Masalalu yang hadir

Pukul sepuluh malam, satu persatu mulai pamit untuk pulang, Ali mengambil kunci motornya di atas meja lalu berjalan mendekati bebek. "Aku juga pulang duluan Bek, besok masih shift pagi," ucap Ali.

Bebek yang masih sibuk menghabiskan kopinya hanya menganggukkan kepalanya lalu meneguk kopi yang sudah mulai terasa dingin itu. "Oke He, aku mau Mabar dulu sama Deni," jawab Bebek. Ali yang sudah berada di atas motor langsung menghentikan niatnya mengenakan helm, panggilan Jahe ,rupanya masih digunakan Bebek untuk mengejeknya dan awas saja jika ia masih mendengar panggilan itu besok.

"Ali, nama aku Ali! Kalo sampe kamu manggil aku He, He, lagi tanggung jawab kamu bikinin bubur merah bubur putih," canda Ali. Ia pun mengenakan helmnya dengan cepat, Acha, adik perempuannya sudah mengirimkan pesan agar pulang lebih awal karena Mama sudah menyisihkan makan malam yang harus Ali habiskan.

___

Sementara di tempat lain, seorang perempuan bernama Dewita baru saja mengeluarkan semua struk pembayaran tamu, setengah jam lagi mereka akan close area dan di area kitchen pun sudah mulai terlihat membereskan peralatan memasak mereka, memasukkan bumbu-bumbu dan mengelap meja stainless berukuran panjang. "Kak De, itu ada yang nyariin di depan," ucap salah seorang waiters bernama Mita yang baru saja ijin keluar untuk memesan martabak manis permintaan Mamanya.

Dewi yang mendengar itu langsung terlihat kebingungan, keningnya berkerut dengan samar. "Siapa Mit?" tanya Dewi.

"Nggak tau kak, tapi katanya lagi nungguin kakak pulang kerja, kakak di jemput ya?" tanya Mita kembali.

Dewi hanya menggelengkan kepalanya, ada perasaan tak enak lalu untuk memastikannya ia mulai bertanya. "Motornya apa?"

"Beat pink magenta." Benar saja, untuk apa lagi Baskara menghampirinya? Sudah dua bulan ini Dewi berusaha mati-matian untuk melupakannya, kedatangannya kali ini membuat mood Dewi langsung berantakan.

Usai semua tamu membayar, Dewi mulai melakukan job desk nya clossingan kasir, menghitung omzet yang terkumpul hari ini juga menghitung uang cash yang akan disetorkan pada Satpam cafe. "Udah semua kak? Mau di bantuin?" tanya Putri yang selaku kasir shift malam namun kali ini bertugas membantu waiters karena Dewi langsung yang ditunjuk untuk melakukan clossingan kasir oleh SPV **** malam.

"Boleh, bantu cek lagi uang cash nya ya Put, aku ngitung dulu kas kecil," ucap Dewi.

Setelah selesai, mereka semua pun mengenakan jaket dan mulai foto absen di komputer. Saat di parkiran, semuanya langsung naik ke atas motor masing-masing dan salah seorang dari mereka mulai bertanya pada Dewi. "Nggak langsung pulang De? Nungguin siapa?" tanya Fajar selaku anak kitchen yang sedari tadi waktu istirahat mengajak ngobrolnya.

"Nanti kak, mau nyamperin temen dulu," jawab Dewi sopan.

"Kalo gitu kita duluan ya De," ucap yang lain. Dewi cukup senang dipindahkan ke cafe ini, orang-orang cukup ramah dan menerimanya dengan sangat baik

Dewi menganggukkan dan melambaikan tangannya pada karyawan perempuan yang terlebih dahulu melambaikan tangannya pada Dewi. Setelah melihat semuanya sudah pulang, Dewi berjalan menuju pos satpam dan memberikan amplop berisikan setoran omzet. "Pak, aku nitip motor dulu ya, mau ke sana bentar," ucap Dewi. Saat pak satpam yang belum Dewi ketahui namanya itu menoleh dan melihat satu motor yang menunggu didekat pohon, ia langsung menganggukkan kepalanya.

Dewi berjalan keluar gerbang, ia menarik nafasnya dalam sebelum menghampiri Baskara. "Kenapa lagi?" tanya Dewi dengan nada tak suka, bahkan ia sangat enggan untuk melihat wajah Baskara yang kini sangat ia benci.

Tak ada raut wajah bersahabat dari laki-laki itu, tatapannya terlihat tajam dan dipenuhi emosi yang siap meledak. "Bisa nggak, nggak usah cari gara-gara lagi? Bukannya kamu sendiri yang bilang nggak akan mau kenal sama aku lagi? Semua sosmed sampe WhatsApp udah di blokir kan?"

"Apaan sih? Nggak jelas, kalo nggak ada yang penting aku pulang sekarang," sahut Dewi dengan ketus.

Terdengar decakan pelan dari Baskara. "Oke langsung ke intinya sekarang. Temen-temen kamu ngapain masih nyerang Lisa? kamu tau, kalo sampe Lisa mentalnya keganggu gara-gara kamu, Mamanya mau laporin ke polisi."

"Halah, laporin aja sana, siapa suruh punya anak gatel, masih SMA tapi kelakuan udah nggak bener. Dasar cabe-cabean!" Kesabaran Dewi sepertinya sudah benar-benar habis untuk meladeni mantannya yang tidak memiliki otak, entah sudah seberapa besar cintanya sampai membela pacar barunya itu seperti ini. "Lagian itu kan temen-temen aku yang gangguin dia, coba kamu samperin satu persatu temen aku, lagian siapa yang nggak benci sama kelakuan anak kutu itu!"

"Ya kamu yang kasih tau mereka semua. Heh! kamu mau kemana? Dengerin aku dulu Dewi!" teriak Baskara saat Dewi berlalu begitu saja dan masuk ke dalam gerbang parkiran di mana ada seorang satpam yang memperhatikan mereka. "Awas aja ya kalo besok masih ada yang gangguin Lisa!" teriak Baskara yang langsung pergi meninggalkan area cafe.

Dewi langsung mengenakan helm dengan perasaan sesak, bukan rasa sakit yang seperti dulu, namun rasa muak dengan kebencian yang sudah mencapai batas. "Kenapa neng?" tanya satpam yang terlihat kebingungan.

"Biasa pak, orang gila," jawab Dewi sambil tersenyum, namun sepertinya satpam itu mengerti dengan permasalahan anak muda dan menepuk bagian depan motor Dewi.

"Ya udah, hati-hati dijalan ya neng, jangan terlalu dipikirin, fokus dulu aja nyetir," pesan pak satpam yang langsung di angguki oleh Dewi.

Selama di perjalanan rupanya tak semudah itu Dewi melupakan rasa sakit hati yang kembali muncul. Hubungannya bersama Baskara yang hampir 2 tahun dan sudah sangat dekat dengan keluarganya tak semudah itu lepas dari ingatannya. Padahal, jika dipikirkan baik-baik hubungan mereka sedang baik-baik saja saat itu, namun ada kejanggalan saat Baskara selalu membawa ponselnya dalam keadaan habis baterai. Firasat seorang perempuan memang tidak pernah salah, saat dia diam-diam menyadap WhatsApp Baskara, rupanya laki-laki itu sudah saling bertukar panggilan sayang dengan perempuan bernama Lisa, lama kelamaan pun semuanya mulai terlihat dengan jelas, sahabat-sahabatnya mulai menceritakan tentang Baskara yang selalu membawa Lisa ke tempat kerjanya.

Baskara dan Lisa sama-sama menyebabkannya bagi Dewi, pernah saat itu Dewi melabrak Lisa melalui chat dan rupanya Lisa sudah mengetahui jika Baskara sudah memiliki kekasih. Dewi juga meminta Lisa untuk menjauhi Baskara, namun perempuan itu malah menjawab. "Aku udah ngejauhin kok, tapi kak Baskara yang terus aja ke rumah sambil bawa coklat sama bunga, aku suruh pulang tapi kak Baskara nggak mau pulang," ucap Lisa dengan suara alay dalam sebuah Voice note.

"Ish, ngapain sih aku mikirin mereka!" gerutu Dewi yang langsung memfokuskan dirinya pada jalanan dan menambah kecepatan motor agar segera sampai di rumah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!