Dasar Wanita

Pun dengan pria tadi, yang ikut menoleh ke arah Syafiq. "Apa kau juga kekasihnya?" Tanya si pria sambil terkekeh pelan.

"Bukan!" Jawab Syafiq dengan pandangan penuh amarah ke arah Asha. "Aku tunangannya." Lanjut Syafiq, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Hayat dengan sinis.

Pria tadi semakin terkekeh dibuatnya, "Dasar wanita.." Imbuh si pria, lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan mereka-mereka yang terbujur kaku di tempat masing-masing.

Termasuk Mia, yang baru saja hendak kembali menemui Asha.

Hayat, perlahan melepaskan rangkulannya saat Syafiq melangkah

"Kita harus bicara." Imbuh Syafiq, lalu meraih pergelangan tangan Asha dan membawanya keluar dari Bar.

"Apa yang ingin kau bicarakan." Asha menepis tangan Syafiq dengan kasar ketika sudah sampai di luar Bar.

Syafiq berbalik ke arah Asha, "Apa benar yang dikatakan pria tadi, bahwa ia kekasihmu?" Dengan nada tinggi, Syafiq bertanya penuh emosi.

"Ch!" Asha mengalihkan pandangannya diiringi dengan senyuman sinis. "Aku tidak sepertimu, Syafiq. Yang bermain dibelakang."

"Aku tak melakukan itu, yang kau lihat saat itu-"

"Cukup Syafiq, jangan buat aku menjadi semakin muak padamu." Sela Asha cepat. Asha bahkan tak membiarkan Syafiq menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Sama seperti yang aku lihat barusan! Bukankah aku juga bisa mempermasalahkan itu! Tapi, aku mempercayaimu lebih dari apapun, Asha." Kalimat Syafiq membungkam Asha.

Benar, andai ia tahu apa yang telah terjadi antara Asha dan Hayat. Apa ia bisa menerima itu?

"Asha, aku mohon." Syafiq meraih lembut pergelangan Asha. "Kasih aku kesempatan untuk buktikan, bahwa aku tak seperti yang kau bayangkan." Mata Syafiq mulai berkaca kaca, ia benar benar memohon agar Asha memaafkannya.

"Tidak! Sebelum kau bawa wanita itu kehadapan ku!" Pinta Asha akhirnya.

"Tentu, jika itu yang kau inginkan, dan bisa membuatmu memaafkanku! " Sepertinya ada secercah harapan untuk Syafiq kini.

"Aku akan kembali masuk kedalam, Mia mungkin sedang menungguku." Ujar Asha, yang akhirnya memilih untuk beranjak dari sana.

Langkahnya tampak cepat, matanya memerah, ekspresi Asha pun begitu marah.

"A-" Imbuh Mia menggantung, dengan mulut menganga. Ia mengurungkan niatnya untuk memanggil Asha ketika Asha tampak sedikit berbeda, dan terus berjalan ke arah Hayat.

Plakk..

Sebuah tamparan dengan kuat Asha layangkan ke pipi Hayat. Membuat jemarinya terjiplak jelas di wajah Hayat dan membuat wajah putih tampa noda itu memerah seketika.

Semua tatapan tertuju ke arah keduanya kini. Ya, apa yang dilakukan Asha menarik perhatian para pengunjung Bar.

Mia, hanya terbelalak melihat apa yang terjadi. Ia tak pernah melihat Asha se-emosi itu.

Alih alih marah, Hayat justru terkekeh pelan. Walaupun ia tak menyangka kalau Asha bisa bisanya menampar dirinya.

"Apa yang kau lakukan?" Masih dalam kekehannya, pertanyaan itu justru membuat emosi Asha semakin memuncak.

"Aku yang seharusnya mengajukan pertanyaan itu. Apa yang kau lakukan?" Bentak Asha penuh emosi.

"Aku hanya membantumu, agar tidak diganggu oleh lelaki hidung belang itu." Jawab Hayat, dengan santainya.

"Apa aku memintanya? Apa di jidat ku tertulis kalau aku butuh bantuan mu!" Asha semakin menjadi.

Hayat mengernyitkan keningnya. Memperhatikan gadis itu lebih lekat. "Ada sesuatu yang tidak beres dengan wanita ini." Benak Hayat.

"Kenapa diam? Kau tak punya mulut untuk menjawab?" Lagi lagi, Asha mengeraskan suaranya. Namun kali ini, terdengar agak pilu. Asha sedang menahan tangisnya.

"Kau tak bisa melakukan itu pada pacarmu! Makanya meluapkan emosi mu padaku?" Kalimat itu membungkam Asha.

Kini, Asha hanya menatap Hayat tampa bisa membantahnya.

Apa yang dikatakan Hayat benar, Asha tak dapat melakukannya pada Syafiq. Ia tak bisa memaki pria itu, tak bisa marah padanya, terlebih, Asha tak punya keberanian untuk menampar wajah kekasihnya itu. Semarah apapun Asha pada Syafiq, Asha hanya bisa diam, dan memilih mengabaikan pria itu.

Asha menelan salivanya dengan kasar. Sedangkan air mata masih mengalir deras di pipinya.

"Asha, sebaiknya kau tenangkan dirimu dulu." Imbuh Mia, yang menghampiri Asha lalu membawanya ke meja tempat mereka duduk semula.

Asha menutup wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis sejadi jadinya. Mia hanya bisa mengusap punggung Asha tampa bisa berbuat apa-apa.

Sedangkan Hayat memilih keluar dari Bar, tampaknya ia juga harus menenangkan dirinya. Ia bersandar di dinding Bar, merogoh kotak rokok dari saku jeans nya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya. Menarik dalam dalam asap rokok itu, lalu menghembuskan sambil menengadahkan wajahnya ke atas.

"Apa kau yang menghubunginya?" Selidik Asha, sambil sesekali terisak.

"Aku hanya tidak ingin melihat kalian terus marahan. Mana ku sangka, Syafiq datang diwaktu yang tidak tepat.” Imbuh Mia penuh penyesalan.

Asha hanya diam, hanya memandang netra Mia dengan tatapan menyedihkan. Sebenarnya ia marah, ketika Syafiq dengan mudahnya menyanggupi untuk membawa wanita itu kehadapan Asha. Bukankah berarti komunikasi mereka sangat lancar. Bukankah berarti Syafiq bisa dengan mudahnya menghubungi wanita itu.

"Asha, aku minta maaf." Lirih Mia, ia juga hampir menangis melihat Asha dalam keadaan seperti itu. Air mata Mia sudah memenuhi pelupuk matanya. Ia juga sangat menyesal dan merasa telah melakukan kesalahan

*

Syafiq, benar benar membawa wanita itu kehadapan Asha.

Mereka bertiga bertemu di sebuah restoran yang menyediakan private room.

"Aku minta maaf, dan aku berharap kau tak menyalahkan Syafiq atas kejadian itu." Imbuh wanita yang bahkan tampak lebih tua dari Syafiq.

"Atas dasar apa, kau bisa berkata seperti itu?" Asha, masih menatap wanita itu dengan wajah datarnya.

"Tentu, wajar jika kau marah. Siapapun akan marah jika kekasihnya berciuman dengan wanita lain. Tapi aku dan Syafiq benar tak ada hubungan apa-apa." Ujar si wanita dengan wajah memelas. "Dulu kami satu universitas, aku sudah sejak lama mengagumi Syafiq, namun tak punya keberanian untuk mengungkapkannya. Hingga aku lulus dan kami tak pernah lagi bertemu. Namun, malam itu aku benar benar tak menyangka bisa bertemu dengan Syafiq disana. Dan dengan begitu berani mengakui perasaanku."

Asha, menggenggam geram tangannya. Tatapannya masih tajam tertuju ke arah wanita yang kini sedang bercerita panjang lebar di hadapannya.

"Kau tahu, Syafiq menolakku mentah mentah. Ia dengan begitu lantang mengatakan bahwa ia sudah punya kekasih." Lanjut si wanita.

"Bisa kau langsung ke intinya? Aku tidak punya waktu untuk mendengar nostalgia mu disini." Imbuh Asha, sontak membuat raut wajah wanita itu tampak kesal mendengar kalimat Asha.

"Ciuman itu hanya untuk perpisahan, aku memintanya untuk mengobati perasaanku yang hancur." Sarkas si wanita.

Asha mengalihkan pandangannya ke arah Syafiq, "Dan kau menyanggupinya? Untuk mengobati perasaan, kau rela menghancurkan hatiku!" Lirih Asha.

"Asha aku-"

"Jangan menyalahkannya, aku yang memaksa Syafiq." Sela wanita itu membela Syafiq.

Asha kembali menoleh ke arah wanita itu. Rasanya ingin sekali mengambil sup panas di hadapannya, lalu menyiramkannya ke arah wanita yang berani beraninya mengusik hubungannya dengan Syafiq.

Asha menunduk, menarik nafas dalam. Ia harus menetralkan perasaannya. Ia harus memikirkannya dengan kepala dingin. Atau keputusan yang ia ambil hanya akan menghancurkan segalanya.

Bukankah wanita itu berkata sudah sejak lama menyukai Syafiq, ia akan menang ia Asha memilih mengakhiri hubungannya dengan Syafiq.

Next ✔️

Terpopuler

Comments

Ilham Risa

Ilham Risa

lanjut

2023-09-03

0

MAY.s

MAY.s

Ah, Syafiq juga sih...
Semudah itu mau ciuman perpisahan sama wanita itu. Aku jadi curigong, jgn² memang ada sesuatu antara syafiq dan wanita itu.

2023-08-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!