Bab 4. Ketakutan Kana

Berbeda dengan Revan yang sedang mencari keberadaan Kana. Gadis itu masih begitu shyok dengan apa yang menimpa dia, Mengapa ini bisa terjadi padanya? sejak satu jam lalu Kana masih menangis tergugu dibawah guyuran shower.

Tadi Setelah keadaannya sedikit membaik, Kana segera kembali kerumahnya, bruntung saat sampai Mama dan Papanya tidak sedang ada dirumah, jadi dia tidak perlu menjawab berbagai pertanyaan yang mungkin Mamanya ajukan.

"Kenapa lo tega sama gue Ra? Apa salah gue sama lo? Tanya Kana, dengan air mata mengalir deras membasahi pipi mulusnya.

Meski sedikit samar, namun Kana dapat mengingat jelas, saat Dara memapahnya menuju sebuah kamar hotel. Pada saat itu kesadaran Kana sudah mulai menghilang, namun dia masih bisa mendengar perbincangan dua orang yang salah satunya adalah sahabatnya sendiri.

"Gue gak nyangka lo tega jual gue Ra? Sebegitunya kah lo dendam sama gue? Tapi karena apa?" Kana terus bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat Dara tega melakukan ini. Seingat Kana dia tidak pernah sekalipun menyakiti Dara ataupun sahabat lainnya.

Lama Kana menangis dibawah guyuran shower, bibirnya bahkan sudah sampai membiru. Kana merasakan sekujur tubuhnya begitu letih dan nyeri, belum lagi bagian inti tubuhnya yang terasa begitu pedih. Menambah daftar nelangsa gadis itu.

"Kamu sudah hancur Kana, kamu begitu bodoh, apa yang akan kamu katakan jika Mama dan Papa mu sampai tau kejadian ini?"

Sudah pasti orang tuanya akan kecewa, bagaimanpun Kana anak tunggal dan pewaris Widjaya group. Orang tuanya begitu menyanyangi Kana, menjaga gadis itu dengan penuh kasih dan sayang. Namun kali ini dia benar-benar sudah membuat kecewa orang tuanya.

"Maafkan Kana Mah, Pah..." Monolognya dalam hati. Meskipun ini bukan murni seratus persen kesalahannya, namun dia tetap merasa begitu sangat berdosa.

Tok.. tok.. tok..

Suara ketukan pintu mengintrupsi Kana yang ada didalam toilet.

"Ana, kamu didalam sayang?" Teriak Mamanya dari luar.

"Iya Mah, sebentar," Sahut Kana, gadis itu bergegas bangkit dan menyelsaikan mandinya.

"Kamu belum packing sayang," tanya Amanda wanita paruh baya itu setengah berteriak. Karena Kana belum juga keluar dari dalam toilet.

"Setelah ini Mah," jawab Kana, gadis itu bingung sendiri, bagaimana caranya menutupi tanda merah yang ada disekitar leher, apa lagi tanda merah itu begitu banyak.

"Ya sudah, Mama turun kebawah dulu ya," pamit Amanda, wanita itu berlalu meninggalkan kamar Kana.

"Iya," sahut Kana, gadis itu mengehela nafas lega, setelah mendengar Mama nya meninggalkan kamar itu. Kana menyembulkan kepalanya, menelisik sekeliling ruangan kamar, dirasa tidak ada siap-siapa didalam kamar itu Kana bergegas keluar. Gadis itu harus segere merapihkan penampilannya yang begitu kacau, mata yang bengkak, wajah yang sudah seperti kepiting rebus, belum lagi lehernya yang terdapat tanda merah diberbagai titik. Membuat Kana begitu jijik akan tubuhnya sendiri, Matanya sudah mengembun, siap meneteskan air mata lagi. Namun sekuat tenaga ia tahan, takut sang Mama tiba-tiba kembali dan melihat dirinya menangis, tentu saja hal itu akan menimbulkan banyak bertanya.

Kana memberikan fondation dibagian lehernya, dan menggunakan make up yang lumayan tebal, guna menutupi mata dan wajahnya agar tidak terlihat pucat.

Setelah dirasa penampilannya sudah sedikit rapih, Kana bergegas menuju Walk-in closet, mengeluarkan dua koper dari dalam almarinya, lalu membereskan barang-barang yang akan dia bawa ke New york besok.

Sebenarnya sekujur tubuh Kana masih teramat sakit, bukan hanya sakit fisik dan mental, tapi hatinya, mengingat Dara yang begitu tega padanya. Namun apa mau dikata semua sudah terjadi, sebelum berangkat Kana berniat menemui Dara untuk meminta penjeleasan dari sahabatnya itu.

Kana yang tengah memasukan barang-barang kedalam koper terjingkat kaget, saat mendengar dering ponsel mengudara.

Aylin caling.

Kana menghembuskan nafas berat melihat  ID si penelpon. Sahabatnya itu pasti akan mengajukan banyak pertanyaan, sebab tadi pagi Kana memutusakn sambungan telpon nya begitu saja.

Dengan malas Kana segera menggeser tombol hijau, sebelum sipenelpon semakin murka.

"Hello Kana Dhanijaya.. lo ngeselin banget deh ya! dari semalem gue telepon gak juga digubris, semalam lo tidur dimana? Mama lo telepon gue, nanyain lo kenapa belum pulang juga, berhubung kemarin malam lo pulang bareng Dara jadi ya gue bilang lo nginep disana," Oceh Aylin dari sebrang telpon.

"Jadi lo semalem benerkan nginep diapartemen Dara kan?" Sambung Aylin lagi.

"Ehhh.. I-iya," Jawab Kana terbata.

"Bagus deh kalo emang gitu, soalnya dari semalem gue telpon Dara juga gak bisa, nomornya gak aktif," Jelas Aylin yang membuat Kana terkejut, gadis itu bertanya-tanya dimana gerangan keberadaan sahabatnya itu.

"Sekarang lo udah dirumah kan Na?" Tanya Aylin lagi.

"Iya". Jawab Kana seadanya.

"Iya.. iya.. iya.. mulu deh lo bikin kesel. Terus tadi waktu lo pulang Dara ada kan diapartemennya?" Tanya Aylin tiada henti, membuat Kana semakin pusing.

"Oh, tadi waktu gue pulang dia masih tidur si kayaknya, gue buru-buru pulang tadi, gak pamit dulu," Bohong Kana, gadis itu tidak mungkin mengatakan kejadiaan naas yang baru saja menimpa dirinya, selain karena malu, Kana merasa tidak perlu mengatakan itu kepada siapapun, biarlah Kana menyimpan sendiri semua cerita dukanya. Kana hanya barharap, kejadian semalam tidak menimbulkan masalah besar dikemudian hari, atau lebih tepatnya Kana tidak sampai mengandung anak laki-laki yang tidak dikenalinya itu.

"Teler kali tuh anak, kebanyakan minum si Dara, banyak gaya sih dia, ngajakin minum gitu-gituan segala," ucapan Aylin yang kembali membuat Mitha sedih.

Bagaimana respon mereka jika tahu Dara telah tega menjualnya, akan kah mereka percaya kepada Kana? Sedangkan Kana sendiri masih tidak menyangka Dara begitu tega padanya.

"Oh iya, lo brangkat jam berapa besok? Gue sama anak-anak mau anter lo kebanda," tanya Aylin.

"Belum tau Lin, gue belum liat jadwal penerbangannya, karna kemarin Papa yang pesen tiketnya," jawab Kana.

"Ya udah nanti kalo lo udah tau jadwalnya share digerup ya. Biar kita semua bisa on time," pinta Aylin kemudian.

"Eh.. iya Lin," Jawab Kana singkat, gadis itu sedang malas bicara, atau lebih tepatnya sedang tidak bersemangat untuk melakukan apapun.

Lama Kana terdian dalam lamunan nya, memikirkan keberadaan Dara, dia harus segere bertemu sahabatnya itu, eits ralat, mantan sahabat, kini Kana tidak lagi menganggap Dara sebagai sahabatnya, mana ada sahabat yang tega melukai sahabatnya sendiri. Niat Kana kini hanya satu, menemui Dara dan menanyakan alasan Daramelakukan ini pada dirinya.

Hingga ketukan yang lumayan kencang dari luar pintu kamar, membuyarkan lamunannya.

"Non.. non.. non Ana.." berkali-kali Minah menyerukan nama nona mudanya, namun tidak juga ada jawaban dari dalam, membuatnya memutuskan mengetuk pintu kamar itu dengan sedikit kencang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!