Bab 5. Terkejut

"Iya bik," Jawab Kana dari dalam kamar, gadis itu berjalan membuka pintu kamarnya.

"Ada apa bik?" Tanya Kana.

"Akhirnya non buka juga, dari tadi bibik panggil-panggil non Ana nggak ada jawaban, bibik takut non kenapa-napa," Ucap Minah hawatir.

Kana terkekeh mendengar ucapan Minah, wanita berusia hampir setengah abad itu sudah bekerja dengan keluarganya sedari Kana balita. "Tadi Ana lagi beresin barang-barang bik," jelas Kana.

"Memang ada apa bik? Kok bibik sampai panik gitu," sambung Kana.

"Itu non bibik diminta nyonya tanyakan non mau makan diatas atau turun kebawah. Soalnya tadi nyonya tanya non udah sarapan belum, bibik bilang belum. Makanya nyonya suruh bibik cepat-cepat panggil non Kana, kata nyonya takut asam lambung non kambuh, apa lagi non besok akan pergi jauh," Jelas Minah panjang lebar.

"Oh, iya.. kalau gitu Kana selsai kan ini dulu ya bik, terus nanti Kana turun saja kebawah, jadi bibik tidak perlu membawa makanan kemari," Ucap Kana kemudian.

Minah mengangguk faham. "Apa Mau bibik bantu membereskan barang-barang non?" Tanya Minah lagi.

"Nggak usah bik, udah mau selsai juga," tolak Kana halus.

"Ya sudah kalau begitu, bibik turun ya non," pamit Minah.

Kana hanya menanggapi dengan anggukan.

Selsai dengan semua urusannya, Kana memutuskan turun, namun dia berganti pakaian terlebih dahulu, dan membawa hand-bag serta kunci mobilnya. Dia harus segere menyelsaikan urusanya dengan Dara sebelum dia pergi.

"Loh kamu mau kemana lagi sayang? Kamu belum makan lho An? Tanya sang Mama yang melihat Kana sudah rapih, dengan membawa kunci mobil dan hand-bag ditangannya.

"Ana makan diluar aja deh Mah, sekalian ada yang mau Ana beli," Kilahnya, mana mungkin dia bisa makan, sedangkan pikirannya masih kemana-mana, membuatnya tak ada selera untuk menyantap makanan.

"Kalo gitu dianter mang ujang aja ya. Soalnya wajah kamu kelihatan pucet, kamu besok mau perjalanan jauh loh, Mama nggak mau kamu capek, dan kenapa-napa dijalan," Amanda memberi saran.

Kana tersenyum. "Gak usah Mah, Ana cuma bentar kok, Ana janji! Lagian kan, besok Ana udah brangkat, Ana nggak tahu  kapan bisa pulang ke Indonesia lagi, ini saat-saat terakhir Ana di Indonesia, jadi Ana mau puas-puasin, janji deh kalau Ana nggak bakalan lama," mohon Ana , seraya mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.

Amanda menghela nafas, Kana begitu sulit diberi tahu jika sudah ada maunya, meski begitu Kana tidak pernah berbuat sesuatu diluar batas. "Ya sudah deh, tapi hati-hati ya. Nanti kalo kamu ada apa-apa telpon Mama," Amanda mengintrupsi.

Kana mengangguk, seraya menyunggingkan senyum, gadis itu mencium punggung tangan Amanda, sebelum akhirnya berlalu keluar rumah.

"Ya sudah Kana brangkat dulu ya," seru Kana, gadis itu berjalan ke luar sebari melambaikan tangan.

Sedangkan Amanda hanya menanggapi dengan senyuman, melihat tingkah putri semata wayangnya.

Revan yang sudah sampai dimeja reseptionis harus menerima kekecewaan, pasalnya pihak reseptionis tidak memberitahukan data-data para gadis yang menyewa bar untuk mengadakan ladies night semalam, dengan alasan tidak bisa membocorkan data konsumen.

Tentu saja hal itu membuat Revan kesal, pria itu menghembuskan nafas frustasi, dia begitu penasaran akan gadis semalam, benarkah dia biasa menjual diri, atau justru dia dijual oleh temannya, jika memang dia dijual oleh temannya maka Revan mau bertanggung jawab pada gadis itu, karna bagaimana pun dia sudah menghancurkan masa depannya, apa lagi semalam Revan melakukan itu tanpa alat pengaman, Revan takut gadis itu hamil.

Seketika rasa bersalah menyelimuti Revan, pria itu malah menyalahkan dirinya sendiri, jika saja semalam dia tidak percaya pada gadis itu begitu saja, dan tidak mengedepan kan nafsu nya, sudah pasti ini tidak akan terjadi.

Namun semua sudah terjadi, bagaimana pun Revan hanya bisa merutuki kebodohan nya sendiri, kini Revan hanya bisa berharap agar dapat bertemu gadis itu kembali. Namun Sial, Revan tidak mengetahui nama gadis itu, tentu saja akan sulit bagi Revan menemukan keberadaan gadis itu.

Apa lagi Hotel tempatnya menginap masih dalam wilayah naungan Widjaya group, sudah pasti dia tidak bisa berbuat apa-apa, jika saja kejadian ini masih dihotel yang bernaung di bawah eigel corp, pastinya Revan tidak akan merasa kesulitan seperti ini, akan lebih mudah bagi Revan mencari gadis itu.

Revan yang harus menelan kekecewaan memilih pulang, dia berjalan menuju bastman hotel, mengambil mobilnya lalu keluar dari hotel itu. Sepanjang perjalanan Revan dibuat pusing memikirkan ini, namun jika mengingat kejadian semalam otak kotornya menjadi kembali begairah, gila.. ini benar-benar gila, Revan ingin marah pada dirinya sendiri. Namun jiwa kelelakiannya bertolak belakang dengan logikanya.

Sesungguh nya Revan ingin bersorak senang, bagaimana tidak? Pria itu seperti mendapatkam jackpot bruntung lah saat terbangun gadis itu sudah pergi, jika tidak Revan tidak yakin bisa menahan dirinya.

Lama Revan berkelana dalam lamunannya sendiri, membayangkan banyak hal, bagaiman jika gadis itu hamil? Dimana gadis itu akan mencari dirinya? Sedangkan mereka tidak saling mengenal, membayangkan itu membuat kepala Revan ingin meledak, dia memutuskan berbelok disebuah minimarket, untuk mencari minuman segar, agar bisa mendinginkan otaknya yang tengah semrawut, Revan berharap bisa kembali menjernikah fikirannya.

Revan mematiak mesin mobilnya, pria itu mengenakan kaca mata hitam sebelum masuk kedalam minimarket, lalu berjalan menuju rak minuman, dan memilih soft drink untuk menyegarkan otaknya, pandangannya berkelana memindai minimarket yang tidak terlalu ramai itu.

Namun sejurus kemudian pandangannya terhenti pada sosok wanita yang membuka pintu minimarket itu, begitu tidak asing baginya, Revan mengingat-ingat wajah wanita itu. Revan bersorak senang, manakala menyadari jika wanita itu adalah wanita semalam yang ditemuinya.

Revan tersenyum, pria itu berjalan cepat, dia harus segera menghampiri gadis itu, jangan sampai wanita itu kabur tanpa menjelaskan apapun padanya.

Banyak pertanyaan yang bersarang dikepalanya, berharap akan segera mendaptkan semua jawaban dari kegelisahan itu. Revan buru-buru berjalan mengikuti gadis itu, jarak mereka cukup jauh, bahkan tersekat oleh rak-rak.

Gadis itu berhenti didepan stand buah, tentu saja membuat Revan leluasa menghampirinya, kini Revan sudah berhasil mengejar gadis itu. Revan berdiri dengan jarak yang hanya beberapa jengkal dibelakang nya. Pria itu tidak ingin ada yang mendengar apa yang mereka bicarakan, maka dari itu dia berdiri begitu dekat dengan gadis itu.

"Hey.. nona," Seru Revan, dibelakang telinga gadis itu.

Membuat wanita yang ada didepanya reflek menoleh, terlihat dengan jelas jika wanita itu terkejut dengan keberadaan Revan, mungkin lebih-lebih tidak menyangka, jika mereka akan bertemu lagi secepat ini.

Sangking terkejutnya Gadis itu sampai menjatuhkan buah yang tangah digenggam nya. Gadis itu menelisik sekeliling seperti orang bodoh, bersikap seolah tak mengenalinya, membuat Revan kesal sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!