Panggilan Aneh

Waktu tak terasa bergulir dengan cepat, sudah pukul tiga sore dan satu persatu karyawan shift sore sudah mulai datang, namun ada yang berbeda kali ini, seorang perempuan dengan jaket warna abu yang terlihat tak asing bagi Ali. "Kok ada back up anak cabang Dago? Emang ada yang nggak masuk?" Bisik Ali pada Asti yang baru saja selesai menginput orderan yang diberikan oleh Dinda, waiters shift pagi yang sudah tak bersemangat sore ini.

Asti menoleh pada perempuan yang dimaksud Ali, dia pun mengangkat bahunya dengan raut wajah bingung. "Nggak tau, ada yang mau di rolling mungkin Al," jawab Asti lalu menatap Ali dengan serius. "Jangan-jangan buat gantiin orang yang suka telat kaya kamu," lanjut Asti yang membuat Ali langsung bergidik ngeri.

"Hus! Kamu kalo ngomong suka sembarangan, aku kan cuma telat hari ini doang As, nggak usah melebih-lebihkan," protes Ali.

Tak berapa lama Pak Indra pun datang dan menghampiri perempuan tadi, keduanya terlihat bercakap sebentar lalu Pak Indra melihat ke arah sekitar. "Semuanya udah kumpul? Ada yang belum masuk?" tanya Pak Indra.

Sontak semua karyawan melihat teman-temannya masing-masing. "Udah masuk semua pak," jawab salah satu dari mereka.

Pak Indra menganggukkan kepalanya pelan lalu meminta semuanya untuk berkumpul sebentar. "Sore semuanya, hari ini kita kedatangan kasir baru, perkenalkan namanya Dewita Ayu. Dua hari yang lalu outlet Dago resmi ditutup, saya harap kalian semua menerima Dewi dengan baik di sini, mungkin salah satu diantara kalian bisa memperkenalkan dulu area cafe lalu Asti, sebelum pulang bisa over handle omset dan kas kecil," jelas Pak Indra yang kemudian membagikan beberapa station kepada waiters sore agar semua tamu bisa terpantau.

Setelah briefing selesai, Ali mulai over handle pada partner barista shift sore, karena pukul empat sore Ali sudah mulai istirahat lalu pulang pukul lima sore.

--

Jam pulang Ali pun tiba, ia dengan cepat

Absen pulang di komputer dan tersenyum ke arah kamera sambil menekan tombol enter pada keyboard. "Pak, saya pulang duluan," pamit Ali pada Pak Indra yang sudah bersiap akan pulang juga.

"Iya Al, hati-hati," jawab Pak Indra.

Ali berjalan menuju parkiran motor, terlihat motor Beat merah terparkir di sebelah motornya. 'Pasti ini motor Dewi,' gumam Ali dalam hati, karena ia baru melihat motor Beat itu di parkiran.

Setelah menggunakan helm, Ali pun menyalakan mesin motor. "Pak, pulang duluan," pamit Ali pada satpam shift malam yang baru saja duduk di dalam pos.

"Mantap motor baru, Al," jawabnya.

"Ini motor teman saya Pak, motor saya mogok."

Satpam itu terlihat mengeluh saat mendengar jawaban Ali. "Udah minta diganti itu motor, makanya dari sekarang mulai nabung buat beli motor baru, atau seenggaknya kamu nyicil Al, DP motor matic murah-murah."

Ali menggelengkan kepalanya. "Bukan masalah murah atau apa pak, bukan Ali namanya kalau nggak pakai motor tua," kekeh Ali.

Setelah percakapan ringan itu selesai, Ali pun mulai menjalankan motornya menuju rumah Fina. Namun tak disangka, sesampainya di sana, Ali cukup terkejut karena teman-teman yang lain sedang berkumpul di halaman rumah Fina. "Wah, semuanya pada ngumpul tapi nggak ada yang ngajak aku satupun," ucap Ali sambil menggelengkan kepalanya pelan. Ali membuka helmnya dan memberikan kunci pada Fina. "Makasih ya Fin."

Bebek yang masih mengenakan seragam bengkel mengambil rokok yang ditawarkan Adin. "Ngapain ngajakin kamu Al, orang kita semua tahu kamu bakal ke sini ngambil motor," ujar Bebek setelah berhasil menyalakan rokok nya.

"Cie yang baru tukeran motor, so sweet banget sih," ejek Jihan yang sudah lama berstatus sebagai pacar Adin. Walaupun Jihan tidak bisa mengendarai motor, namun ia sangat menyukai dan memahami motor tua, hal itu membuat Jihan tidak pernah absen dari perkumpulan mereka di setiap memiliki waktu luang.

"Jangan godain sekarang sayang, nanti aja pas udah jadian, biar minta pajak jadian ke Kue Balok," kekeh Adin. Kue balok adalah tempat di mana biasa mereka berkumpul jika awal bulan, tempat itu pun cukup ramai dikunjungi banyak remaja, tempatnya di pinggir jalan namun sudah terkenal sejak lama.

Ali hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan, ia paling malas jika sudah menjadi bahan ejekan seperti ini. "Apaan Din? Mulai," ujar Ali sambil mengambil bungkus rokok Adin dan mengambilnya satu batang. "Mau dibongkar Sinta Facebook?" ancam Ali dengan bercanda.

Mata Jihan sontak menatap Adin dengan tajam, ia seakan meminta penjelasan dengan apa yang baru saja Ali ucapkan. "Apa? Sinta apa? Fitnah Ali sayang, jangan di denger," jelas Adin dengan cepat lalu menatap Ali dengan tajam. "Jangan bercanda yang gituan Al, cewek suka sensitif," kata Adin.

Ali yang melihat itu langsung tertawa dengan keras, siapa suruh memulai candaan yang Ali tak suka. "Haha, bercanda Han, bercanda," ucap Ali pada Jihan sebelum sepasang kekasih itu ribut karena ulahnya.

"Kalian ngobrol dulu aja ya, aku mau pergi jemput Bapak dulu," pamit Fina pada semuanya, ia berjalan ke arah motor dan pergi tanpa menggunakan helm.

Bebek yang melihat motor Fina sudah pergi lumayan jauh langsung menyimpan rokoknya di atas atas asbak. "Al, kita bertiga udah punya nama buat kamu," ucap Bebek membuat Jihan dan Adin langsung menahan tawanya seketika.

Melihat dari kondisi suasana saat ini, Ali merasa ada yang tidak beres dari ucapan bebek. "Nama apaan?" geram Ali yang kembali kesal jika ia mendapatkan ejekan lagi.

"JAHE!" Pekik ketiga orang itu dengan serentak.

"Jahe?" gumam Ali bingung.

Bebek tertawa terlebih dahulu sebelum menjelaskan, lalu ia mendekat pada Ali agar suaranya tidak terlalu kencang dan terdengar oleh tetangga. "Janda herang," kekeh Bebek. "Lagian kamu kenapa suka banget sih sama janda? sudah dua kali kamu dapetin janda dan itu artinya nama jahe cocok buat kamu."

"Ah apaan sih? Nggak usah pake nama-nama yang begituan lah Bek," protes Ali. Tanpa sadar hal itu membuatnya kembali ingat pada Risda, mantan kekasih saat dia bekerja di sebuah food court di dalam mall. Saat itu Ali tidak tahu menahu tentang status Risda, hubungan mereka sudah berjalan hampir lima bulan, suatu hari Ali berinisiatif untuk main ke rumah Risda, sekaligus ingin bertemu dengan keluarga Risda. Namun tak disangka, bagai ada petir di siang bolong saat ia sampai di rumahnya ada seorang anak perempuan yang memanggilnya Mama, lalu Risda pun mengenalkan anak kecil tersebut kepada Ali.

Sebenarnya sebuah status tidak terlalu dipermasalahkan bagi Ali, tapi mengapa Risda tidak pernah membicarakan hal ini sebelumnya. Seiring berjalannya waktu Ali pun menerima kenyataan tersebut dan dengan senang hati ia selalu memberikan mainan untuk anak Risda, sesekali juga mereka bermain bersama di luar dan berjalan-jalan mengelilingi kota Bandung.

Tapi sungguh disayangkan, hubungan itu tak bertahan cukup lama. Mantan suami Risda mulai kembali mendekati Risda, Ali yang seakan merasa di posisi orang ketiga cukup bingung, dia tidak bisa berbuat banyak karena Risda yang memutuskan untuk ingin kembali pada suaminya dengan alasan anaknya yang selalu ingin ditemani oleh ayahnya.

"Tapi seenggaknya Fina belum punya anak kok Al, nggak akan ada lagi mantan suami yang balik dengan alasan anak mereka," ujar Adin yang seakan bisa melihat pikiran Ali.

Ali berdecak keras, ia membubarkan Bebek dan Adin yang berada dekat dengannya. "Hus, udah ah, jangan bahas ini lagi!" kata Ali ketus.

"Siap He," jawab Bebek.

"Oke He, skip, kita bahas yang lain, kasian Jahe malu kalo digodain terus," kata Adin yang memang sengaja mengejek Ali yang memiliki kesabaran tipis.

--

Yuk like dan komennya di tunggu guys. jangan lupa follow juga author ya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!