Episode 04

Pada keesokan hari, seperti biasa Syifa selalu terbangun sebelum adzan subuh berkumandang, ia akan mandi terlebih dahulu sebelum menghadap Tuhannya. Dengan perlahan membuka pintu kamar. Berjinjit takut Damar terbangun "Aku harus berhati hati atau mas Damar akan marah padaku lagi" Bergegas mengambil handuk lalu kembali keluar untuk mandi. Usai shalat subuh tak lupa Syifa memasak sarapan sambil mencuci pakaian. Segala pekerjaan runah tangga ia kerjakan sendiri tanpa bantuan siapa pun. Terlebih sejak kecil hidup telah mengajarinya banyak sekali pelajaran. Menjadi anak dari kedua orang tua dengan ekonomi sulit, tentu dia di didik keras. Semua serba di kerjakan sendiri. Jadi setelah menikah Syifa tidak terlalu kaget dengan tugas rumah tangga.

"Aduh lapar sekali, tapi bagaimana kalau sampai ibu memarahiku karena makan sepagi ini...." Meski perutnya melilit kelaparan tapi ia berusaha mengurungkan niatnya "Tidak, aku tidak boleh makan atau ibu akan mengataiku lagi, lebih baik aku minum yang banyak saja pasti bisa kenyang" Mengambil segelas air putih lalu meneguknya habis "Kenapa masih belum kenyang juga" Kembali mengambil segelas penuh, akan tetapi rasa laparnya belum hilang juga.

Melihat ke arah pintu kamar ibu mertua "Sepertinya ibu masih tidur, kalau begitu biar aku makan sedikit saja. Bekerja dengan perut kosong membuatku tidak nyaman...." Buru buru mengambil makan lalu duduk di lantai dapur "Aku harus makan dengan cepat atau ibu bisa memarahiku lagi" Sambil menyuapkan makanan ia terus melihat ke arah pintu kamar ibu mertuanya.

Seribu satu dalam dunia mendapatkan kehidupan layaknya putri raja di rumah mertua. Kerap kali menahan lapar hanya demi menjaga pandangan mertua.

"Aaaawhhhhhh...." Ibu mertua baru saja keluar kamar, beliau menguap sambil mereganggang kedua tangan "Sudah pagi ternyata"

Melihat ibu mertua keluar kamar segera Syifa menyembunyikan piring yang masih berisi beberapa suap nasi beserta lauknya. Tidak ingin ketahuan makan di pagi hari sampai Syifa memilih makan secara diam diam. "Semoga ibu tidak curiga padaku"

"Syifa....buatkan teh manis sama sekalian buatkan mi instan untukku" Teriak ibu mertua. Hampir setiap pagi beliau selalu sarapan dengan mi instan meski Syifa sudah menyiapkan sarapan.

"Baik, bu" Segera mungkin membuatkan permintaan sang ibu mertua, kalau tidak dia akan terkena marah.

Tak berapa lama kemudian Damar keluar kamar "Bu, Damar pergi kerja dulu ya" Mengulurkan tangan pada sang ibu.

"Loh ini baru jam berapa? Kok sudah mau berangkat kerja" Tanya sang ibu.

"Damar banyak tugas di kantor bu jadi harus berangkat pagi hari ini"

Sang ibu lalu menepuk pundak putranya "Putraku memang pekerja keras. Tidak salah ibu membesarkan kamu, nak. Oh iya hari ini kan tanggal satu kamu gajian, kan? Jangan lupa nanti uang langsung kasih sama ibu saja, kalau gajimu jatuh di tangan istrimu itu pasti cepat habis. Dia itukan boros suka ngabisin duit"

"Ibu tenang saja masalah keuangan Damar percaya sepenuhnya sama ibu. Kalau begitu Damar pergi kerja dulu ya, bu" Mencium tangan sang ibu lalu bergegas pergi.

"Seperti suara mobil mas Damar" Dari dapur Syifa mendengar suara mobil suaminya "Lho ini masih jam enam pagi, kenapa mas Damar sudah berangkat kerja?" Melihat mobil Damar keluar dari pekarangan rumah.

Sang ibu duduk di atas sofa sambil menaikkan kedua kakinya "Baguslah, punya anak patuh begitu. Nggak tau aja duitnya mau tak buat beli emas" Beliau begitu suka bergaya sampai koleksi perhiasannya begitu banyak.

"Bu...mas Damar kok sudah berangkat keraja jam segini, mana belum sempet sarapan" Tanya Syifa sembari membawa mi instan beserta teh hangat permintaan beliau.

Dengan santai beliau berkata "Makanya jadi bini perhatian dikit dong, suami berangkat kerja bukannya di siapin sarapan malah asik di dapur"

"Astagfirullah, bu. Dari tadi aku di dapaur tidak berpangku tangan tapi ibu sendiri memintaku masak mi instan dan membuat teh, sampai hati ibu bicara begitu sama aku" Lagi dan lagi usaha Syifa tidak di hargai sedikit pun. Segala yang di lakukan akan terlihat salah. Segala daya dan upaya tak lagi di jargai untuk apa berbaik hati. Akan tetapi Syifa terus berpagang teguh pada pendiriannya untuk kuat menghadapi segala sikap suami dan ibu mertuanya.

Melempar tatapan sinis "Oh jadi kamu keberatan? Eh....asal kamu tau ya ini rumah anak saya kalau kamu tidak suka di suruh silahkan angkat kakimu dari sini. Toh, Damar juga tidak keberatan" melipat kedua tangan seolah bisa hidup sendiri.

"Demi Allah perkataan ibu begitu menyakitiku" Setelah menaruh semangkuk mi instan dan teh di atas meje, Syifa berbalik badan hendak kembali ke dapur. Jika dia terus disana maka akan terjadi sebuah tertengkaran hebat.

"Tunggu...."

Langkah kaki Syifa terhenti, dan ketika hendak berbalik tiba tiba saja, sang mertua hendak menyiramnya dengan air panas. Beruntung Syifa bisa menghindar kalau tidak wajahnya pasti sudah melepuh "Ibu apa apaan sih...." penuh derai air mata.

Sang mertua bersikap biasa saja seolah tidak melakukan hal buruk "Tehnya tidak enak, ganti dengan yang baru" Kembali duduk santai lalu menyalakan tv.

Syifa menunduk memungut serpihan gelas "Aw....." Jarinya terkena serpihan gelas.

Seolah tidak perduli sang mertua bersikap biasa saja. Justru beliau malah tersenyum puas. "Tau rasa kamu. Itu kualat namanya" Ucapnya lantang.

Syifa hanya bisa terus bersabar, anggap semua adalah bagian dari ujian rumah tangga.

"Dam, ada undangan nih dari seseorang khusus buat elu" Salah satu rekan kerja Damar mengahmpiri sembari membawa sebuah kartu undangan. Bukan undangan pernikahan tapi undangan pesta ulang tahun.

"Undangan? Dari siapa?" Damar baru saja sampai di kantor, pagi ini sengaja berangkat lebih pagi dari baisanya, sebab tidak mau terlalu lama melihat wajah Syifa.

"Dari Mariana. Undanga pesta ulang tahunnya yang ke dua puluh lima tahun. Tadi kita semua sudah mendapat undanga darinya, tapi sayang sekali dia harus buru buru pulang karena suatu hal penting" Ucapnya memperjelas.

Meraih kartu undangan "Coba deh nanti gimana gue bisa datang apa nggak...."

Menepuk pundak Damar "Jangan begitu Dam biar bagaimana dia itu masih rekan kerja kita juga, meski dulu kalian pernah ada masa lalu tapi itu dulu sebelum elu manikah. Sekarang kalian sudah sama sama memiliki kehidupan sendiri jadi datanglah, bawa istri elu datang biar seru. Nanti gue juga bawa bini gue deh, pasti gue suruh dia dandan cantik biar nggak kalah cantik sama bini elu"

Damar habya terdiam tanpa kata. Entah harus mengajak Syifa atau tidak. Penampilan Syifa begitu kempungan akan menjadi bahan lecucon kalau bertemu dengan istri teman temannya.

Tidak, gue nggak bakal bawa wanita kampungan itu atau mereka bisa menertawaiku....

"Ya sudah pokoknya gue tunggu elu nanti malam, jangan sampai nggak datang, oke. Oh iya satu lagi bawa juga bini elu biar ikut kumpul bareng kita semua, punya bini di sempen terus kapan dong di lihatin sama kita kita" Sedari dulu sampai sekarang Damar belum pernah sekali pun memperliahtkan Syifa kepada siapa pun.

Ketika rekan kerjanya pergi seketika saja Damar melempar kartu undangan "Arggghhhhhh...." memukul meja dengan sangat keras "Kenapa gus bisa nikah sama cewek kempuangan kaya dia, bikin malu saja"

Dahulu ketika Damar melamar Syifa,dia begitu mengagumi kecantikan Syifa semasa masih menjadi istri dari sahabatnya. Namun, ketika sudah mendapatkan apa yang di inginkan rasa kagum itu sirna menjadi kebencian.

Dahulu ketika Syifa menikah dengan suami pertamanya, dia begitu cantik dari segi fisik dan hati, setelah menikah dengan Damar Syifa terlihat redup cahaya kecantikan di wajahnya. Semua karena begitu banyak tekanan tekanan dalam diri Syifa sehingga aura kencantikan dalam diri mulai memudar seiring waktu.

Terpopuler

Comments

Elena Sirregar

Elena Sirregar

dasar suami bodoh kalau isteri mau jadi cantik kasi modal dong. duit aja ga dikasi Memang mau beli skincare itu pakej air liur. duit gaji semua di kasi ibunya. dasar laki² tak tau hukum memang antara isteri dan ibu tak dipilih salah satu tapi yg namanya kewajiban itu kan wajib di tunaikan. dasar bodoh kau damar

2023-06-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!