Aleeya masih tak bersuara ketika motor sudah menuju kosannya. Khairan sama sekali tak memberitahunya dari mana dia tahu alamat kosan Aleeya. Dokter cantik itupun sangat menjaga jarak ketika dibonceng oleh Khairan.
"Pegangan! Gua mau ngebut, udah mau hujan."
Aleeya malah berpegangan pada besi yang ada di belakangnya. Itu membuat motor terasa berat dan Khairan pun berdecak kesal. Dia Menghentikan motornya secara mendadak. Dia menoleh ke arah belakang dengan membuka kaca helm.
"Gua bukan tukang ojek!" Khairan mulai marah.
"Pegangan yang bener!"
"Ini gua udah pegangan." Aleeya masih bersikukuh. Hingga tangan Aleeya dia tarik paksa dan dia letakkan di dalam saku Hoodie yang dia gunakan.
"Gua mau ngebut biar gak kehujanan. Lu baru aja sembuh, Bodoh!"
Aleeya pun menurut saja. Apa yang dikatakan Khairan benar. Lelaki itu membawa motornya dengan begitu kencang. Tangan Aleeya dikeluarkan dari saku Hoodie dan memeluk perut Khairan. Khairan hanya menatap ke bawah di mana tangan Aleeya memeluknya dengan erat. Tepat sampai di rumah, hujan pun turun dengan begitu derasnya.
"Untungnya udah nyampe," ucap Aleeya penuh kelegaan.
Khairan hendak menuju motonya yang kehujanan, tapi Aleeya cekal. Mereka saling tatap.
"Hujan." Aleeya memberi peringatan.
"Gua mau ambil jas hujan. Mau langsung pulang."
Aleeya pun menggeleng seakan tak memperbolehkannya. Dia masih menahan tangan Khairan. Sedangkan tangan yang satunya sudah mengarahkan ponselnya ke arah telinga.
"Halo, Bu."
Khairan menatap ke arah Aleeya yang sedang berbicara melalui sambungan ponsel.
"Di sini hujan. Aku diantar sama saudara aku, tapi laki-laki. Boleh ya dia masuk ke kosan aku. Kasihan kalau pulang, Bu. Hujan angin dan ada petirnya juga."
Khairan terus menatap Aleeya yang berkata dengan begitu lembut pada orang yang ada di balik sambungan telepon..
"Makasih, Bu." Senyum manis pun terukir di wajah Aleeya.
Dokter cantik itu menoleh ke arah Khairan yang tengah menatapnya. Dia tersenyum dan terlihat sangat manis di mata Khairan.
"Lu boleh masuk ke kosan gua." Khairan terdiam. Dia malah menatap curiga ke arah Aleeya.
"Lu gak akan berbuat caboel 'kan."
Plak!
Aleeya dengan memakai tenaga dalam memukul lengan Khairan. Itu membuat Khairan mengaduh.
"Pulang aja Sono lah. Dibaikin malah ngeselin."
Aleeya membalikkan tubuhnya dan menjauhi Khairan. Namun, masih bisa Khairan cekal tangan Aleeya tersebut.
"Gua cuma bercanda."
Aleeya pun menoleh ke arah Khairan. Kemudian, dia menatap ke arah tangannya yang dicekal oleh Khairan. Perlahan Khairan pun melepaskan cekalannya. Mereka jalan beriringan menuju kamar kosan Aleeya.
Khairan menatap ke setiap sudut kamar kosan Aleeya. Rapi dan semuanya tertata.
"Lu mau kopi apa teh?"
"Teh panas aja."
Aleeya pun mengangguk. Dia menuju dapur kecil yang ada di kosannya. Khairan tidak menutup pintu kosan karena dia tidak ingin timbul fitnah. Dia pun duduk di samping pintu. Tak berselang lama, Aleeya membawa teh panas untuknya.
"Minum dulu. Gua mandi dulu, ya."
Khairan hanya mengangguk pelan. Ketika Aleeya menuju kamar tidurnya. Dia melihat foto tiga perempuan cantik dipajang di dinding. Matanya nanar ketika melihat wanita yang memiliki senyum begitu indah. Ya, dia Aleena.
"Hanya sebatas menginginkan, tanpa bisa memiliki." Khairan tersenyum tipis.
Tak lama berselang, Aleeya sudah segar dan menghampiri Khairan dengan membawa cemilan yang ada di lemari pendinginnya. Khairan pun berdecak kesal.
"Makanan lu gak sehat semua." Khairan malah mengomel. Baru saja Aleeya hendak membalas, tiba-tiba listrik mati. Aleeya pun berteriak keras.
"Bubu!"
Khairan menghidupkan lampu flash yang ada di ponselnya. Dia mengarahkannya pada Aleeya yang sudah menunduk ketakutan. Terlihat tubuhnya bergetar.
"Bodoh--"
Aleeya menoleh dan langsung memeluk tubuh Khaira dengan begitu erat. Khairan merasakan tubuh Aleeya bergetar.
"Jangan tinggalin gua. Gua takut gelap."
Perlahan tangan Khairan pun membalas pelukan Aleeya. Dia mencoba untuk menenangkan.
"Gua akan temani lu."
Mereka berdua di kamar Aleeya dengan bercahayakan lampu flash. Diluar hujan besar dan petir terus saling bersahutan. Aleeya sama sekali tak melepaskan pelukannya pada pinggang Khairan. Dia juga tak membuka mata sama sekali. Khairan dapat merasakan ketakutan yang luar biasa dari diri Aleeya. Setengah jam berlalu, listrik tak kunjung hidup. Khairan mendengar dengkuran halus dan itu membuat Khairan menggelengkan kepala.Dia menatap lekat wajah Aleeya yang begitu tenang ketika tidur.
"Cantik juga."
.
Radit dan Echa dikejutkan dengan kedatangan seorang pria yang mereka kenali. Pria itu memasang wajah serius. Tidak seperti biasanya.
"Ada apa?" Radit dan Echa mulai sedikit khawatir karena dia takut terjadi sesuatu kepada Rangga dan Aleena yang baru saja terbang ke Sydney.
"Saya ingin bicara serius sama Om dan Tante."
Radit dan Echa pun saling tatap. Mereka sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dikatakan pria tampan di depan mereka tersebut. Mereka seperti melihat diri lain dari pria itu.
"Saya ingin melamar putri ketiga Om dan Tante."
...***To Be Continue***...
Komen dong ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Ani Sumarni
bang mirza datang melamar yaya
2023-05-19
2
Ani Sumarni
aduh sapa tuch mirza yach berani juga main langsung lamar aja tanpa tahu perasaan aleeya
2023-05-14
1
Tuti
up kak
2023-05-11
0