POV Allison Austin
Semankin kupikirkan apa yang terjadi di Miami aku semankin malu. Walau aku tak bertemu lagi dengannya setelah kejadian itu. Paginya dia melihatku di restoran tempat kami sarapan, saat itu dia menghindariku karena aku sudah sarapan bersama Kate dan kekasihnya.
Kenapa aku harus kehilangan kontrol emosiku begitu rupa dan terpengaruh oleh ban*gsat Mason itu. Tn. Xavier pasti memandangku seperti anak manja saat itu. Kulangkahkan kakiku keluar dari apartmentku dengan perasaan galau yang masih menggantung. Kapan perasaan menyebalkan ini hilang.
Aku dan Mason bekerja di bidang yang hampir sama, bedanya dia di arsitek aku di desain interior.
Sekarang aku kembali ke NYC setelah satu tahun bekerja di Paris untuk mengatur kantor baru yang merupakan investasi kolega, aku kembali ke NYC dan berkantor di kantor pusat.
Chic Luxe, selama ini banyak diuntungkan oleh hubungan Ayah dengan banyak bisnis kolega yang dia kenal di partai, kebanyakan kami bermain di design ruangan kantor dan rumah orang-orang bisnis.
Dan sekarang setelah aku mengambil pekerjaan design interior di teman yang adalah artis namaku mulai berkibar di kalangan artis dan tentu saja berkat media sosial banyak hal bisa didapatkan.
"Sonya, apa aku punya klien hari ini, seingatku tidak, tapi aku merasa ada yang aku lupakan." Sonya assistenku melihatku dengan binggung. Aku memang tidak punya janji temu klien di Senin ini, semua orang terlalu sibuk di Senin. Tapi apa yang kulupakan dan tidak kukatakan pada Sonya.
"Ehm kurasa kau punya janji menelepon Tuan Xavier soal Mason...?"
"Kau benar juga." Akhirnya aku ingat aku menunggu pembayaran 50% selesai. Bangsat itu belum selesai membayarku. Tuan Xavier yang mengatur cara pembayarannya. Uang itu masuk ke partai, mereka yang tahu cara menjadikan uang itu legal di audit.
"Kau juga ada acara informal dengan teman-temanmu, Nona Kate tadi memberiku pesan malam ini kalian punya janji makan malam."
"Ohh ya aku ingat."
Aku mencari nomornya dan meneleponnya saat aku ingat. Banyak pekerjaan yang harus kukerjakan hari ini. Dia mengangkatnya dalam dua deringan pertama.
"Nona Allison."
"Tuan Xavier. Aku menelepon soal Mason, sudahkah dia membayarmu?"
"Belum, aku memberinya ultimatum sampai akhir minggu ini, jika tidak aku akan menyeret satu nama ke media. Dia tidak akan berani membuat masalah di musim kampanye seperti ini. Tinggal dia yang belum membayar sampai dengan 50%, Gensler sudah membayar bagian mereka."
"Ohh baiklah, aku hanya mengecek. Terima kasih Sir. Dan aku maaf merepotkanmu di Miami."
"Tak apa bukan masalah besar." Dia menanggapi dengan ringan.
"Itu saja. Kabarkan saja jika ada masalah. Aku akan bantu mencercanya."
"Lebih baik tak usah. Tinggalkan masalah itu untukku." Sekarang dia pasti menertawakanku melihat reaksiku di Miami. Aku belum bisa menghadapi Mason dengan kepala dingin.
"Kau menertawakanku Sir ..."
"Aku memberi saran profesional Nona Allison."
"Hmm ya kau mungkin benar." Jika aku bicara berhadapan muka dengannya mukaku pasti panas. Kehilangan kontrol emosi adalah hal yang jarang di hidupku. Kurasa kenyataan bahwa dia hanya memanfaatkanku begitu mengecewakan padahal aku bahkan sudah bermimpi mengharapkan Mason jadi suamiku. Segalanya terasa sempurna dengannya.
...Pic : Alton Mason yang sempurna...
"Baiklah aku menunggu kabar darimu saja Sir."
"Baik. Dan aku punya rumah baru di Quuens, apa kau bisa mengerjakan desain interiornya."
"Ohh begitu? Aku harus melihat rumahnya dan bicara denganmu untuk mengetahui apa yang kau sukai atau tidak. Rumah lama atau rumah lama renovasi Sir?"
"Rumah lama, tapi tanahnya luas. Aku ingin membuat konsep rumah pedesaan, tapi memang kau harus melihat sendiri, aku tidak menyukai rumahnya hanya menyukai tanahnya yang luas hingga aku bisa punya kebun besar." Rupanya dia tipe-tipe yang suka rumah dengan perapian tradisional dan sejenisnya.
"Kau ingin kapan Sir, aku akan menyesuaikan dengan schedulemu."
"Boleh akhir pekan ini? Apa kau menerima perjanjian akhir pekan aku hanya bisa saat akhir pekan ke sana."
"Boleh tentu saja." Tak di sangka aku mendapat tambahan proyek dari pengacara Ayah.
"Kalau begitu nanti kukirimkan alamatnya untukmu."
"Baik. Kita bertemu akhir pekan jika begitu."
Aku menutup telepon. Menyenangkan punya proyek baru lagi di awal pekan ini.
"Tampaknya ada yang senang sekarang." Satu lagi pria tampan di kantor ini. Jordi Molla, pria latin ini sering menang jika pelanggannya adalah wanita. Dia adalah kolegaku yang berasal dari universitas yang sama.
"Aku sepertinya akan mendapat tender baru."
"Dari siapa?"
"Pengacara Ayahku minta rumahnya di renovasi."
"Kolegamu memang luas." Aku tersenyum. Sebenarnya ada keuntungan menjadi anak Lyold Austin, kolega banyak, dan sedikit bantuan nama Ayah. Kadang orang mempertimbangkan hubunganku dengan Ayahku. "Katakan padaku, katanya kau putus dengan kekasihmu?"
"Iya. Kenapa?"
"Dia berselingkuh?"
"Itu masalah pribadiku Diego."
"Sudah kubilang dia bukan pria yang baik. Kalau begitu aku bisa mengajakmu jalan?" Jordi memang terang-terangan ingin menjadikanku kekasihnya sejak lama.
"Aku sedang tidak ingin kencan apapun Jordi, dengan siapapun." Sejujurnya aku tidak pernah tertarik padanya.
"Ini bukan kencan, hanya makan malam."
"Tidak, aku sedang banyak acara dan pekerjaan. Sebentar lagi pemilihan presiden, banyak pertemuan yang harus kubantu ke Ayahku."
"Ini hanya makan malam."
"Mungkin nanti. Kita biasanya makan siang bersama seperti biasa." Dia menghela napas tanda dia menyerah sekarang. "Aku ke ruanganku dulu."
Aku meninggalkannya. Tak berniat mendengarkan rayuannya lagi. Pria tampan yang satu itu sama saja, banyak wanita yang mengejarnya, entah klien atau kolega, dia juga pintar memanfaatkan kesempatan dengan wanita-wanita itu.
Pria tampan memang masalah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
lisna
mereka itu belum dapat pawangnya z all
2024-04-23
0
Sartini Cilacap
Pria tampan pembuat masalah jika bukan pasangan yang tepat
2023-10-06
1
£rvina
suka banget sama xavier, manly n gentle.. 😍
2023-07-24
0