sertai petir yang mengerikan. Semoga mas Damar tidak kenapa napa. Ya Allah lindungilah suami hamba dari mara bahaya, limpahkan keselamatan padanya di mana pun dia berada sekarang" Bagaimana Syifa tidak cemas malam ini turun hujan lebat di sertai petir, namun suaminya belum juga pulang. Tentu ia merasa cemas atas keselamatan sang suami.

"Mas Damar kenapa belum pulang juga sih ini sudah larut malam" melihat ke arah jalan raya berharap suaminya pulang dengan selamat. Sambil menggenggam ponsel Syifa terus menerus melihat jalanan "Ponsel mas Damar juga susah di hubungi, semoga mas Damar baik baim saja" mondar mandir depan rumah sampai beberapa kali.

Tidak lama setelah itu terlihat sebuah mobil sedan melintas di ujung jalan "Itu dia mobil mas Damar" Mengambil payung samping kursi lalu bersiap menyambut kepulangan suaminya.

Benar saja mobil tersebut masuk ke halaman rumah "Pulang kerja begini palinh enak di sambut sama istri cantik, pakaian rapi, bau wangi, bukan malah sama istri dekil begitu. Mana pake daster kumuh, kerudung lusuh, bau apek lagi, udah nggak ada menarik menariknya jadi bini" Melihat penampilan snag istri membaut Damar semakin kesal. Di tambah lagi hari ini dia harus lembur sampai malam, jadi bawaannya marah terus.

"Beruntung sekali teman temanku ketika pulang di sambut sama istri mereka yang cantik, menarik, dan wangi, sedangkan aku...." melepas sabuk pengaman sambil memukul stir kemudi

"Sungguh sial nasibku menikah dengan wanita kumal sepertinya. Memang dia itu tidak ingin berdandan cantik depan suaminya, memperlihatkan keindahan rambutnya, kemulusan tubuhnya, atau memperlihatkan kecantikan ketika memakai make up? Setiap hari pake kerudung dan daster seperti emak emak saja, membuat mataku sakit" Damar ingin melihat istri seperti istri teman temannya, selalu bersolek dan terlihat cantik di pandang mata. Namun, Damar tidak sadar apa yang ia inginkan justru adalah sebuah dosa. Seharusnya suami menjaga aurat istrinya dari pandangan orang lain bukan malah ingin membuka auratnya demi kesenangan semata.

Tidak lama kemudian Syifa menghampiri suaminya dengan membawa payung "Mas...mas Damar ayo cepat keluar hujannya semakin lebat" Mengetuk kaca mobil meminta sang suami lekas keluar. Hampir lima menit Syifa menunggu di luar tapi Damar tak kunjung keluar juga.

Mengkerjapkan mata "Huf....menyebalkan sekali setiap hari bertemu dengan istri kumal seperti itu" Membuka pintu mobil lalu mengambil alih payung Syifa "Minggir kamu" Terpaksa Syifa terkena air hujan karena Damar sedikit mendorongnya.

"Mas tunggu....." Berlarian menuju teras dengan pakaian basah kuyup "Kenapa kamu meninggalkan aku, mas? Jadi basah kuyup begini bajuku" Air hujan terasa begitu dingin membuat Syifa menggigil.

Tanpa perduli Damar masuk ke dalam rumah, di ikuti oleh Syifa. "Sebentar ya mas aku ganti baju dulu baru nanti aku buatkan teh" Ucapnya sembari membuka lemari pakaian.

Melempar tas kerja lalu menghempaskan diri tanpa perduli sepatu kerja masih melekat di kakinya.

Usai berganti pakaian Syifa lalu menghampiri suaminya "Mas mau sekalian makan atau...." Melihat suaminya telah tertidur pulas membuatnya membungkam mulut "Pasti mas Damar sangat lelah hari ini sampai tidur tanpa makan apa pun" Menunduk sembari melepas tali sepatu.

Syifa begitu menghormatinya sebagaimana seorang istri kepadas suami, meski kerap kali hatinya terluka dengan sikap dan ucapan. Ia berharap suatu saat nanti suaminya berubah dan akan memperlakukannya dengan baik. "Mas.....ganti baju dulu" Menghuyung pelan lengan suaminya.

"Apa sih ganggu saja...." Mendorong badan Syifa sampai hampir terjerembab "Kamu tidak tau aku tuh capek seharian kerja sampe malam, mau ganti baju atau tidak suka suka aku dong. Harusnya jadi bini kamu itu paham suami mau istirahat .alah di ganggu terus, dasar tidak berguna" Kecam Damar sembari melotot.

"Maaf, mas. Aku tidak bermaksud menggangu isturahat mas Damar, hanya saja...."

"Diam kamu" Bentak Damar "Pergi sana, malam ini jangan tidur di kamar ini atau aku tidur di luar."

Syifa sudah terbiasa dengan perilaku suaminya, ketika marah ia akan terusir dari kamarnya. "Baiklah, mas. Kalau begitu biar aku tidur di luar saja" Mengambil bantal juga selimut membawanya menuju ruang tengah.

Krukkkkkk....

Perut Syifa berbunyi sebab sedari tadi belum makan sebutir nasi pun. Niat hati ingin menunggu suami pulang kerja lalu makan bersama, justru malam ini dia harus kembali menelan kekecewaan. Babarapa hari ini Damar sering kerja lembur, jadi Syifa harus menahan lapar sampai Damar pulang.

"Lebih baik aku makan sedikit saja, toh mas Damar tidak akan makan malam ini. Sejak berbuka puasa Syifa hanya minum segelas air putih saja. Bergegas menuju dapur lalu menghangatkan sayur.

"Bau apa ini...." Sang mertua mencium bau masakan "Tengah malam begini siapa yang mau makan?" Segera terbangun lalu melihat siapa gerangan tengah malam berada di dapur.

"Astaga.....enak sekali kamu malam begini makan. Tiap hari makan terus, makan terus, harga beras mahal tau nggak. Di tambah lagi harga minyak goreng naik, belum lagi sayur mayurnya, terus harga gas lpg juga naik. Bukan berhemat malah boros banget. Suami sibuk cari duit eh istrinya malah suka makan" Cibir ibu mertua. Padahal beliau tau menatunya seharian penuh melaksanakan puasa sunnah senin kamis, tapi masih bisanya beliau berkata demikian. Beliau juga tau Syifa belum makan sebutir nasi pun hanya segelas air putih saja untuk membatalkan puasa.

Mendengar cibiran itu tentu hati Syifa terluka, air matanya mulai berjatuhan. Ia yang baru menghangatkan sayur seketika kembali mematikan kompor. Tanpa kata ia melewati ibu mertuanya tanpa makan sedikit pun.

Memutar bola mata tak perduli dengan air mata Syifa. Sambil mematikan lampu dapur beluau terus ngedumal sampai telinga panas di buatnya.

"Oh kamu di usir juga toh sama Damar, bagus deh anakku udah sadar bahwa istrinya tidak pantas satu kamar dengannya" Tanpa perasaan iba sedikit pun beliau terus melontarkan kata menyakitkan.

Syifa hanya bisa meringkuk sambil menahan rasa sakit "Tuhan, kuatkan hatiku"

Terpopuler

Comments

Elena Sirregar

Elena Sirregar

jadi perempuan kok bodoh mau aja di rendah kan begitu kalau mau berbakti pada suami gak gitu juga. tengok dulu suami yg bagaimana kalau suami yg tidak taat pada hukum agama untuk apa ditaati. buat tambah dosa aja segala hal itu patokanya hukum agama. lagian sebagai manusia pun harus menghargai sesama manusia lain.

2023-06-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!