"Terima kasih." Elena meraup napasnya dengan cepat. "Terima kasih kau sudah membantuku," ucapnya, sesaat setelah dua orang anak buah Baron itu pergi.
"Ada lagi yang bisa aku bantu selain ini?" tanya Edward, yang membuat Elena cukup kaget mendengarnya. "Atau, begini saja, sebutkan berapa hutangmu pada Baron! Aku akan melunasinya," kata lelaki itu lagi, yang membuat Elena ditimpa keterkejutan dua kali.
"Apa? Ah tidak, hutangku sangat banyak." Wanita itu menggeleng kuat.
"Satu Miliar?" tebak Edward.
"Tidak sampai segitu. Aku punya hutang seratus lima puluh juta."
"Kau pakai uang itu untuk bersenang-senang?" Edward kembali menebak asal-asalan.
"Untuk biaya perawatan ibuku. Ibuku sakit parah, butuh perawatan intensif, sedangkan kami tidak punya uang untuk itu," tutur Elena dengan raut wajah yang mulai terlihat sendu. "Sebenarnya hutangku hanya lima puluh juta. Tapi, karena aku menunggak pembayaran berkali-kali, Baron lalu melipatkan jumlahnya."
"Dan sekarang lelaki itu mengincarmu sebagai penebus hutang?"
"Iya."
"Beritahu aku dimana alamat Baron, aku akan melunasi semua hutangmu, tunai."
"Dia tinggal di ..." Elena sudah akan menyebut tempat tinggal Baron, namun wanita itu memangkas ucapannya segera.
"Untuk apa kau mau membayar semua hutangku? Kau pasti punya niat lain di balik pertolonganmu itu," tanya Elena dengan nada curiga.
"Sudah aku bilang dari awal. Bahwa ada harga yang harus kau bayar dari pertolongan yang ku berikan. Aku akan menuntaskan semua bebanmu seberat apa pun itu. Tapi kau juga harus memenuhi satu keinginanku. Ini namanya sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan."
"Hh kau tidak ada bedanya dengan Baron," ucap Elena sambil mencibir
Edward hanya tersenyum miring, ia mendekati wanita cantik itu dan memperlihatkan layar ponselnya. Di layar benda pipih tersebut terpampang sebuah foto perempuan cantik nan anggun. Di awal melihatnya saja, Elena langsung terhenyak.
"Ini aku? Da-dari mana kau bisa mendapatkan fotoku?"
Ditanya demikian, Edward hanya diam dengan raut wajah datar.
"Ah tidak. Ini bukan aku." Elena meralat pernyataannya sendiri setelah menatap foto wanita cantik itu lagi. "Aku mana punya pakaian dan perhiasan mewah seperti yang dipakai oleh wanita ini," lanjutnya dengan yakin.
"Itu Elea. Nyonya Elea, istri Anres Alvaro Tanujaya. Dia memang sangat mirip denganmu. Ah salah, kau yang sangat mirip dengannya," terang Edward.
"Orang kaya," gumam Elena sambil tak hentinya melepas tatap dari foto wanita cantik yang sangat mirip dengannya itu. Andai Elena mengenakan pakaian mewah dan perhiasan seperti wanita tersebut, maka keduanya akan seperti pinang dibelah dua.
"Kesepakatan kita, aku akan melepaskanmu dari Baron, dan kau menjadi Elea di rumah besar keluarga Tanujaya," ucap Edward, yang membuat Elena sontak terkejut menatap lelaki di depannya.
"Apa maksudnya?"
"Elea pergi dari rumah. Tak ada yang tahu dia kemana, dan kapan akan kembali. Kau harus berperan menggantikan Elea, sementara ia pergi. Hanya sementara saja."
"Ini sangat tidak masuk akal. Kau suruh aku menjadi orang lain? Aku tidak mau," tolak Elena dengan keras.
"Kita sudah sepakat," tandas Edward.
"Aku belum menyetujui kesepakatan konyol ini," elak Elena dengan tegas.
"Kau bilang aku sama dengan Baron, padahal sebenarnya tidak, Elena. Kami sangat jauh berbeda. Baron tidak pernah berhasil membuat kesepakatan denganmu. Tapi, aku pastikan kau tak akan bisa mundur dari kesepakatan ini denganku."
"Kau mengancamku?"
Edward menggeleng seraya mengangkat sudut bibirnya samar, membuat sebuah senyuman tak utuh. "Setidaknya kau harus berpikir sehat, Elena. Ibumu masuk rumah sakit lagi hari ini. Ia membutuhkan biaya di atas seratus juta untuk operasi kedua. Kalian tidak punya kerabat untuk bisa dimintai bantuan. Kau juga tidak punya pekerjaan tetap. Jalan satu-satunya, kau akan kembali berhutang pada Baron. Dan Baron pasti akan mengabulkan keinginanmu dengan imbalan tubuhmu. Apa Kau mau hal seperti itu Elena?"
"Da-dari mana, kau tahu tentang aku dan ibuku?" tanya Elena dengan suara bergetar. Wanita itu memang sedang kebingungan mencari pinjaman uang untuk biaya operasi Norma, ibunya. Malangnya, ia malah bertemu dengan anak buah Baron yang ingin menangkap. Elena berlari dan terus berlari menghindar, hingga nasib membawanya tertabrak mobil Edward.
Bukannya menjawab pertanyaan gadis itu, Edward malah berkata lain. "Berperan menjadi nyonya Elea Tanujaya, itu lebih terhormat bagimu, dari pada menjadi wanita pemuas Na-f-su Baron, bukan?"
"Aku ..." Elena terhenyak, tenggorokannya rasa tersumbat, hingga tak ada kata yang mampu terucap. Beberapa saat lalu ia merasa telah lepas dari mulut harimau, saat anak buah Baron pergi meninggalkan kamar perawatannya. Ternyata kini ia malah masuk dalam mulut buaya, ketika Edward berhasil menekannya dengan kondisi kesehatan sang ibu yang memang sedang membutuhkan biaya dalam jumlah besar.
Akankah Elena mau mengikuti keinginan Edward?
"Ponselmu!" tunjuk Edward ke atas meja kecil di samping hospital bed Elena. Di sana ada benda pipih milik wanita tersebut yang sudah retak pada bagian layarnya akibat benturan yang sempat dialami tadi.
Sudah cukup lama ponsel sederhana itu memperdengarkan bunyi, tapi pemiliknya masih berkelana dengan pemikirannya sendiri, hingga abai pada raungan benda pipih yang meminta perhatian lebih.
Elena tergagap, segera ia meraih ponselnya dengan tangan bergetar. Wajahnya kian pucat kala tahu kalau yang menghubungi adalah dari pihak rumah sakit tempat ibunya dirawat.
Edward hanya memerhatikan sekejap ketika Elena berbicara dengan peneleponnya dari seberang sana. Dan dari hal itu ia langsung dapat menangkap, kesulitan apa lagi yang sedang menghadang wanita cantik itu di depan mata.
"Dari rumah sakit?"
tanya Edward, setelah Elena meletakkan ponselnya kembali.
"Iya." Elena mengangguk lesu. Norma harus segera dioperasi, dan pihak rumah sakit meminta kedatangan Elena untuk mengurus semua pembiayaan dan administrasi. Sedangkan tak ada uang sepeser pun di tangan wanita itu kini.
"Keputusan ada di tanganmu sekarang," kata Edward dan lelaki itu kembali memutar tumitnya untuk meninggalkan ruangan.
"Edward apa kau akan membayar semua biaya operasi ibuku?" tanya Elena dengan cepat sebelum lelaki tampan itu menghilang di balik pintu.
"Tak hanya biaya operasi, tapi aku akan membiayai semua pengobatan ibumu sampai sembuh, juga semua hutang-hutangmu pada Baron akan aku selesaikan. Jadi kau tidak perlu berhubungan lagi dengan lelaki itu."
"Ta-tapi bagaimana jika keluarga Elea tau, kalau aku adalah Elena?"
"Tidak akan ada yang tau, karena kau sangat mirip dengan Elea. Aku akan memberimu buku panduan tentang siapa-siapa saja yang berada di sekeliling Elea, juga sifat-sifat mereka, agar nanti kau akan bisa menjalankan peranmu dengan baik."
Elena terdiam raut wajahnya masih menunjukkan ketertekanan. Dan hal itu kian jelas saat ia menanyakan, "Aku tidak punya pilihan lain?"
"Tidak ada. Kau bahkan tidak punya jalan untuk kembali."
Flash back off
Dan begitulah, dengan terpaksa Elena menerima peran yang diberikan oleh Edward kepadanya. Malam itu juga setelah dokter memperbolehkan pulang, Edward membawanya ke salon untuk di make over sebagai Elea. Hasilnya hampir seratus persen sama, tak satu pun penghuni rumah besar keluarga Tanujaya yang curiga kalau dia adalah Elena. Karena memang antara Elena dan Elea memiliki kemiripan wajah hampir sembilan puluh persen. Kecuali Arabella, bocah jelita tiga tahun itu menolak ketika Elena mendekatinya di awal mereka berjumpa.
Akan tetapi kini Elena bersikeras mengakhiri semuanya setelah ia tahu kondisi Anres Alvaro yang buta. Ia tak mau dikungkung rasa bersalah karena harus membohongi semua orang.
"Aku ingin mengakhiri semuanya," ucap Elena sekali lagi pada Edward.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
Begitu sulit ya Elena. Semoga ada jalan keluar dari masalahmu itu. Jangan lupa tetap bahagia Thor...
2023-07-07
0
Ayuwidia
Cinta Paulina versi Kak Naj. Ahhhhh aq seperti bernostalgila, Kak ❤
2023-05-30
3
Xu_Zhibin🕊️
apakah elena dan elea adalah saudara kembar yang terpisah?
2023-05-11
0