Bab 5

" Bagaimana menurutmu Marisa?" tanya Siska kepada Mia setelah keduanya kini berada di tempat yang sedikit menjauh dari Sendy dan Marisa

Mia menghela napasnya kasar lalu menatap Siska yang terlihat begitu tidak sabaran menunggu jawabannya

" Aku tidak bisa mengambil keputusan sendiri, hal ini perlu aku bahas baik-baik dengan suamiku!" jawab Mia

Siska mendengus kesal mendengar jawaban yang keluar dari mulut Mia

Dengan otak liciknya wanita itu terus menghasut Mia agar mau membujuk suaminya untuk melanjutkan misi mereka

Mia nampak ragu namun Siska terus saja meyakinkan Mia dengan sejuta rayunya, dan entah kenapa setelah mendengar ucapan Siska hati Mia mulai luluh

" Bagus!" ucap Siska setelah Mia menganggukkan kepalanya petanda setuju untuk meyakinkan suaminya agar mau melanjutkan rencana mereka itu

Sementara ditempat yang berbeda nampak sekali terjadinya sedikit ketegangan diantara pria dan wanita yang tengah duduk di satu meja yang sama

" Aku akan melahirkan anak yang lucu untuk mu mas!" ucap Marisa dengan percaya dirinya

Brakk

Sendy menggebrak meja namun tidak terlalu kuat, mata Sendy menyala menatap Marisa dengan tatapan mematikan

" Jangan mimpi!" tekannya

Marisa menarik sudut bibirnya sehingga tercetak jelas senyuman di wajah cantiknya

" Justru aku akan menjadikan mimpi itu jadi kenyataan mas Sendy" tuturnya dengan menekankan setiap kata-katanya

Sendy mengepalkan tangannya merasa muak dengan wanita yang ada di hadapannya

" Aku tidak akan sudi memiliki anak dari wanita seperti mu!" tegas Sendy menatap Marisa dengan sinis

" Jangan terlalu terburu-buru mengambil keputusan, karena aku yakin istri tercinta mu itu pasti akan sangat setuju jika aku menjadi calon ibu dari anakmu!" ucap Marisa dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya

"Dia pasti akan menurut padaku!" sahut Sendy

" Benarkah?" tanya Marisa meremehkan

" Tentu saja!" sahutnya

" Kita lihat saja nanti, karena kali ini aku tidak akan melepaskan mu begitu saja aku pasti akan merebut mu dari isteri mu yang bodoh itu!" batin Marisa

" Kita buktikan saja mas" Marisa tersenyum menyeringai

Sendy benar-benar geram dengan Marisa dan dia ingin cepat-cepat meninggalkan tempat itu

Sementara Mia nampak tersenyum getir saat dari kejauhan melihat keakraban suaminya dengan Marisa

" Kamu lihat kan , suami mu nampaknya juga tidak keberatan dengan Marisa terlihat saat ini mereka begitu mudah akrab!" ucap Siska menunjuk ke arah Marisa yang nampak akrab berbicara dengan Sendy padahal mereka tidak melihat wajah garang Sendy karena posisinya membelakangi

Ada rasa yang cukup mengusik hatinya ketika melihat suaminya yang ternyata begitu mudah akrab dengan wanita yang akan menjadi calon ibu dari anak suaminya

" Apa keputusan ku ini sudah tepat?" batin Mia

Pukkk

Siska menepuk bahu Mia membuat Mia tersentak lalu menoleh ke arahnya

" Jangan ragu lagi, ini semua demi kebahagiaan mu juga nantinya. ingat semua hanya bersifat sementara aku sudah menegaskan pada Marisa dan diapun sudah setuju kalau setelah melahirkan anak untuk mu dan juga suami mu dia akan pergi jauh sesuai dengan keinginan mu, dan juga susmimu " ucap Siska meyakinkan Mia agar tidak goyah lagi

Mia bergeming tatapan matanya masih lurus ke depan menatap Marisa yang nampak tersenyum dan sesekali bahkan tergelak dihadapan suaminya

" Buang rasa cemburumu itu untuk sementara, ingat semua itu demi kebahagiaan mu di masa depan!" bisik Siska tepat di telinga Mia

" Marisa wanita yang baik, dia tidak mengharapkan imbalan apa-apa, asalkan kalian bahagia itu sudah cukup untuknya setidaknya dia sudah dapat merasakan bagaimana rasanya melahirkan anak" lanjut Siska

Sebenarnya itu terdengar sangat janggal, alasan yang terbilang sungguh tidak masuk di akal

Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang mau hamil lalu melahirkan anak untuk diberikan kepada wanita lain tanpa imbalan apa-apa hanya dengan alasan iba dan juga ingin merasakan bagaimana rasanya hamil dan melahirkan

Seandainya ingin merasakan hal itupun kenapa dia tidak menikah lagi dan mencari suami yang mau memberinya anak, membina rumah tangga sendiri dan memiliki keluarga yang sempurna

" Jangan terlalu banyak berpikir, ambil positifnya aja karena belum tentu ada wanita lain yang mau menerima apa adanya sebagai wanita yang mau melahirkan anak untuk mu, jika wanita lain mungkin akan meminta sebagian dari harta kekayaan suamimu!" ucap Siska yang terus saja mempengaruhi otak Mia

" Ayok kita kesana!" ucap Mia yang tidak merespon ucapan Siska tapi terlihat dari gerakannya Siska menangkap kalau Mia sepertinya sudah terpengaruh ucapannya

Siska tersenyum menyeringai lalu mengangguk " Ayok, sepertinya kita sudah terlalu lama ya meninggalkan mereka"

Mia sudah berjalan lebih dulu sementara Siska mengekor di belakangnya dengan wajah tersenyum penuh dengan kemenangan

" Maaf kelamaan ya!" ucap Mia dengan mengulas senyum di wajahnya

" Tidak apa-apa" jawab Marisa dengan ramah dan lembut

Mia membalas tersenyum setelah itu pamit pulang karena Sendy sudah beranjak dari tempat duduknya dan mengajaknya pulang

Setelah berpamitan keduanya pun beranjak pergi

Marisa dan Siska tersenyum penuh kemenangan menatap kepergian keduanya

" Bagaimana?" tanya Marisa

" Kau harus sabar, tapi tenang saja Mia pasti tidak akan menolak dan sesampainya di rumah wanita bodoh itu pasti akan membujuk suaminya untuk menerima mu" sahut Siska

" Apa kau yakin?"

" Tentu saja, Mia itu gadis bodoh dan juga sangat polos kau tunjukkan terus keramahan dan kelembutan setiap kali berhadapan dengannya aku yakin dia pasti akan luluh dan membela mu asal jangan pernah kau tunjukkan dirimu yang ingin merebut suaminya" terang Siska mengingatkan Marisa

" Kau tenang saja, permainan akan segera dimulai" ucap Marisa dan keduanya pun tertawa jahat

Sementara di dalam mobil hanya ada keheningan lebih tepatnya karena Sendy sejak masuk ke dalam mobil memasang wajah datar dan berkesan sangat dingin membuat Mia tidak berani angkat bicara dan lebih memilih untuk menatap keluar jendela mobil

Sendy pun memilih diam karena jika bicara pun pasti ujung-ujungnya akan terbawa emosi dan Sendy tentu tidak ingin ada keributan diantara keduanya karena hari sudah cukup larut dan waktunya mereka untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah jadi Sendy lebih memilih menjauhi hal yang akan memicu timbulnya keributan dan akan membahasnya esok hari jika keduanya sudah sama-sama tenang

" Mas!" Mia yang sudah gatal dan ingin bicara pun seketika diam ketika Sendy sudah mengangkat tangannya ke udara

" Jangan bicara apa-apa ini sudah malam, kita bicarakan besok saja, mas capek mau istirahat!" ucap Sendy ketika mereka baru saja sampai di rumah

" Tapi mas!" Mia berusaha untuk mencegah Sendy yang hendak melangkah menaiki anak tangga

Sendy hanya mengangkat tangannya ke udara tanpa menoleh dan itu artinya Mia dilarang untuk meneruskan kalimatnya

Mia mendengus dan menatap sendu punggung kekar yang kini tengah menaiki anak tangga dan meninggalkannya begitu saja

" Apa jangan-jangan mas Sendy sudah mulai tertarik dengan wanita itu dan belum apa-apa saja aku sudah diabaikannya?" batin Mia bergejolak

" Tidak, aku tidak mau kehilangan mas Sendy" rancaunya

Mia nampak gusar antara mengikuti kata hatinya atau menurut dengan ucapan Siska yang telah mengimingi kebahagiaan di masa depan untuknya yang pada kenyataannya kebahagiaan itu muncul karena adanya kesabaran dan juga rasa syukur atas apa yang telah Tuhan berikan kepada kita sekecil apapun itu

Tapi sayang sepertinya hati Mia sedang goyah hanya karena iming-iming kebahagiaan yang justru menutup mata tentang kehancuran rumah tangganya yang ada di depan mata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!