Dara mengetuk pintu kamar dilantai dua belas itu dengan tergesa, dia takut ada yang melihatnya membawa Kana kekamar itu, bisa habis dirinya jika sampai ada yang mengetahui rencananya.
Melihat Kana yang sudah seperti cacing kepanasan membuat Dara tersenyum sinis. "Nikmatin malam ini ya Na, seneng-seneng deh lo," Dara berbisik ditelinga Kana, namun Kana yang dalam keadaan tidak sepenuhnya sadar hanya berguman.
Setelah bertemu dengan laki-laki tadi, Dara kembali dengan membawa minuman yang sudah dia beri obat prangsang untuk Kana. Dara sebenarnya tidak tega, namun rasa sakit hatinya telah membutakan akal dan pikiran gadis itu. Dara dengan tega melakukan hal keji pada sahabatnya sendiri.
Tidak lama pintu kamar itu terbuka, menampilkan pria tampan yang mengenakan kemeja navy dengan lengan digulung hingga siku. Terlihat menawan dan berkarisma, namun sama sekali tidak menarik perhatian Dara.
"Boleh gue masuk?" Tanyanya pada pria tampan itu.
"Silahkan," jawab Revan, pria itu membuka pintu kamar Hotelnya.
Dara memapah Kana dan meletakan sahabatnya diatas sofa yang terdapat didalam kamar hotel itu.
"Sekarang kirim uangnya!" Pinta Dara.
Revan mengambil ponselnya dan mentransfer sejumlah uang yang sudah mereka sepakati. "Hey nona! apa anda yakin dia biasa menjual diri? Saya tidak mau nantinya terkena masalah!" Tanya Revan pada Dara, pria itu masih tidak percaya jika gadis yang dibelinya seorang wanita malam.
"Tenang saja! dia sudah biasa melayani pria hidung belang, tapi memang harus dengan keadaan tidak sadar seperti itu," Kilah Dara.
Setelah Revan mengirmkan uang yang diminta, Dara bergegas meninggalkan kamar Hotel itu, gadis itu tidak ingin berlama-lama disana, bisa saja Kana tersadar dan malah akan menimbulkan masalah untuk nya. Dara pergi meninggalkan Kana begitu saja tanpa rasa bersalah.
Sepeninggalnya Dara, Revan duduk disamping gadis yang sedari tadi ia kagumi itu, meneliti wajahnya yang begitu cantik dan manis, apalagi jika gadis itu tersenyum, Revan masih merasa tidak percaya, gadis yang terlihat polos itu biasa menjajakan tubuhnya.
Lama Revan mengamati Wajah cantik itu, namun tiba-tiba gadis itu membuka mata dan menarik kerah baju Revan, tentu hal itu membuatnya terkejut, gadis itu tanpa aba-aba langsung menyatukan bibir mereka.
Nafas gadis itu terengah, kringat dingin mengalir dari plipisnya, bisa Revan pastikan. Jika gadis itu tengah dalam pengaruh obat-obatan.
"Tuan, tolong saya, tubuh saya panas sekali," ucap gadis itu dengan mata sayu penuh permohonan.
Revan yang baru pertama kali merasakan sentuhan seorang wanita, langsung terbakar gairah, dengan cepat Revan menggendong tubuh gadis itu dan meletakan nya diatas ranjang.
Revan menatap lekat wajah ayu yang saat ini berada dibawah kungkungannya. Gadis itu tiba-tiba saja membuka kancing kemeja Revan, wajah ayu itu terlihat merona, membuat Revan tidak tahan untuk bisa segera menikamti tubuh nya.
Revan kembali menyatukan daging kenyal yang terletak dibawah hidung mereka, mengabsen setiap inci tanpa ada yang terlewat. Tangannya tidak tinggal diam, pria itu menggapai bukit kenyal yang masih terbalut kain penutup. Sontak gadis itu melenguh menikamat setiap sentuhan nya.
Lenguhan yang keluar dari bibir mungil itu, semakin membakar gairah Revan, pria itu terus melakuakan aksinya, mencumbu apa saja yang nampak didepan mata. Keindahan yang begitu menantang jiwa dan raganya, tentu saja Revan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan sekali gerakan mereka sudah tidak terbalut sehelai benang pun.
Revan terdiam, untuk pertama kalinya ia melihat tubuh seorang wanita tanpa tertutup sehelai benang pun. Pria itu menelan air liurnya. Jiwa kelelakiannya benar meronta. Dengan cepat Revan kembali melancarkan aksinya, membuat tanda bintang disetiap jengkal tubuh molek itu. Menyesap apa saja tanpa ada yang terlewat.
Sementara gadis itu terlihat begitu menikmati setiap sentuhan yang Revan berikan. Membuatnya tertantang untuk berbuat semakin jauh.
Revan tidak tahu, mengapa malam ini tubuhnya terasa berbeda, padahal selama ini dia tidak pernah seperti itu. Malam ini ia seolah kehilangan kendali akan dirinya, keindahan yang nampak didepan mata membuatnya tidak lagi bisa mengontrol nafsu yang sudah menggebu.
Revan membuka kain penutup terakhir yang masih tersisa ditubuh mereka. Matanya membola, jakunnya naik turun, manakala melihat inti tubuh seorang wanita, benar-benar keindah yang menggoda iman. Sejenak Revan terdiam, dia ragu untuk melakukan hal lebih, bagaiamanapun ini pertama kali untuknya.
Namun lagi-lagi terdengar lenguhan dari bibir mungil gadis itu. Wanita itu mengeliat tak beraturan, meminta sentuhan lebih akan tubuhnya. Pada akhirnya Revan tidak lagi bisa menahan hasratnya. Pria itu memulai aksi nakal yang selama ini tidak pernah dilakukannya.
Revan memegangi inti tubuhnya, mengarahkan pada inti gadis cantik yang kini ada dibawah kungkungan nya, percobaan pertama gagal, Revan tak pantang menyerah, pria itu kembali melancarkan aksinya, namun sama, percobaan kedua pun gagal, membuat Revan emngguman kesal.
"Apa mungkin wanita malam masih begitu sempit seperti ini?" Grutu Revan, pria itu kembali mencoba memasuki inti tubuh gadis itu, dengan sedikit paksaan akhirnya dia bisa merasakan kenikmatan dunia yang membuat banyak orang terlena.
Revan mendesah, manakala merasakan kenikmatan yang belum pernah dirasakannya. Namun entah mengapa pria itu merasa seperti ada yang mengalir dibagian inti mereka, padahal ia belum memulainya.
Pria itu membuang semua tanda tanya yang ada dalam fikirannya, dan kembali melancarkan aksinya, hingga suara lenguhan saling bersahutan lolos dari bibir kedua anak manusia itu.
Matahari mulai meninggi menuju peraduan. Jam yang tergantung pada dinding kamar itu sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Revan menyentuh sisi kasurnya, meraba dengan perlahan, namun tidak bisa menemukan sesuatu yang bisa disentuh.
Mata pria itu langsung terbuka lebar, begitu menyadari hanya dirinya yang berada diatas ranjang itu, dia terjingkat kaget, lalu turun memakai kolornya, dan mencari keberadaan gadis semalam. Namun dia tidak menemukan gadis itu didalam ruangan kamar hotelnya.
Revan kembali kedalam kamar untuk mencari ponselnya, namun dia tidak menemukan ponsel itu dimanapun. Membuat nya kesal sendiri, pria itu mengacak-acak bantal dan selimut yang terdapat diatas ranjang itu, betapa terkejutnya Revan saat melihat bercak merah di atas sprai, ia pun menelit bercak merah itu.
"Gila! aku mnggagahi gadis yang masih segel, Pantes rasanya sempit sekali, bikin nagih lagi. Cewek semalam bilang dia udah biasa jual diri, tapi ini kenapa masih virgin?" Guman Revan yang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Apa jangan-jangan cewek semalam nipu gue?" Batin Revan.
"Gak mungkin kan cewek biasa jual diri masih segel? atau jangan-jangan dia dijual temannya?" Seketika Revan merasa bersalah. Bagaimana jika dugaan nya benar, apa yang harus dilakukan dia lakukan kedepan nya.
Revan mengehela nafas berat, pria itu segera membersihkan diri dan berlalu pergi menuju reseptionis. guna menanyakan sekumpulan wanita yang semalam mengadakan ledies night.
Revan berharap bisa menemukan gadis itu, bagaiaman pun dia harus bertanggung jawab karena telah menghancurkan masa depan seorang wanita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Murni Zain
licik sekali tu s dara ..😠
2023-05-27
0