Pria itu kembali menatap nyalang ke arah pria yang bernama Pak Adi itu, "Bagaimana kalau pria itu tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya?" Tanyanya Pak Adi seraya menunjuk ke arah Syam.
Syam sudah muak dan capek dengan tuduhan yang tidak beralasan itu akhirnya dengan berat hati ia memutuskannya untuk bersedia menikah dengan Dewi.
"Saya akan bertanggung jawab atas perbuatanku kalau memang saya bersalah, tapi disini saya bukan pelaku penganiayaan terhadap gadis tersebut, hanya saja menolongnya yang tanpa sengaja tertabrak mobilku," sangkalnya Syam yang tidak mungkin mengiyakan apa yang tidak diperbuatnya itu.
"Ya Allah… kenapa Anda selalu saja mengelak dan menyangkal bahwa Anda lah pelaku utamanya yang membuat seluruh pakaian gadis itu koyak dan berantakan, lagian semua bukti mengarah kepada Anda dan dilokasi kejadian hanya Anda yang ada tidak ada seorang pun," dengusnya Pak Ardi.
Syamuel itu masih duduk dengan bersandar ke sandaran kursi dengan raut wajahnya yang menyiratkan kebingungan dan panik serta gelisah.
Samuel menatap mereka satu persatu, "Berapa kali harus saya bilang jika saya bukan pria atau orang yang telah membuat perempuan itu berpenampilan seperti ini, bersumpah sekalipun saya tidak akan pernah melakukannya dan mengakui kesalahan yang sama sekali tidak pernah saya perbuat," sanggah Pria itu lagi.
Pak Amiruddin tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan dari pria itu," ya elah hari gini mana ada maling yang mau ngaku,jika semua maling ngaku pasti penjara akan penuh dan pekerjaan polisi semakin ringan dan santai," sarkasnya Pak Amir yang tertawa mencemooh.
"Benar sekali apa yang Bapak Amir katakan, saya juga bisa berkilah dan menyangkal semua tuduhan atas kejahatan yang saya lakukan, jadi stop bicara omong kosong atau pun berhenti membual karena, disini tidak saksi yang bisa menolongmu kecuali perempuan itu yang sadar barulah kita bisa bertanya padanya," imbuhnya Pak Andi yang paling ngotot untuk menghukum pria tersebut.
Syam kembali terdiam, baginya terus melawan dan menyangkal berbagai tuduhan pun tidak ada gunanya dia perbuat hanya membuang-buang waktu dan tenaga. Sesekali pria itu menghembuskan nafasnya dengan cukup kasar. Dia dilema dengan keadaan yang menimpa kehidupannya.
"Kenapa hidupku harus bertemu dengan masalah seperti ini, padahal tadi pagi aku pamitan dengan bunda dalam keadaan baik dan tidak melakukan hal yang tidak benar,tapi apa yang aku dapatkan malah masalah sebelum hari pernikahanku," Syam membatin.
Para Bapak-bapak itu sama sekali tidak ada yang bubar sebelum berhasil menghukum pria yang tertangkap basah memeluk seorang perempuan yang tidak sadarkan diri yang pakaiannya berantakan.
Pak Ali menatap ke arah Pak Andi, "Jadi bagaimana Pak kalau dia tidak mau mengakui perbuatannya?" Tanyanya Pak Ali yang sudah ikut duduk bersama dengan rekan kerjanya yang lain.
"Kita tunggu informasi selanjutnya dari dokter dan tunggu perempuan tersebut sadar, karena kunci dari masalah ini hanya mereka berdua, supaya kedepannya tidak ada kekeliruan dan kesalahpahaman," Pak Arsyad menengahi perdebatan mereka yang akhirnya ikut bersuara dengan permasalahan dan kemelut yang mereka alami.
Semua menurut perkataannya dari Pak Arsyad selaku kepala RT setempat. Mereka beranggapan dengan terus memaksa pria itu untuk berbicara jujur sesuai dengan kriteria dan tuntutan mereka itu sangatlah sulit.
Awalnya mereka hanya berempat tapi dua orang baru saja datang bergabung sehingga cukup enam pria dewasa yang selalu mendesak dan memaksa Syam untuk tanggung jawab. Keenam laki-laki yang sudah lanjut usia itu duduk di atas kursi panjang untuk menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh beberapa dokter dan perawat.
Berselang beberapa menit kemudian, pintu ruangan ICU terbuka lebar seorang pria yang memakai jas almamater kebesarannya berwarna putih berjalan mendahului beberapa asistennya. Dokter tersebut berjalan ke arah beberapa bapak-bapak yang sabar menunggu hasil pemeriksaan medis terhadap Dewi Mirasih. Mereka cemas dan was-was terhadap hasil pemeriksaan kesehatannya Dewi.
"Maaf, siapa diantara kalian anggota keluarga dari pasien?" Dokter tersebut melihat satu persatu pria yang kemungkinannya lebih tua dari usia dokter pria tersebut.
"Maaf pak Dokter memangnya ada apa dengan pasien perempuan muda itu, apa yang terjadi padanya?" Pak Arsyad mewakili yang lainnya.
"Maaf kondisi pasien sudah sadar tetapi, kondisi mental dan psikisnya terganggu akibat guncangan yang cukup berat yang dihadapinya, kalau boleh tahu apa yang menyebabkan hal tersebut? Mungkin diantara kalian ada yang mengetahui penyebabnya?" Tanyanya dokter yang bername tag Dokter Irwansyah Ibnu Jamil.
Semua orang saling bertatapan satu sama lainnya dan kompak mengarahkan pandangannya ke arah pria muda yang sedari tadi nampak gelisah dan panik tersebut.
"Mungkin Dokter bisa bertanya kepada anak muda yang duduk di pojok dokter karena kunci jawabannya ada di tangannya, pungkas Pak Adi yang sudah jengah melihat sikap menentangnya pria tersebut.
"Dokter sebaiknya kita tanyakan padanya agar segera teratasi masalah yang menimpa perempuan muda tersebut, karena kami tidak mengenali siapa kedua orang itu," tampiknya Pak Amir.
"Sus! tolong panggil pria itu ke sini," pintanya Pak dokter Irwansyah.
"Baik dokter," balasnya sang perawat perempuan yang memakai hijab berwarna putih itu.
Perawat yang ditugaskan untuk memanggil sang pria saksi kunci dari kejadian yang menimpa Mirah segera dipanggil untuk menghadap sang dokter.
Hanya butuh waktu beberapa detik saja pria tersebut sudah berdiri di depan dokter muda itu. Keduanya sama-sama terkejut ketika saling berhadapan satu dengan yang lainnya. Dokter dan pria itu bersamaan mengarahkan telunjuknya ke arah dada lawan bicaranya.
"Dokter Irmansyah Ibnu Jamil," sapanya pria yang sudah melepas jas yang sejak tadi dipakainya menutupi tubuhnya yang atletis.
"Samuel Abidzar Al-Ghifari," cercanya Dokter Irman yang disertai dengan senyuman sumringahnya ketika melihat siapa pria tersebut dengan jelas.
Dokter Irman segera memeluk tubuh pria yang disapa Aiman tersebut, "Ya Allah… tiga tahun lebih aku mencarimu bro dan akhirnya kita bertemu juga di sini, gimana kabarnya?"
Ke enam pria yang menjadi saksi pertemuan dua sahabat lama yang beberapa tahun silam terpisah dengan kesibukan masing-masing.
"Alhamdulillah baik seperti yang kamu lihat," imbuhnya Aiman.
"Hem!! Maaf Pak Dokter sebaiknya jumpa kangennya nanti dilanjutkan, kami tidak ingin membuang waktu kami hanya untuk melihat pertemuan kalian berdua," ketusnya Pak Amir.
Dokter Irwan terkekeh mendengar perkataan dari salah seorang pria yang berdiri tidak jauh dari tempat keduanya bercengkrama.
"Maaf pak,saya terlalu gembira bisa bertemu dengan kawan lamaku," elaknya pak Irwan.
"Pak Syam tolong jujur katakan kepada dokter apa yang kau lakukan pada perempuan yang terbaring lemah di dalam ICU!" Tegasnya Pak Adi sembari menunjuk ke arah kamar perawatan ICU.
Samuel mendapat pelototan dari teman lamanya itu yang sangat mengenal dengan jelas siapa Aiman dan bagaimana kesehariannya itu.
"Mak-sud-nya a-pa, kenapa bisa kamu terlibat dalam kecelakaan yang menimpa perempuan itu?" Tanya Irwan yang penuh dengan tanda tanya yang timbul di dalam benaknya.
Samuel segera menjelaskan duduk perkaranya sesuai dengan fakta yang terjadi yang dialaminya tanpa mengurangi ataupun melebih-lebihkan dari awal hingga Mirah pingsan dengan detail insiden tersebut.
"Oh seperti itu kejadiannya, tapi semua bapak-bapak yang hadir di sini hanya melihat kamu memeluk perempuan muda tersebut, dalam keadaan yang pakaiannya robek kalau seperti ini semuanya sulit untuk menemukan siapa yang berkata jujur atau bohong," ujarnya Irmansyah.
"Maaf Pak dokter saya menyela pembicaraan kalian berdua kalau masalahnya semakin rumit dan ribet seperti ini bagaimana kalau kita bertanya kepada perempuan itu,a
Saya yakin akan terjawab setelah kita bertemu dengannya," selanya Pak Arsyad.
Dokter muda itu tersenyum sumringah, "Baiklah kalau seperti itu, semoga saja Mbak Itu sudah tenang dan emosinya terkontrol," ucapnya dokter Irwan.
Pintu kamar perawatan itu kembali terbuka dan masuklah beberapa orang dewasa dengan tampan yang cukup sangar dan garang. Mereka bergerombol masuk ke dalam kamar perawatan Dewi. Beberapa perawat menjaga Dewi yang baru saja bisa tenang, karena memberontak dan mengamuk.
"Pergi!! Jangan masuk ke kamarku!!" Teriak histeris dari Dewi yang kembali mengamuk padahal sebelumnya sudah aman terkendali.
Khusus untuk yang mendukung Novel recehan aku ini mulai dari awal, ada beberapa orang yang akan mendapatkan hadiah give away berupa pulsa sedikit insya Allah akhir bulan aku umumkan. Tapi harus inbox aku yah untuk kirim nomor ponsel kalian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
jubaedah
lanjut
2023-09-05
0
ayu nuraini maulina
MK nya klo mau merid jgn berkeliaran "pamali"
2023-08-08
1
Hanipah Fitri
seru
2023-07-03
0