"Aku ingin mengakhiri semuanya. Aku ingin tetap menjadi Elena saja." Tekad Elena sudah kuat. Ia ingin tetap menjadi diri sendiri saja, meski sudah jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap Arabella. Meski debar jantungnya tak beraturan saat pertama kali melihat Anres yang tampannya bak pahatan patung dewa. Meski rumah besar ini adalah hunian yang sangat menyenangkan dari pada gubuk reot tempat tinggalnya. Ia tetap memilih pergi, karena tak ingin menyakiti orang-orang yang menurutnya sama sekali tidak pantas untuk disakiti.
"Sepertinya keputusanmu sudah bulat ya untuk pergi?" Edward menatap wanita di depannya dengan pandangan tak senang.
"Iya, aku akan pergi." Elena memutar langkah untuk benar-benar meninggalkan rumah ini.
"Sebelum pergi, ada baiknya kau lihat ini, Elena."
Edward menyerahkan ponsel di tangannya. Pada layar ponsel itu sedang memperlihatkan sebuah video.
Video seorang wanita baya yang berbaring di atas tempat tidur empuk dalam sebuah ruangan yang cukup luas. Dengan perabotan yang lengkap. Ada lemari tiga pintu, dua sofa dan meja kecil di depan jendela, kulkas, dan televisi layar datar dengan ukuran cukup besar.
Tak lama terlihat seorang wanita muda dengan berpakaian tenaga medis masuk ke dalam ruangan dan kemudian melakukan pemeriksaan pada si wanita baya. Wanita baya itu adalah Nurma, ibunya Elena.
"Apa yang kau lakukan pada ibuku?" Elena menatap tajam Edward dengan pandangan gusar. "Kau bilang, akan membiayai semua pengobatan ibuku sampai dia sembuh, kenapa sekarang dia malah tidak sedang berada di rumah sakit?" cecar Elena dengan tatapan tajam.
"Ibumu menderita sakit serius, yang harus ditangani dokter ahli," jawab Edward. Itu juga Elena sudah tahu. Dan karena hal itu pula ia harus terjebak hutang ratusan juta pada Baron.
"Aku memindahkan perawatan ibumu setelah operasi agar ia mendapat penanganan secara khusus, serta di bawah pengawasan dokter ahli. Dan akan terus begitu, sampai ibumu dinyatakan sembuh. Tapi, ..." Edward mengembuskan napas kuat, seraya memandang Elena telak. "Setapak saja kau melangkah keluar dari gerbang ini. Kondisi Nurma akan berbalik seratus delapan puluh derajat."
"Jangan sakiti ibuku!" Suara Elena terdengar bergetar saat mengatakan itu. Demi apa pun, ia tak ingin hal buruk terjadi pada Nurma, wanita yang telah begitu mencintainya selama ini.
"Semua itu tergantung padamu," kata Edward datar.
Elena membuang pandangan ke arah lain dengan tatapan gusar. Tak lama kemudian air matanya terlihat berlinang, namun ia segera menepisnya dengan kasar. "Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya kemudian dengan suara melemah.
"Kembali menjadi Elea!" titah Edward tegas.
"Dengan itu, ibuku akan aman?"
"Aku pastikan demikian.
"Bagaimana mungkin aku akan percaya sepenuhnya padamu." Elena kembali menatap Edward dengan tatap mata tajam.
Lelaki itu menyematkan senyum santai. "Sebulan sekali, kau boleh mengunjungi ibumu, untuk memastikan keadaannya. Apa ini terdengar sesuai?"
Elena hanya bisa menelan ludah getir. Pedih rasanya harus kembali terjebak pada situasi di mana ia tak bisa memilih. Situasi seperti ini yang memang sudah akrab dengan kehidupannya selama ini. Selama ia tersadar sebagai seorang Elena putrinya Nurma.
"Sampai kapan aku harus berperan sebagai Elea di rumah ini?" Tanyanya dengan suara kian lemah diserta helaan napas berat. Pertanyaan yang menandakan bahwa ia setuju dengan titah Edward untuk kembali menjadi Elea.
"Sampai saatnya tiba. Dan hal itu aku juga belum bisa memastikan. Mungkin sampai nyonya Elea kembali."
"Kapan?"
"Entahlah. Aku juga tidak tau, apa ia masih hidup atau sudah mati," jawab Edward santai.
"Kenapa Elea pergi?"
Edward hanya menggeleng singkat. Namun, dari tatapannya bisa terlihat, kalau ia sebenarnya tahu, tapi tidak mau memberi tahu, atau justru tidak mau tahu.
"Jika kau ingin aku tetap berperan sebagai Elea. Maka aku harus tahu banyak tentang kisah mereka berdua. Juga Arabella, dan rumah ini. Agar aku tidak tersesat dengan peran yang harus kujalani," urai Elena. Dan wanita itu benar dengan apa yang diucapkannya. Terlihat Edward juga tak memungkiri kebenarannya.
"Anres sangat mencintai Elea. Dan begitu pun sebaliknya."
"Jika Elea sangat mencintai suaminya, kenapa dia pergi?" tanya Elena dengan tatapan sinis. Tentu saja ia merasa kesal dengan kepergian Elea dari rumah ini, yang mana membuat dirinya terjebak dalam situasi rumit yang harus dijalani.
Anres Alvaro Tanujaya, adalah satu dari sekian lelaki yang nyaris sempurna. Tampan, mapan, dan hartawan. Tanujaya, adalah salah satu rekanan bisnis perusahaan besar Pramudya Corp. Tanujaya ini pula, yang mengambil alih perusahaan Mediatama--salah satu perusahaan cabang Pramudya Corp, yang sempat tumbang, saat kepemimpinan Edgard Wiliam Pramudya-- (Baca kisah, Cintaku Terhalang Tahtamu)
Karena Anres adalah pangeran mahkota Tanujaya, Maka, cintanya pun menjadi incaran dari kaum hawa. Tapi, Anres hanya setia pada satu cinta, Elea pramitha, yang sudah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Meski Elea Pramitha tidak berasal dari kalangan keluarga kaya raya juga, cinta keduanya berjalan mulus hingga ke pelaminan. Keluarga besar Tanujaya memberikan restu pada Elea untuk mendampingi Anres tanpa perlu menyertakan deretan syarat yang maha panjang.
Pernikahan mereka digelar sangat mewah dan fantastis. Biduk rumah tangga keduanya pun begitu manis dan romantis, membuat iri para pasangan lain sesama rekan bisnis.
Seperti yang sudah diketahui, banyak kalangan putra orang-orang terhormat, yang menjalani pernikahan tidak jauh dari kalkulasi keuntungan. Karena bagi mereka kebahagiaan itu diukur dengan nominal. Tapi, hal ini tak berlaku bagi Anres dan Elea. Karena cinta lah yang menjadi pondasi utama pernikahan mereka.
Rumah tangga keduanya semakin sempurna dengan hadirnya Arabella. Sang putri nan jelita. Namun, sebagaimana roda kehidupan yang terus berputar, ada masanya juga di mana rumah tangga tanpa cela yang dijalani oleh Anres dan Elea itu mengalami guncangan.
Anres mengalami kecelakaan fatal, yang membuatnya kehilangan penglihatan. Awalnya, dokter mendiagnosa kalau lelaki tampan itu akan bisa melihat lagi dengan jalan operasi. Namun, seiring berjalannya waktu, baru diketahui, kalau ada gumpalan yang kian menebal pada lapisan mata dalam. Gumpalan yang tak bisa dihilangkan dengan obat-obatan, atau pun operasi. Maka jalan satu-satunya adalah dengan donor kornea mata.
Maka sejak itulah, semua pun berubah seratus delapan puluh derajat. Anres menyendiri dengan kegelapannya. Dan Elea menghibur diri dengan rasa kecewanya. Pasangan paling romantis seantero jagad itu sudah tak ada. Prahara telah mengubah semuanya. Tak ada lagi kidung cinta yang terdengar, hanya keheningan dalam sepi yang menghunjam.
Dua tahun sudah berlalu. Rumah besar keluarga Tanujaya menjadi sedingin salju. Dan puncaknya, sekitar satu bulan lalu. Elea pergi tanpa ada satu orang pun yang tahu, kemana dan apa alasannya.
Nyonya Anres itu memang sering sekali bepergian dalam jangka waktu cukup lama, dari satu sampai dua minggu. Tapi, biasanya ia selalu kembali ke rumah ini lagi. Hal itu berlaku sejak kondisi Anres seperti saat ini.
Akan tetapi kali ini, Elea pergi sudah sebulan lamanya, dan ia tak pernah datang lagi.
"Aku tak ingin Tuan Anres dan Abel lebih terluka, bila tau kalau Elea sudah tak ada di rumah ini." Edward mengakhiri kisahnya dengan menghela napas berat.
"Dan mereka akan lebih terluka, jika tahu kalau Elea yang ada sekarang adalah palsu," timpal Elena dengan cepat.
"Mereka tidak akan tahu, selama kau menjalankan peranmu dengan sangat baik."
"Kau melimpahkan semuanya padaku?" Elea menatap Edward sinis.
"Kau tidak punya pilihan."
Elena membuang pandangan sembari menahan geram. Ia benci selalu berada di kondisi ini. Kondisi tak berdaya, dan tak punya pilihan apa-apa.
"Bagaimana jika Elea yang asli datang?"
"Aku tidak tahu, apa ia masih ingat jalan pulang. Tapi, kalau pun ia datang lagi, kita pikirkan saja itu nanti." Edward segera mengakhiri perbincangan dengan berbalik badan. Niatnya untuk pergi dari rumah besar akan kembali dilanjutkan.
"Apa kau juga seorang Tanujaya?" Pertanyaan Elena itu mencegah langkah Edward dengan seketika.
"Kau hanya perlu mencari tahu tentang tuan Anres dan Nona kecil, agar bisa menjalankan peranmu dengan benar. Bukan mencari tau tentang aku," tandasnya dan segera berlalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Ayuwidia
jangan2 Erward jg seorang Tanujaya
2023-05-30
0
Ayuwidia
MasyaAllah diksinya
2023-05-30
1
Ayuwidia
ehem, apa mungkin Nyonya Elea & Erward ada hubungan? Semakin penasaran, Kak
2023-05-30
0