Ketika Cinta Harus Memilih
Memiliki keluarga yang harmonis dan penuh dengan kebahagiaan adalah impian semua orang begitu juga dengan Mia Wulandari
Bukannya tidak bahagia dengan pernikahannya bersama Sendy tapi wanita itu hanya merasa ada yang kurang dalam rumah tangganya
Mia selalu merasa kesepian karena sudah hampir 7 tahun menikah dengan Sendy tapi hingga kini ia belum juga dikaruniai anak, sudah berbagi cara ia lakukan, bahkan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan pun sering ia jalani
Kondisi kesehatan keduanya pun dinyatakan baik-baik saja tapi mungkin belum takdirnya mereka menjadi orang tua bahkan program bayi tabung yang mereka lakukan pun juga mengalami kegagalan
Mia sempat putus asa dan merasa dirinya tidak berguna sebagai seorang wanita tapi Sendy selalu mengingatkannya kalau semua yang terjadi pada mereka tidak lepas dari kehendak yang maha kuasa apalagi kedua orang tua Sendy pun tidak pernah menuntut banyak pada mereka
Untuk melepas kesepiannya Mia selalu datang ke rumah para sahabatnya dan disana ia selalu berpura-pura biasa saja walaupun sebenarnya hatinya sangat bergemuruh melihat kebahagiaan mereka yang sempurna bersama anak-anak mereka
" Kenapa ? bertengkar lagi sama kak Sendy?" tanya Zaira seraya meletakkan secangkir teh diatas meja lalu mendudukkan dirinya di sofa yang ada di sebelah Mia saat sahabatnya itu datang bekun,
" Enggak, kami baik-baik aja kok" sahutnya tersenyum kecut
" Lalu?"
" Gue enggak apa-apa Za, cuma lagi bosan aja di rumah sendirian " jawab Mia lalu meraih cangkir yang ada di hadapannya dan menyeruput teh buatan Zaira
" Yakin?"tanya Zaira dan Mia mengangguk dengan senyum yang dipaksakan
" Anak loe kemana Za, kok tumben sepi?" tanya Mia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang nampak sepi tanpa suara anak-anak
" Kenzia sedang sekolah dan Keenan sedang pergi bersama Opa dan Omanya ke rumah Lia!" jawab Zaira
" Oh gitu pantas sepi!" Mia pun mengangguk-anggukkan kepalanya
" Udah ya gue cabut dulu!" Ucapnya seraya beranjak dari tempat duduknya
" Loh mau kemana?" tanya Zaira yang ikut berdiri
" Mau ke cafe KR janji ketemuan sama Siska" jawabnya sambil melangkah menuju pintu keluar yang diikuti oleh Zaira mengekor di belakangnya
" Siska teman kuliah loe dulu?"
" Iya" jawab Mia lalu pamit pada Zaira
Setelah pergi dari rumah sahabatnya Mia langsung menuju cafe KR untuk bertemu dengan Siska
Setelah tiba di Cafe tersebut Mia langsung masuk dan mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Siska
Dari kejauhan ia bisa melihat Siska yang melambaikan tangannya ke arahnya
Mia pun melangkahkan kakinya menghampiri meja Siska
" Sorry telat, lama nunggu ya?" sapa Mia setelah kini berada di hadapan Siska
" Enggak juga, aku juga baru datang kok" jawab Siska lalu berdiri bersalaman dengan Mia sambil cipika-cipiki
" Ayo duduk!"
Mia pun duduk berhadapan dengan Siska lalu memesan makanan saat seorang pelayan menghampirinya
Tidak berapa lama pesanan pun datang keduanya menikmati makanan mereka sambil berbincang-bincang ringan saling menayangkan kabar
" Bagaimana usulan ku?" tanya Siska setelah mereka menghabiskan makanannya
" Usulan yang mana?" tanyai Mia mengerutkan keningnya
" Apa kau lupa dengan pembicaraan kita malam itu?"
Mia diam sejenak mengingat kembali percakapan mereka beberapa waktu lalu setelah mereka pulang dari jamuan makan di salah satu teman kuliah mereka
" Usulan konyol mu itu?" tanya Mia setelah mengingat kembali ucapan Siska
Siska tertawa mendengar ucapan Mia " Konyol kata mu? itu justru solusi yang aku tawarkan untuk mu agar kau bisa memiliki anak" jawab Siska
Mia terhenyak mendengar ucapan Siska seketika ia menjadi gamang sendiri dengan pikiran yang berkecamuk antara menerima atau menolaknya dengan tegas
" Kau pikirkan saja dulu setelah kau yakin dengan jawaban mu segera beritahu aku!" ucap Siska seraya menepuk punggung tangan Mia
" Apa aku sanggup melakukannya?" Mia menundukkan wajahnya seketika matanya sudah berkaca-kaca
Siska tersenyum lalu mengusap lembut bahu Mia yang nampak bergetar
" Aku yakin kamu bisa, bukankah kau sudah lama merindukan kehadiran seorang anak ?"
Mia bergeming ucapan Siska memang ada benarnya tapi apakah ia sanggup menjalani semuanya dan bagaimana dengan suaminya apakah setuju dengan usulannya itu
" Aku yakin kau pasti bisa, semua demi kebahagiaan mu juga kan dan aku yakin suami mu pasti tidak akan menolak jika kau sendiri yang memintanya" ucap Siska berusaha meyakinkan Mia
Mia menghapus air matanya lalu berusaha untuk tersenyum " Aku tidak yakin, suamiku sangat mencintai ku mana mau ia menerima usulan ku itu" ucap Mia
" Justru karena dia begitu mencintai mu maka dia pasti tidak akan berani menolak keinginan mu"
" Apa benar begitu?" Tanya Mia dengan polosnya dan Siska mengangguk berusaha meyakinkan Mia
" Baiklah kalau begitu akan aku coba bicara pelan-pelan dengan suamiku" tutur Mia
" Bagus, semakin cepat semakin baik kau bicarakan lah hal ini dengan suamimu aku yakin dia pasti akan setuju apalagi ini hanya bersifat sementara setelah kalian mendapatkan anak suamimu bisa menjadi milikmu seutuhnya" tutur Siska
Setelah pulang dari Cafe dan bertemu dengan Siska saat ini Mia tengah duduk di ruang tamu sambil menunggu kepulangan sang suami
Sekitar jam 8 malam Sendy baru pulang dan Mia menyambutnya seperti biasa
Mia membantu Sendy membuka bajunya lalu menyiapkan air hangat untuk suaminya mandi
" Aku akan kebawah dulu menyiapkan makan malam untuk mu"
Sendy mengangguk seraya tersenyum " Aku mandi dulu nanti akan menyusul" jawabnya lalu mendaratkan kecupan singkat di kening sang isteri sebelum melesat masuk ke dalam kamar mandi
Mia menyiapkan baju ganti untuk Sendy sebelum pergi ke dapur
Setelah berada di dapur Mia menghangatkan kembali masakannya yang sudah dingin
Tidak berapa lama Sendy menyusul dan langsung duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan
Mia seperti biasa melayani Sendy, mengambil piringnya dan mengisinya dengan lauk pauk kesukaan sang suami
Usai makan malam bersama keduanya pun memilih untuk duduk di ruang keluarga sambil menonton TV
Keduanya berbincang-bincang hangat menceritakan kegiatan mereka hari ini, dan ketika Mia membahas tentang anak Sendy hanya bisa tersenyum lalu berusaha untuk meyakinkan Mia untuk lebih bersabar lagi dan memasrahkan semuanya kepada yang maha kuasa
" Tapi mas kita juga perlu usahakan?" tanya Mia
Sendy tersenyum lalu tangannya terulur mengelus lembut surai panjang Mia yang tergerai indah
" Usaha yang bagaimana lagi sayang, kita sudah mencoba semuanya tapi apa? Allah masih belum memberi kita kepercayaan tentang itu, kita harus lebih bersabar lagi sayang yakin Allah pasti akan memberikan anak di waktu yang tepat yang hanya Allah yang tahu kapannya" tutur Sendy dengan bijak
" Lalu sampai kapan kita harus bersabar mas, mungkin aku yang tidak bisa memberimu keturunan" ucap Mia lirih
" Kamu ini ngomong apa sih sayang, kita kan sudah dengar sendiri kalau kondisi kamu tuh sehat tidak ada masalah apa-apa"
Mia menggeleng pelan" Tapi aku tidak bisa memberimu keturunan mas" Mia pun sudah menitikkan air matanya
" Tidak masalah bagiku sayang, ada atau tidak adanya anak aku tidak mempermasalahkannya asalkan aku bisa hidup bersama mu selamanya itu sudah cukup bagiku sayang" Mia sungguh terharu dan menghangat mendapatkan perlakuan seperti itu oleh Sendy
" Tapi mas kita juga butuh anak ditengah-tengah kita, agar masa tua kita tidak kesepian"
Sendy kembali tersenyum " Aku tidak akan merasa kesepian asalkan ada kamu"
Mia mengerucutkan bibirnya " Gombal"
Sendy tertawa " Siapa yang gombal sayang, aku bicara serius loh"
" Mas!" liriknya
" Apa kau benar-benar mencintai ku?" tanya Mia tiba-tiba membuat Sendy mengerutkan keningnya
" Tentu saja aku mencintaimu sayang, kenapa kau bertanya seperti itu hem, apa kau meragukan cintaku?"
Mia menggeleng lalu tersenyum " Tidak mas aku tidak meragukan cintamu, aku yakin cintamu itu sangat besar untuk ku!" tutur Mia membuat Sendy terkekeh mendengarnya
" Lalu kenapa kau bertanya seperti itu jika kau sudah yakin dengan perasaan ku?" tanya Sendy
Mia tersenyum lalu memeluk lengan Sendy
" Mas jika kamu benar-benar mencintai ku, aku punya satu keinginan, apa kamu bisa mengabulkannya untuk ku?" tanya Mia takut-takut
" Apa itu? selama aku bisa apapun akan aku lakukan untuk mu sayangnya, asalkan kau bahagia apapun yang kamu inginkan pasti akan aku kabulkan" Sendy mengelus rambut Mia dengan sayang
" Benarkah?" Sendy mengangguk dengan senyum yang mengembang
" Tentu saja, apapun akan aku lakukan untuk isteriku"
Mia tersenyum getir ada debaran jantung yang begitu menyesakkan antara takut dan gugup kini menjadi satu
" Katakan, apa yang kamu inginkan?" tanya Sendy
Mia meremas jari tangannya sendiri lalu menatap manik mata Sendy dengan tatapan yang sulit diartikan
" Katakanlah sayang, apa yang kamu inginkan?" tanya Sendy mengulang kembali pertanyaannya
" A...aku... "
" Aku apa hem?"
Mia bingung harus bagaimana mengutarakan keinginannya itu pada Sendy
" Katakanlah sayang, jika aku mampu pasti aku akan mengabulkannya!" Sendy meraih dagu Mia dan mendongakkannya hingga kedua mata mereka saling bertatapan
" Aku ingin anak darimu!"
Mata Sendy membeliak mendengar ucapan Mia tapi tetap berusaha untuk bersikap biasa saja karena dia tidak ingin Mia larut dalam kesedihannya
" Kita sudah berusaha sayang, bersabarlah kita pasti akan punya anak!"
" Sampai kapan aku harus bersabar mas?" sentak Mia membuat Sendy begitu terkejut dengan sikap Mia yang tidak seperti biasanya
" Sampai tuhan mempercayai kita untuk memiliki buah hati" jawabnya
Mia tersenyum kecut lalu menatap kesembarang arah " Aku ingin mempunyai anak dari mu mas, jika tidak bisa mempunyai anak dari rahimku maka kamu bisa memiliki anak dari rahim wanita lain mas!"
Glek
Sendy bak tertampar keras dengan ucapan Mia yang menurut Sendy sungguh sangat konyol
" Apa maksudmu?"
Sentak Sendy dingin dengan sorot mata yang menghunus tajam membuat Mia seketika ketakutan karena semenjak menikah Sendy tidak pernah berkata keras padanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments