Dewi sudah prustasi karena pria itu sama sekali tidak mengendorkan sedikit pun aksinya untuk melecehkan Dewi malam itu juga. Tanpa sengaja tangannya menyentuh sebuah benda yang berbentuk panjang. Senyuman tipis penuh kebahagiaan tersungging di bibirnya Dewi, walaupun apa yang ada di dalam benaknya belum tentu jadi kenyataan.
"Alhamdulillah ada benda yang bisa saya pakai untuk melawan, semoga saja berhasil," cicitnya Dewi yang sudah bersiap mengambil ancang-ancang untuk melakukan perlawanan.
Pria itu menatap nyalang ke arahnya Dewi, "Kau jangan berharap kamu bisa lolos dari sini, karena malam ini kamu harus melayani aku!" ancam pria itu.
Pria itu berupaya untuk menarik hijabnya Dewi yang sudah berantakan, tetapi Dewi tidak mungkin tinggal diam saja melihat apa yang akan terjadi pada dirinya sendiri. Akhirnya ia pun melakukan hal yang sudah terpikirkan olehnya sejak tadi, walaupun percobaannya mungkin akan gagal.
"Saya tidak mungkin dengan sukarela memenuhi keinginanmu pria bajingan!" Murkanya Dewi
Dewi mengayunkan tangannya sekuat tenaga lalu mengangkat balok kayu itu dan langsung memukuli kepalanya pria bertopeng kain tersebut.
"Auh sakit!" Pekiknya pria itu sembari memegangi kepalanya yang kemungkinannya sudah berdarah.
"Rasakan akibatnya, aku tidak akan tinggal diam atas kejahatanmu ini,saya akan melapor polisi!" Ancam Dewi.
Dewi pun segera bangkit dari posisi duduknya dalam keadaan tenaga yang tersisa hanya mampu memukul dua kali kepala pria itu.
"Lebih baik saya mati dari pada harus disentuh oleh pria brengsek seperti kamu yang jelas-jelas bukan suamiku!" Geramnya Dewi yang berpegangan pada pembatas pos ronda tersebut untuk bertumpu agar tubuhnya tidak oleng.
Pria itu meringkuk meringis menahan kesakitan di kepalanya," dasar perempuan lontek, saya tidak akan biarkan kau hidup!" Hardik pria itu yang berusaha untuk bangkit walaupun kondisinya semakin parah karena sudah banyak darah yang menetes membasahi wajahnya.
Dewi tersenyum penuh arti dan tidak menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut, dengan sekuat tenaga ia berjalan tergesa-gesa menuju jalan raya. Tetapi, karena tangan pria itu cukup panjang sehingga mampu menggapai ujung kemejanya Dewi dan menarik dengan kuat ujung bajunya itu sehingga robek.
Krek!!
Dewi terlambat bergerak sehingga ujung pakaiannya harus rela ditarik dan robek. Robekan ujung pakaiannya Dewi terdengar dengan nyata. Robekan itu terjadi karena, Dewi bersikeras untuk melawan dan akhirnya mereka saling tarik menarik.
"Tolong lepaskan saya, jangan ditarik terus bajuku, aku mohon dengan sangat Pak!" Pintanya Dewi yang tangan satunya menutupi bagian perutnya yang sudah kelihatan.
Pria itu tersenyum penuh kemenangan yang berasa sudah berhasil melumpuhkan Dewi, "Hahaha! Lepas jangan mimpi,kamu sudah lukai kepalaku tapi dengan seenaknya kamu meminta belas kasihku untuk melepaskan kamu, haha itu hanya mimpi kamu!" Dengusnya yang tidak mau mengalah walaupun rasa sakit dan perih dirasakannya tidak menyurutkan semangatnya untuk menganiaya Mirah.
Dewi pun tidak mau kalah,dia pun mulai menendang bagian sensitifnya pria itu dengan tenaga sepenuhnya, "Jangan harap kamu bisa menyentuh tubuhku dan kejahatan kamu bisa berhasil, aku yakin Allah SWT akan membantuku," kesalnya Dewi yang berlari terseok-seok karena kondisi fisiknya semakin lemah dan juga faktor kelelahan yang terus melakukan perlawanan.
Kalau aku tahu akan ada kejadian seperti ini dalam hidupku, dulu aku pasti akan ikut taekwondo. Dewi berusaha untuk menahan laju air matanya, karena baginya menangis dikala itu tidak ada gunanya. Bahkan hanya akan membuatnya tidak bisa berfikir jernih.
Pria itu kembali meringkuk di atas lantai papan sembari memukul lantai papan," sial!! Perempuan itu lumayan juga, aku terlalu menganggap remeh dan lemah kemampuannya," kesal pria itu yang masih setia memakai topengnya.
"Ya Allah… tolonglah hambaMu ini, aku mohon jangan biarkan pria itu berhasil dengan rencana licik dan jahatnya, lindungilah aku dari segala marabahaya dan dari kejahatan manusia maupun mahluk lainnya," gumamnya Dewi yang semakin mempercepat langkahnya sambil sesekali melihat ke arah belakang karena pria bertopeng itu mengikuti langkah kepergiannya.
Hujan semakin turun dengan derasnya, hingga kondisi jalan yang dilalui keduanya sudah hampir tertutupi dengan genangan air hujan tengah malam buta itu.
"Kamu mau lari ke mana? Jangan harap kamu bisa selamat dari kejaran ku!" Pria itu berjalan sambil menenteng kayu balok bekas alat pemukul yang dipakai oleh Dewi tadi.
Dewi tidak menggubris perkataannya pria itu dengan terus berlari dan terkadang hanya berjalan kaki saja. Hingga tanpa disadarinya ada sebuah mobil sedan hitam yang melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi berlawanan arah menuju ke arahnya.
"Ahh!! Tidak!!' jeritnya Dewi yang bukannya berpindah tempat agar tidak tertabrak, tetapi hanya mampu menutupi wajahnya dari amukan kecelakaan tersebut.
Dewi sudah tidak memilki kemampuan untuk bergerak cepat,ia sudah mati langkah karena terkejut melihat mobil yang datang tiba-tiba ke arahnya, apa lagi ketika Mirah berjalan cukup berada di tengah jalan.
Ciitt!!!
Sedangkan di tempat lain beberapa jam sebelum kejadian itu, kesibukan sudah jelas terlihat di dalam bangunan rumah bergaya modern itu, hilir mudik beberapa orang dengan pekerjaan dan aktifitas masing-masing semakin menambah kesibukan di sekitar area rumah itu.
Di dalam sebuah kamar, seorang gadis kira-kira berusia dua puluh tiga tahun entah kenapa sejak tadi pagi suasana hatinya tidak tenang dan menentu, hal itu terlihat jelas dari raut wajahnya yang menggambarkannya.
"Apa aku telpon Abang Syam saja yah? Aku semakin tidak tenang jika belum mendengar suaranya, walaupun tiga hari lagi kami resmi menjadi suami istri," gadis manis berikat rambut satu itu.
Gadis itu kebingungan dan ragu untuk menelpon calon suaminya, takutnya mengganggu aktivitas sang pujaan hatinya. Dengan keputusan yang bulat,ia akhirnya memberanikan diri untuk menghubungi kekasihnya tersebut.
"Assalamualaikum, Sayang apa kamu jadi berangkat ke daerah malam ini?" Tanyanya Nadia dari seberang telepon.
"waalaikum salam, Insya Allah… jadi ini sudah siap-siap mau berangkat, emangnya kenapa?" Tanyanya balik Syamuel sambil membuka pintu mobil dinas yang sering dipakainya jika bepergian ke luar daerah urusan pekerjaan.
"Apa Mas Syam batalkan saja dulu keberangkatannya, entah kenapa feelingku tidak enak, apa lagi sisa tiga hari kita menikah loh,apa sebaiknya dibatalkan atau suruh teman kerjanya yang lain yang gantiin Mas untuk kali ini saja," ujarnya Nadia calon istrinya itu.
Samuel Abidzar Al-Ghifari hanya terkekeh mendengar perkataan dari calon istrinya itu," insya Allah… semuanya akan berjalan lancar, andai saja bisa Mas pasti tidak akan pergi,tapi ini sudah tanggung jawabnya Mas tidak mungkin melimpahkan kepada teman, kamu cukup bersabar, tenangkan hatimu dan paling penting doakan saja Mas supaya pulang tepat waktu dan selamat tanpa kekurangan apapun," imbuhnya Aiman.
"Amin ya rabbal alamin,kalau gitu aku tutup dulu telponnya Mas ada beberapa tetangga yang datang sepertinya ingin bertemu denganku, assalamualaikum," ucapnya Nadia yang terpaksa menutup sambungan teleponnya itu.
"Waalaikum salam,i love you forever Nadia Yulianti," cicitnya Syam sebelum menutup sambungan teleponnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Sunarti
Dwi kecelakaan
2023-08-27
1
Yani
Kayanya mobil Syam yang mau nanrsk Dewi
2023-05-05
1