Ali tak bisa mendorong motornya sampai Cafe, belum lagi nanti saat pulang dia harus mendorong sampai bengkel. Dengan cepat Ali mencari nomor sahabatnya yang selalu bisa diandalkan. "Halo Bek, bisa jemput nggak?" tanya Ali sambil melihat kearah motor yang berlalu lalang di hadapannya, semoga saja ada orang baik yang akan membantunya sekarang.
Tapi kesialan Ali sepertinya belum juga selesai, terdengar helaan nafas Riki yang mengatakan jika dia sedang sibuk. "Aduh gak bisa Al, bengkel lagi penuh," jawab Bebek. Panggilan akrab untuk Rizki yang sudah menjadi temannya sedari dulu.
Jika sudah menyangkut pekerjaan, Ali tidak bisa berbuat banyak lagi, bagaimanapun dia tidak bisa Riki untuk datang dan membantunya. Ali pun menghembuskan nafasnya pasrah. "Oh oke, makasih ya bek," jawab Ali.
"Maaf ya Al," ucap Rizki pelan.
Ali menutup panggilannya, dia mulai mencari kontak lain yang bisa ia hubungi di daerah sini dan sebuah nama melintas di kepalanya. Semoga saja temannya yang kali ini akan membantunya. Sambil menunggu panggilannya diangkat, Ali memainkan jarinya di atas jok motor. "Halo Al," ucap seorang perempuan di seberang sana membuat Ali bisa menghembuskan nafasnya sedikit tenang, semoga saja kesialannya tidak berkepanjangan.
"Fin, kamu lagi sibuk?" tanya Ali terlebih dahulu untuk mengetahui kesibukan Fina sebelum ia meminta bantuan.
"Enggak kok, kenapa?" jawaban Fina terdengar begitu tenang dan membuat Ali sedikit berharap Fina bisa membantunya.
Ali menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum menjelaskan kondisinya sekarang. "Biasa nih motor aku mogok, busi nya mati lagi," jawab Ali tak enak meminta pertolongan pada seorang perempuan.
"Aduh, kamu dimana sekarang? aku kesana," jawab Fina.
Senyum Ali seketika pun mengembang, akhirnya ada yang bisa langsung menolongnya saat ini juga, ditambah rumah Fina yang dekat dari daerah sini bisa memudahkan Ali untuk sampai di cafe lebih cepat. "Taman yang sebelum ke kerjaan aku Fin, yang waktu itu ban motor Bebek bocor," jelas Ali agar memudahkan Fina untuk bisa menemukannya di sini.
"Oke aku tau, aku sekarang kesana ya."
Ali menganggukkan kepalanya walau tahu Fina tidak akan melihatnya mengganggu. "Iya Fin, makasih banget ya sebelumnya, maaf ngerepotin kamu pagi-pagi."
"Iya, santai saja Al, kayak ke siapa saja, kamu juga udah sering bantu aku kok," jawaban Fina begitu bersahabat.
Panggilan mereka pun terhenti sampai sana, Ali menghembuskan nafasnya dengan lega. Tak berapa lama dua motor terlihat menghampiri nya dan dengan cepat Ali pun langsung turun dari motornya. "Al, kamu masuk kerja jam berapa?" tanya Fina yang sebenarnya sudah tahu jika shift pagi adalah pukul jam 09.00.
"Jam sembilan, udah pasti telat banget, barusan aja ditelepon karena udah ada tamu."
Fina terlihat menoleh pada Deni, lalu kembali menoleh pada Ali. "Ya udah gini saja, kamu pakai motor aku dulu, biar motor punya kamu aku yang bawa ke bengkel Deni, gimana? Soalnya kalau diberesin di sini juga takutnya ada sparepart yang harus diganti."
Mendengar itu Ali hanya bisa menggenggam ponselnya erat. Ada rasa tak enak saat Fina selalu membantunya tanpa pamrih. "Beneran gak apa-apa Fin? Ah gak usah, aku gak enak," jawab Ali pada akhirnya.
Fina terlihat mencibir pelan dengan jawaban Ali. Walau ia menggelengkan kepalanya kepala. "Aduh Al, berapa tahun sama aku? Kita kan sering tukeran motor, pake saja, nanti kamu kena marah bos kamu baru nyesel."
Dengan perlahan Ali pun menganggukkan kepalanya. "Makasih banget ya Fin, nanti pulang kerja aku langsung ke rumah kamu buat anterin motor."
"Ia siap, santai saja Al," jawab Fina.
Ali langsung menoleh pada Deni, ia tersenyum kaku karena benar-benar merasa tidak enak sudah merepotkan keduanya. "Den makasih banget ya," ucap Ali dengan sopan.
Deni pun terlihat mengangguk sambil tersenyum. "Iya A, udah lama juga nggak step motor orang," ujar nya diakhiri sedikit tertawa rendah.
Ali pun dengan cepat memberikan kunci motornya kepada Fina dan mengambil kunci motor Fina yang disodorkan ke arahnya. Setelah mereka berpisah Ali melajukan motor choppycub itu dengan kencang, tujuannya saat ini ingin cepat sampai di tempat kerjanya.
--
Sesampainya di parkiran karyawan, Ali menyimpan helmnya di-spion, ia melepas jaketnya dengan buru-buru. "Motor baru Al?" tanya pak Jued, satpam cafe yang sudah sangat akrab dengan anak-anak cafe.
Ali menggelengkan kepalanya. "Motor temen pak, yang saya mogok tadi di jalan," jelas Ali.
"Oh, sok atuh cepet masuk Al, absen, mumpung si boss belum dateng," ujar Pak Jued yang langsung diangguki oleh Ali, dengan cepat Ali masuk ke dalam.
Saat melewati gudang, Ali merasa jika namanya dipanggil, ia pun menghentikan langkahnya dan menengok sedikit ke dalam ruangan. "Pak?" panggil Ali dengan pelan.
"Al sini masuk, bawa troli," sahut Pak Indra tanpa wujud. Ali pun segera masuk dan mencari sumber suara tersebut.
Tak lama kemudian Pak Indra keluar dari lorong kecil yang terhimpit dua rak besar sambil membawa beberapa barang, Ali dengan spontan membantu mengangkatnya dan menyimpannya diatas troli. "Ini orderan kamu buat hari ini ya, coba cek lagi."
Ali mengambil kertas orderan bar malam untuk pagi ini, diantaranya adalah: 5 fresh milk, 10 bandrek, 5 soda, 1 sirup strawberry, gula putih 1 kilo, coklat powder dan masih banyak lagi.
Setelah mencocokkan semuanya, Ali pun menyimpan kertas orderan bar diatas troli. "Udah bener semua pak, kemaren malem rame?" tanya Ali. Sudah tiga hari ini Ali mendapatkan morning shift.
Pak Indra mengangguk. "Tadi sih saya liat di buku laporan, omzet shift malem empat belas juta, pagi cuma empat juta."
"Pantesan orderan bar banyak banget," gumam Ali dengan pelan, lalu ia seakan teringat sesuatu. "Oh iya pak orderan tamu—"
Belum selesai Ali berbicara, Pak Indra sudah menjawabnya. "Udah saya buat, kalo nunggu kamu dateng keburu tamunya pulang lagi," jawab Pak Indra dengan tenang.
Ali hanya bisa tersenyum garing, sebuah sindiran yang frontal untuk manusia dengan tingkat peka yang tinggi seperti Ali. "Ya udah saya ke depan ya pak, mau prepare gula sama kopi," ucap Ali.
"Iya Al, delivery dateng jam sepuluh-an ya, nanti langsung timbang buah-buahan yang dateng," pesan Pak Indra.
"Siap pak." Ali mendorong trolinya keluar, tak lupa ia mengambil satu galon air dan menyimpannya di bagian bawah troli lalu Ali mengiringnya sampai bar, tempat untuk barista membuat produk minuman.
"As, simpan." Ali tersenyum sambil menurunkan beberapa barang dari atas troli ke meja kasir untuk digeser ke meja bar.
Asri yang sedang asik bermain ponsel langsung berjalan dengan malas ke arah kasir, mengambil fresh milk dan soda lalu menyimpannya ke dalam chiller sambil menggerutu. "Kamu itu Al, udah tau aku nggak ngerti mesin kopi, pake telat segala."
Ali hanya terkekeh pelan mendengarnya, ia memasukkan tas dan jaketnya ke dalam loker, lalu saat ia menyalakan komputer terlihat layar komputer yang terus berwarna hitam. "Ini kenapa lagi sih komputer jelek?" celetuk Ali.
"Itu tulis absen manual dulu, dari tadi pagi juga mati, nunggu pak Sam buat benerin nanti," jawab Asti.
Ali berjalan ke arah meja kecil di dekat jendela, senyumnya seketika muncul dan menulis namanya di kertas absen. Nama Ali, NIK 2025, Jam masuk pukul sembilan kurang lima menit. 'Aman, emang masih rejekinya gaji utuh,' batin Ali.
--
Ayo jangan lupa like ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
instagram = @authorqueenj 👑
supportive banget😭
2023-05-19
0