Seseorang baru saja keluar dari salah satu ruang yang ada di lorong gelap. Ketika dia menutup pintu ruangan yang sudah dia matikan lampunya, dia melihat seseorang berdiri di lorong gelap tersebut. Tubuhnya luruh dan orang itu menunduk dalam. Cukup lama dia memperhatikan dari depan ruangan, hingga dia melihat punggung orang itu bergetar.
Hati kecilnya menyuruhnya untuk mendekat, ketika beberapa langkah maju dia melihat jika orang itu adalah perempuan. Di mana rambut sang perempuan dicepol ke atas. Dia semakin mendekat. Mulai terdengar Isakan tangis begitu lirih. Langkahnya terus mendekat ke arah perempuan itu. Dia berhenti di jarak satu meter tepat di depan si perempuan pilu itu.
"Are you okay?"
Suaranya terdengar begitu lembut. Perempuan yang menunduk itu, perlahan menegakkan kepalanya dengan wajah yang basah dan air mata yang masih mengalir. Mata mereka berdua pun bertemu. Dahi pria yang berdiri di depan Aleeya pun mengkerut.
"Wanita bo doh!"
Aleeya mengusap kasar wajahnya yang basah. Dia tahu siapa orang itu. Terdengar helaan napas kasar dan dia pun perlahan mulai berdiri. Dia memalingkan wajah dari pria yang masih menatapnya dengan tajam. Tak ada satu buah kalimat yang keluar dari mulut mereka berdua. Hingga Aleeya memilih untuk meninggalkan pria itu.
Baru saja membalikkan tubuhnya, pria itu mencekal tangan Aleeya. Langkah Aleeya pun terhenti.
"Jangan buang air mata untuk manusia tak berguna."
Aleeya pun menoleh. Pria itu masih menatapnya dengan serius. Aleeya hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Tangan pria itupun perlahan mulai mengendur. Aleeya melanjutkan langkahnya dan pria itu masih menatap perempuan yang memakai jas putih berjalan menjauhi dirinya.
"Apa dia bertugas di sini?"
.
Aleeya membasuh wajahnya yang sembab. Dia menghembuskan napas kasar. Menatap wajahnya di cermin.
"Kenapa dia ada di sini?"
Aleeya harus kembali ke IGD karena ada pasien lagi. Ketika tiba di sana dia bekerja dengan profesional. Meletakkan kesedihannya dan memberikan yang terbaik untuk mereka yang membutuhkan pertolongan darurat.
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Bukan hanya Aleeya, perawat yang ada di IGD pun menghela napas lega. Tugas mereka hari ini selesai.
"Kerja bagus," ucap Aleeya dengan sebuah senyum.
"Dokter hebat." Lagi-lagi Aleeya hanya tersenyum.
Aleeya sudah berganti pakaian dan sudah waktunya dia pulang. Baru saja keluar dari pintu rumah sakit, senyum seseorang melengkung indah. Seorang pria tampan menghampiri Aleeya.
"Kok, Kak Mirza--"
Mirza meraih kedua tangan Aleeya. Dia menatap dalam wajah adik ipar sahabatnya itu.
"Aku tidak akan mengingkari janjiku."
Aleeya hanya terdiam. Tidak ada getaran apapun di hatinya. Hingga Mirza membawa Aleeya menjauhi rumah sakit. Seseorang di belakang mereka berdua menukikkan kedua alisnya melihat Aleeya dengan seorang pria yang pernah dia lihat sebelumnya.
"Jika, pria itu sudah bersama si bodoh. Kenapa tadi dia menangis?" Pria itu berpikir keras.
.
Grup chat sudah ramai dan mengatakan jika akan ada dokter jaga baru di shift Aleeya bekerja. Aleeya hanya membaca pesan tersebut tanpa membalasnya. Pagi ini tubuhnya terasa tidak enak. Perutnya terasa sakit dan kepalanya sedikit pusing.
Setelah sarapan, Aleeya meminum obat yang selalu dia sediakan. Beristirahat sebentar sebelum dia pergi ke rumah sakit. Mirza pun tak menghubunginya dan itu bisa membuat hidup Aleeya lebih tenang.
Feby yang dekat dengan Aleeya terus memperhatikan Aleeya yang beda dari biasanya. Wajah Aleeya nampak tak bergairah.
"Kak Liya gak apa-apa?" tanya Feby yang tengah berada di ruang ganti bersama Aleeya. Gelengan kepala menjadi jawaban dari Aleeya.
Jas putih sudah Aleeya kenakan. Rambut dicepol ke atas sudah menjadi ciri khas dari dokter cantik itu. Sapaan sopan nan ramah banyak diterima Aleeya. Aleeya dan Feby masuk ke IGD dan ada beberapa pasien yang sudah ditangani, tapi belum dipindahkan ke ruang rawat.
Aleeya duduk di tempat biasa. Mengecek dan mempelajari sakit pada pasien yang masih ada di IGD. Tiba-tiba kepalanya berdenyut hebat hingga tangannya memegang pelipisnya. Aleeya memejamkan matanya sejenak, berharap sakitnya akan hilang.
"Selamat siang."
Suara seorang pria yang baru masuk ke ruang IGD membuat tenaga medis yang ada di sana termasuk Aleeya menoleh. Pria itu sangat ramah dan menyunggingkan senyum yang sangat manis. Aleeya terkejut hingga pulpen yang ada di tangannya terjatuh.
Pria itupun menoleh ke arah Aleeya. Dia terlihat tidak terkejut. Malah menyunggingkan senyum mengejek kepada Aleeya.
"Saya dokter Khairan Kharisma yang akan bertugas di shift ini."
Matanya masih tertuju pada Aleeya dan itu membuat Aleeya menggelengkan kepala. Semuanya menyapa Khairan, tapi tidak dengan Aleeya.
Sedari tadi Khairan memperhatikan Aleeya yang nampak aneh. Jika, tidak memegang kepala, memegang perutnya. Telepon IGD berdering.
"Pasien anak yang tadi mengalami kejang pindahkan ke ruang rawat."
Aleeya menutup telepon dan mencoba untuk berdiri. Dahi Khairan mengkerut ketika dia melihat tubuh Aleeya yang sulit untuk bangun. Namun, Khairan belum bergerak hingga Aleeya melewatinya menuju pasien yang dimaksud.
"Feb, bawa ke ruang rawat khusus anak." Feby dan perawat yang lain mengangguk.
Setelah pasien dibawa ke ruang rawat, di ruang IGD hanya ada Aleeya dan Khairan. Aleeya yang sudah duduk di tempatnya kini menundukkan kepalanya dengan tangan yang memijat dahi. Wajahnya pun sudah sedikit memucat.
Aleeya terkejut ketika kursinya diputar oleh seseorang. Di depannya Khairan sudah berdiri. Dia menyingkirkan tangan Aleeya dan dia meletakkan punggung tangannya di dahi Aleeya tanpa berkata.
"Gua gak apa-apa." Aleeya mencoba untuk menyingkirkan tangan Khairan di dahinya.
Namun, Khairan malah meletakkan stetoskop di dada Aleeya. Sungguh Aleeya terkejut. Bukan hanya itu, Khairan juga menekan perut Aleeya hingga Aleeya mengaduh. Terdengar decakan dari mulut Khairan.
Dia kembali ke mejanya dan menuliskan sesuatu. Kemudian, merobek kertas tersebut dan memberikannya kepada Aleeya.
"Tebus resep itu di apotek. Terus pulang."
Aleeya tak mengambilnya. Dia masih menatap ke arah kertas yang bertuliskan resep obat.
"Lu sakit, Bo doh!"
Khairan kesal sendiri dan menarik tangan Aleeya dan meletakkan resep itu di telapak tangan Aleeya.
"Lu emang dokter, tapi lu juga manusia yang bisa sakit." Ketus sekali ucapan Khairan kepada Aleeya.
"Gua gak apa-apa."
Aleeya meletakkan resep itu di meja Khairan dan kembali duduk di kursinya. Khairan bangkit dari tempatnya dan meninggalkan Aleeya. Menutup pintu ruang IGD dengan cukup keras hingga Aleeya menghela napas kasar.
"Cobaan apa lagi ini?" keluh Aleeya.
Dia tengah pusing, tapi malah diberikan partner yang membuat kepalanya makin pusing tujuh keliling. Ingin rasanya protes, tapi ini bukan rumah sakit keluarga besarnya. Di mana dia harus patuh pada kebijakan rumah sakit.
Suara pintu terbuka dan kantong plastik putih bertuliskan rumah sakit tempat Aleeya bekerja ada di atas mejanya. Dia menoleh ke arah pria yang sudah berdiri di samping mejanya.
"Minum, dan pulang sekarang. Taksi online udah nunggu lu di luar."
"Tapi--"
Khairan menyerahkan tas Aleeya dan menarik tangan perempuan keras kepala itu. Tak lupa dia memasukkan kantong berisi obat ke dalam tas Aleeya. Menarik lembut tangan Aleeya menuju depan rumah sakit di mana mobil berwarna hitam sudah menunggu Aleeya. Khairan membukakan pintu taksi online. Dia menyuruh Aleeya masuk ke dalam mobil.
"Hari ini dan besok lu harus istirahat. Minum obatnya yang benar. Kalau udah sembuh total baru lu boleh praktek."
Setelah mengatakan itu Khairan menutup pintu mobil taksi online dan itu membuat Aleeya menghela napas kasar.
"Pacarnya perhatian banget, Mbak." Sopir taksi online membuka suara.
"Hah?"
"Mas itu nyuruh saya buat hati-hati bawa mobilnya. Katanya si Mbaknya perutnya lagi sakit. Jalan menuju rumah Mbaknya sedikit jelek, takut perutnya makin sakit."
"Bentar-bentar ... dari mana dia tahu kosan gua?"
...***To Be Continue***...
Komen atuh ...
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
BAITI SYAIRUROH
awal y bagus thor
2024-08-12
0
?!
Bagus,bgt KK cerita nya🥴
2023-07-01
2
OnlyAch
.
2023-06-25
1