Dea menyesali diri nya yang tadi tidak masuk ke dalam gang yang ada rumah kos itu. Untung saja ada Jaka yang membantu nya saat ini. Jika tidak, pasti gadis itu hingga malam mencari rumah kos tersebut.
"Tante, apa masih ada kos yang kosong?" Tanya Jaka saat mereka telah tiba di rumah tante nya itu.
"Oh, masih kok. Ada dua kamar yang masih kosong. Kamu mau berapa kamar? Dan siapa yang mau menyewanya?" Tanya janda beranak dua itu lagi.
"Ini teman ku tan, Dea nama nya. Itu ada di depan rumah" Jelas Jaka lagi.
"Temen apa demen?" Goda tante Vina nya.
"Temen kok tante"
"Ya sudah ayo kita temui dia. Sekalian mau tante tunjukin kamar kos nya"
***
"Ini dia kamar kos nya. Sebulan nya lima ratus ribu rupiah. Ada kasur sana kipas angin di sana. Jika kamu berminat bisa langsung bayar di muka" Jelas Vina kepada Dea setelah memperlihat kan kamar kos nya. Yah wanita yang berstatus janda itu memang memiliki rumah kos yang berupa kamar yang terdiri dari lima pintu. Itu ia dapat kan dari almarhum suami nya. Jadi ia tidak merasa khawatir lagi untuk memenuhi kebutuhan nya sehari-hari berserta kedua anak nya karena setiap bulanya mereka ada kemasukan.
Rumah kos Dea dan rumah Vina tidak lah begitu jauh hanya berjarak tiga rumah saja dari rumah Vina.
"Iya buk, saya setuju. Ini saya bayar uang sewa nya. Nanti malam saya akan pindah ke sini" Ujar Dea menyerahkan uang kertas berwarna merah sebanyak lima lembar kepada buk Vina.
"Oke, ini kunci kamar kamu. Dan ini kunci pintu gerbang nya. Harap di kunci ya setiap kali kamu keluar atau masuk. Setiap penghuni kos ini sudah mendapatkan satu anak kunci duplikat gerbang nya. Dan untuk peraturan kos, saya tidak melarang apa pun Terserah kalian mau ngapain di kos tersebut. Asalkan tidak merusak kos dan juga fasilitas nya" Tambah nya lagi.
"Baik buk terima kasih" Ujar Dea.
Vina pergi meninggalkan Jaka dan juga Dea yang masih berdiri di sana.
"Terima kasih ya Jaka, kamu sudah menolong ku mencari rumah kos nya. Jika tidak aku akan keteteran harus bolak balik dari Kemayoran ke Menteng" Jelas Dea.
"Iya sama-sama, emang nya di Kemayoran kamu tinggal bersama siapa?"
"Aku tinggal bersama teman ku di sana. Yah karena dia lah yang aku kenal di Jakarta ini. Aku baru saja tiba di sini kemarin sore. Jadi nya belum sempat deh aku mencari rumah kos nya. Aku juga baru mulai bekerja lo besok di cafe yang ada di sana" Ujar Dea menceritakan tentang diri nya kepada Jaka.
"Cafe Buhana itu? Iya cafe itu memang baru buka di sini. Ini merupakan cabang ke lima cafe itu. Dan yang jadi pemilik cafe nya Marco. Kebetulan dia teman sekolah ku dulu" Jelas Jaka.
"Tunggu-tunggu, Marco?" Tanya Dea. Yah gadis itu merasa kaget mendengar nama itu. Nama yang sama dengan pemuda tadi.
"Apa kamu ada foto nya?" Tanya Dea untuk memastikan apakah mereka sedang membicarakan orang yang sama atau tidak dengan orang yang temui nya tadi.
"Ada, sebentar nya" Jaka memperlihatkan foto Marco yang ada di ponselnya. Sontak Dea membulatkan mata nya melihat siapa yang ada di foto tersebut. Dea menelan silva nya beberapa kali. Ternyata Marco itu adalah Marco yang sama yang telah membuat bajunya kotor dan juga telah membantunya kembali untuk mendapatkan pekerjaan di cafe tersebut.
"Pantas saja manager tadi langsung menerima ku bekerja di sana. Ternyata dia si pemilik cafe nya" Batin nya.
"Kamu kenal sama dia?" Tanya Jaka.
"Oh gak, aku gak kenal" Bohong Dea.
"Nah, selain dia pemilik cafe tersebut, dia juga merupakan CEO di salah satu perusahaan yang cukup terkenal di kota ini" Ujar Jaka.
Dea hanya bisa mengangguk dan terdiam mendengar penjelasan dari Jaka.
"Ya sudah jika begitu, aku mau pulang ke Kemayoran untuk mengambil barang-barang ku" Jelas Dea lagi.
"Iya kamu hati-hati ya"
"Iya, sekali lagi terima kasih atas bantuan kamu" Ujar Dea lagi.
"Iya sama-sama"
Dea kembali ke halte bis untuk menunggu bis yang akan membawa nya kembali ke Kemayoran.
"Ya ampun ternyata dia pemilik cafe tadi, mau taruh di mana muka ku saat bertemu dengan nya nanti ya?" Batin Dea gelisah sambil menunggu bis nya datang.
"Aduh, jadi merasa gak enak deh dengan sikap ku tadi"
Sekitar lima belas menit bis yang di tunggu telah tiba. Dengan cepat, Dea pun naik ke bis tersebut. Perasaan nya masih merasa gelisah memikirkan bahwa Marco lah si pemilik cafe itu.
***
"Kamu beneran mau pindah Dey? Apa gak sebaik nya tunggu sebulan dulu baru kamu pindah ke sana? Secara kamu masih baru di kota ini" Ujar Rumi merasa keberatan dengan rencana Dea.
"Gak apa-apa kok Rum. Secara tempat kerja ku dan kos mu lumayan jauh. Jadi aku lebih baik mencari rumah kos yang dekat dengan tempat kerja ku. Aku juga bisa menghemat biaya karena bisa pergi ke tempat kerja dengan berjalan kaki" Jelas Dea mengemasi barang nya.
"Ya sudah jika itu sudah menjadi keputusan kamu. Aku hanya bisa mengikuti nya saja. Oh ya aku ikut anterin kamu ya ke tempat kos mu. Aku juga mau lihat lokasi nya. Nanti jika ada waktu luang aku mau berkunjung ke sana. Boleh kan?"
"Tentu boleh dong Rumi. Masa iya aku melarang kamu untuk datang ke tempat ku. Kamu kan teman terbaik ku" Jelas Dea sambil tersenyum memperlihat kan lesung pipi di sebelah kanan nya terbentuk.
***
"Ini dia kamar kos ku. Tidak seluas kos mu sih. Tapi cukup nyaman untuk di tempati. Secara aku sendirian jadi gak perlu lah besar-besar. Kamar seperti ini saja sudah cukup untuk ku" Ujar Dea setelah mereka tiba di kamar kos nya Dea.
"Iya Dey, kamar bersih. Seperti nya kos ini memang terawat deh. Terlebih lokasi nya juga cukup nyaman di tempati. Banyak rumah warga di sini. Jadi gak begitu takut lah jika tinggal sendiri"
"Iya benar tuh. Tapi yang paling penting, kos nya dekat dengan tempat kerja ku"
"Iya jadi menghemat biaya ya kamu" Ujar Rumi pula.
Mereka sama-sama tersenyum.
"Oh ya, kita makan dulu yuk lapar" Ujar Dea.
Mereka pun mengambil nasi remas yang sempat mereka beli tadi sebelum mereka berangkat menuju kos baru nya Dea.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments