"Ini gara-gara Dinar dan Hani yang menggangguku pagi tadi sehingga lupa bawa payung segala, padahal sudah ada pepatah mengatakan sedia payung sebelum hujan," gumam Dewi yang kesal jika teringat dengan ulah adik dan adik sepupunya itu.
Dewi kembali teringat dengan kejadian tadi pagi, ketika adik sepupunya dan juga adik bungsunya itu mengerjainya. Dewi terkadang kesal juga dengan kejahilan mereka yang selama akan menikah dengan Ismail selalu saja usil.
Dengan terpaksa Dewi berjalan dibawah guyuran hujan yang turun cukup lebat malam itu. Beberapa menit kemudian, Dewi memutuskan untuk berjalan di bawah guyuran air hujan sembari menunggu ojek yang kebetulan melewati jalan yang dilaluinya itu. Walaupun kemungkinan besar sudah sangat jarang ada ojek yang melewati jalan itu, jika sudah lewat dari jam sepuluh malam.
"Bismillahirrahmanirrahim semoga saja ada ojek yang lewat atau Abang Ismail yang melihatku berjalan," gumam Dewi yang semakin cemas menunggu kedatangan tunangannya itu.
Dewi yang mulai melangkahkan kakinya itu meninggalkan amperan toko tempatnya bekerja. Seluruh pakaian dan sekujur tubuhnya sudah basah kuyup, tubuhnya pun mulai menggigil kedinginan. Dewi terus berjalan dengan tas sebagai pelindungnya dari terpaan hujan.
"Ya Allah… sudah sejauh ini aku berjalan tapi seolah semua pengendara mobil atau motor sudah enggan untuk melewati daerah ini," cicitnya Dewi yang celingak-celinguk memperhatikan keadaan sekitarnya yang semakin nampak sepi saja.
Baru sepersekian detik ia bergumam, tiba-tiba ada seorang yang menarik tangannya dengan kekuatan penuh.
"Aahhh! Siapa?!" Teriaknya Dewi refleks melayangkan tas selempangnya ke arah orang itu.
Sedangkan orang yang menarik tangannya tidak menggubris dan peduli dengan perkataan dari Dewi dan malah menggendong tubuhnya Dewi ke arah sebuah rumah kecil yang sering dipakai warga untuk melakukan ronda malam.
"Lepaskan! jika Anda tidak lepaskan saya akan berteriak, aku yakin orang-orang akan datang ke sini," gertaknya Dewi yang tidak mau mengalah walaupun tubuhnya dalam gendongan orang itu.
"Hahaha!! silahkan kamu teriak saja, karena aku yakin tidak akan ada orang yang mendengar teriakanmu di tengah malam buta ini, apalagi sedang hujan, mereka semua meringkuk dalam selimutnya!" ketusnya orang itu lagi.
Dewi terus memberontak dan berusaha untuk melepaskan diri dari gendongan pria yang memakai topeng hitam itu. Dia sekuat tenaga melakukan perlawanan, walaupun apa yang dilakukannya itu sia-sia belaka.
"Aku mohon lepaskan aku! Kamu siapa kenapa kamu bersikap seperti ini padaku!? Aku tidak mengenal Anda, aku juga tidak punya salah kepadamu jadi aku mohon tolong turunkan aku!" Teriaknya Dewi dalam gendongan.
"Saya tidak perlu tau apa alasanku yang terpenting kamu cukup diam! Jangan mencoba untuk melawanku karena apa yang kau perbuat itu tidak ada arti dan gunanya, semuanya sia-sia belaka," dengusnya pria itu.
Dewi tercengang mendengar perkataan dari orang itu yang jelas sekali jika dia seorang pria. Tetapi Dewi tidak menyerah sedikitpun, dia terus memukuli punggung lebar pria itu.
"Tolong!!! To-long!! Siapapun yang dengar teriakanku aku mohon datanglah!!" Jeritnya Dewi yang terus berupaya mencari pertolongan dengan berteriak sekencang-kencangnya.
"Dewi Mirasih! Hentikan semua ini jika tidak nyawa kamu yang akan melayang!" Ancamnya pria itu.
Dewi melototkan kedua bola matanya karena kaget dan keheranan mendengar perkataan dari mulut pria yang sama sekali tidak diketahuinya.
"Kenapa orang ini mengetahui nama lengkapku, siapa dia sebenarnya?" Cicitnya Dewi yang masih berusaha untuk meloloskan diri dari gendongan laki-laki bertopeng kain.
Pria itu melempar tubuhnya Dewi keatas balai-balai yang lebih mirip gazebo itu dengan kasar.
Bruk.. badebuk!
Suara tubuhnya Mirah yang terlempar mengenai papan gazebo itu.
"Auh sakit! hiks hiks sakit!" Keluhnya Dewi ketika dirinya sudah menyentuh lantai kayu tersebut.
Pria itu mengayunkan sebilah pisau yang mengkilap terkena terpaan cahaya sinar lampu tepat di sekitar pipinya yang tertutup kain hijabnya.
"Jika kamu berani coba-coba untuk meminta tolong lagi! Jangan salahkan saya jika bertindak lebih kejam padamu gadis cantik!"gertaknya Pria yang memakai topeng itu.
Kedua pasang matanya Dewi melotot saking takut, panik dan tidak menyangka jika di dalam hidupnya akan mengalami kejadian seperti ini.
"Ja-ngan… a-ku mo-hon le-pas-kan a-ku,"ratapnya Dewi yang seluruh tubuhnya mulai gemetaran saking takutnya ditambah dengan cuaca dingin malam itu dengan tubuhnya yang kedinginan.
Pria itu hanya menyunggingkan senyum liciknya yang penuh kemenangan karena berhasil membuat Dewi gemetar ketakutan.
Berulang kali Dewi mengucap istighfar dan meminta pertolongan kepada Allah SWT sambil mengamati sekitarnya untuk mencari benda yang bisa digunakan untuk melawan penjahat itu.
"Kenapa pria ini melakukan semua ini padaku? kesalahan apa yang telah aku perbuat sehingga membuatnya murka padaku," lirih Dewi.
"Saya akan melakukan segala cara untuk menggagalkan rencana pernikahanmu dengan pria yang disukai oleh adikku, kalau perlu aku akan menodai kesucianmu asalkan kamu tidak jadi menikah dengan Ismail," batinnya Pria itu.
Dewi beringsut ke arah belakang hingga punggungnya terbentur ke dinding papan gazebo kayu itu. Tubuhnya semakin menggigil kedinginan menahan rasa takut, kedinginan, kecemasan dan juga rasa khawatir bercampur menjadi satu bagian di dalam hati dan pikirannya saat itu.
Dewi menutupi bagian tubuh depannya agar tidak terlalu terekspos keluar, karena seluruh pakaiannya sudah basah kuyup hingga beberapa tonjolan tubuhnya sudah tampak jelas.
"Sia-pa kau sebenarnya? a-ku mohon to-long jangan seperti ini," rengeknya Dewi yang berusaha menghalau langkahnya pria itu.
Hanya sudut bibirnya pria itu yang nampak kelihatan dibalik topengnya, "Kamu tidak perlu mengetahui siapa saya yang jelasnya malam ini aku akan menunjukkan kepadamu akibat dari merebut Ismail dan kamu berencana akan menikah dengannya, ini lah akibatnya!" Gertaknya orang dibalik topeng.
"Apakah orang ini melakukan semua ini padaku karena gara-gara aku akan menikah dengan Abang Ismail? apa aku salah menerima lamaran dari pria yang aku sayang? Kalau seperti ini Aku harus mencari cara untuk meloloskan diri dari sini, bagaimana pun caranya aku harus bisa kabur," batinnya Dewi Mirasih yang sesekali melirik ke arah kanan kiri.
Tubuhnya semakin mundur agar tidak bersentuhan dengan pria yang bukan keluarganya sendiri dan jelas-jelas bukan mahramnya. Rasa takut itu pasti ada, tetapi Dewi terus berusaha untuk tetap tenang dan melakukan perlawanan sambil diam-diam mencari benda apa yang kira-kira bisa dipergunakannya.
"Setelah aku lolos dari sini aku akan mencari tahu siapa pria ini sebenarnya, apakah motifnya melakukan tindakan kejahatan hanya karena aku akan menikah dengan Mas Ismail, tapi kenapa aku merasa pria ini tidak asing bagiku," Dewi sibuk dengan pemikirannya sambil berusaha untuk terus menghindar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
Sunarti
penasaran siapa pria itu
2023-08-27
1
ayu nuraini maulina
ssiapa sh orang ini...
2023-08-08
0
Hanipah Fitri
pengecut tuh cowok 😠
2023-07-03
0