Sudah hampir satu bulan ini Ratu benar-benar menghindar dari Jean. Jean yang merasakan perubahan dengan sikap Ratu terhadapnya pun membuat dirinya terheran, apakah dirinya telah membuat kesalahan?
Jean dan anggota BEM lain saat ini sedang melakukan rapat mengenai kegiatan menjadi relawan di salah satu desa yang terdampak bencana banjir bandang.
"Ada yang ingin bertanya atau memberikan pendapat lain tentang hal ini?" tanya Jean selaku ketua BEM, matanya melirik ke arah Ratu. Ratu yang ditatap Jean pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan dari Jean, berarti semua setuju dengan pendapat dari Jean. Setelah itu Jean menutup rapat tersebut, semua anggota BEM pun keluar dari ruangan BEM. Saat Ratu hendak keluar, tangannya langsung ditahan Jean.
"Tunggu Ratu!"
Ratu hanya diam membiarkan Jean melanjutkan apa yang ingin dia ucapkan seraya melepaskan genggaman tangan Jean.
"Kenapa akhir-akhir ini kamu selalu acuh dan seakan menghindar dariku, Ratu?" tanya Jean.
"Aku tidak menghindar kok, mungkin itu perasaan kamu saja," ucap Ratu datar dan melangkah keluar tapi lagi-lagi ia ditahan Jean.
"Please Ratu, aku sedih kamu bersikap seperti ini. Beritahu aku jika aku punya salah sama kamu, agar aku bisa memperbaiki kesalahan aku itu," ucap Jean lirih. Dia lebih baik diacuhkan semua orang daripada harus diacuhkan oleh Ratu.
Ratu menahan mati-matian agar air matanya tidak terjatuh, seandainya kejadian memilukan hati itu tidak terjadi, mungkin saja Ratu sekarang tengah bercanda dan saling menjahili dengan Jean, tapi takdir sudah berkata lain.
"Aku harus pergi ke ruangan prof. Hartono," balas Ratu pergi tanpa menatap Jean. Jean menghela napas panjang sambil menatap kepergian Ratu dengan tatapan sendu.
Vina tercengang melihat cara makan Ratu yang tidak biasa, terlihat rakus dan terburu-buru seperti orang yang tidak pernah makan seminggu saja.
"Heh pelan-pelan Ratu, tidak ada orang yang akan mengambil makananmu!" tegur Vina seketika ia merasa kenyang dengan cara makan sahabatnya itu.
"Aku lapar," ucap Ratu tidak jelas karena di dalam mulutnya penuh dengan makanan.
"Astaga telan dulu baru bicara!" ucap Vina gemas. Ratu mengunyah makanan dengan cepat lalu menelannya. Vina yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Aku lapar banget Vin, entah akhir-akhir ini nafsu makan ku meningkat," jelas Ratu.
"Pantas saja pipimu bertambah chubby," ledek Vina. Ratu hanya acuh tidak memperdulikan ledekan Vina dan memilih kembali menyantap makanannya.
"Hai, kita boleh bergabung?" ucap Jean yang tiba-tiba datang bersama Abimana dan Putra membuat Ratu tersedak.
Uhuukk!
Refleks tangan Jean menepuk-nepuk pelan punggung Ratu.
"Makanya kalau makan itu hati-hati Ratu," tegur Jean lembut. Abimana dan Putra saling pandang tersenyum penuh arti, entah mereka mengira Jean memiliki perasaan untuk Ratu lebih dari sahabat.
Ratu berdiri dari kursi, "Aku ke toilet sebentar," ucapnya jalan cepat pergi meninggalkan kantin.
Jean hanya bisa menatap punggung Ratu yang semakin menjauh itu. Abimana, Putra dan Vina pun ikut merasa jika Ratu seperti menghindar dari Jean.
"Kamu ada masalah dengan Ratu, Jean?" tanya Vina penasaran.
Jean mengangkat kedua bahunya tak tahu, "Aku juga bingung dengan sikap Ratu, sudah hampir satu bulan ini dia seperti menghindar dariku," jelas Jean. Tercetak jelas dari raut wajah Jean yang terlihat sedih.
"Apa ini karena ada sangkut pautnya dengan Elsa?" tanya Putra.
"Sepertinya bukan," sangkal Jean.
"Apa kamu pernah bertanya salah kamu apa ke Ratu?" sahut Abimana.
Jean mengangguk, "Hah... Bukan pernah lagi, malah sering banget, tapi Ratu seakan bungkam dan acuh kepadaku," ucap Jean. Sungguh ia tak ingin kehilangan sahabat seperti Ratu.
Di dalam toilet, Ratu muntah-muntah seakan perutnya terasa diaduk-aduk. Ratu mengambil air dan mengelap mulutnya.
"Kenapa aku bisa muntah-muntah begini? Apa asam lambung aku naik?" gumam Ratu yang memang mempunyai penyakit asam lambung.
Ratu keluar dari toilet, tapi mendadak ia menghentikan langkahnya saat mendengar beberapa mahasiswi membicarakan tentang hubungan Jean dan Elsa yang telah berakhir.
"Jean dan Elsa putus? Jadi gara-gara itu Jean mabuk-mabukan?" batin Ratu. Ada rasa bahagia dan sedih ketika Ratu mendengar berita tersebut. Bahagia karena Jean sudah dijauhkan dari wanita yang menurut Ratu tidak baik bagi kehidupan Jean, tapi ia juga sedih memikirkan saat kejadian malam itu pasti Jean menganggap perempuan yang tidur bersamanya itu adalah Elsa bukanlah dirinya.
Ratu langsung berlari menuju ke arah rooftop. Sesampainya disana, ia langsung menangis sejadi-jadinya. Mengapa takdir hidupnya seperti ini?
"Sakit banget huhuhu ..."
Apa dirinya harus mengatakan kepada Jean jika dirinya lah perempuan yang tidur bersamanya itu? Tapi apa Jean akan mempercayainya, itulah yang ditakutkan Ratu.
Setelah puas menangis dan melampiaskan amarahnya, Ratu pun pergi dari rooftop, berjalan ke arah ruang kelasnya.
"Kamu habis darimana, Ratu? Kok lama banget dari toilet," tanya Vina.
"Oh itu aku habis mengobrol sebentar tadi sama salah satu junior kita," jawab Ratu berbohong. Tapi Vina tidak percaya itu, apalagi melihat mata Ratu yang memerah seperti habis menangis.
"Beneran?" tanya Vina menyelidik.
"Iya Vina cantik," ucap Ratu. Vina hanya mengangguk mencoba untuk percaya.
Ratu menunggu kakaknya yang akan menjemput dirinya, tapi sudah 30 menitan Rivaldo belum juga muncul.
"Ih kak Aldo mana sih!" gerutu Ratu.
TIN!
TIN!
Bukan mobil Rivaldo yang menghampiri Ratu melainkan mobil lelaki yang sudah selama sebulan ini ia hindari. Ratu mencoba untuk tidak memperdulikan lelaki itu.
"Kenapa belum pulang, Tu?" tanya Jean yang turun menghampiri Ratu.
Ratu hanya diam seakan menganggap Jean tidak ada. Jean menghela napas berat.
"Apa kamu mau aku antar pulang?" tawar Jean dengan suara lembutnya. Sungguh hanya pada orang-orang tertentu saja Jean berkata lembut. Bahkan dia dikenal sebagai ketua BEM yang tegas dan berwibawa.
"Tidak perlu," jawab Ratu singkat.
"Udah mau magrib loh ini," ucap Jean. Memang hari ini mereka masuk sekitar pukul satu siang dan pulang jam setengah enam sore.
Lagi-lagi Ratu hanya diam. Tiba-tiba suara notifikasi pesan masuk ke ponsel Ratu dan itu dari Rivaldo. Rivaldo mengatakan bahwa dirinya tidak bisa menjemput Ratu dikarenakan masih ada pekerjaan yang belum ia selesaikan dan sepertinya akan lembur. Sedangkan sopir pribadi keluarganya tengah ikut bersama kedua orang tuanya pergi ke luar kota.
"Astaga kak Aldo kenapa tidak bilang dari tadi sih!" gerutu Ratu pelan namun terdengar jelas di telinga Jean.
"Kenapa? Apa kak Aldo tidak bisa menjemputmu?" tebak Jean.
Ratu hanya mengangguk.
"Ayo aku antar pulang," ajak Jean.
"Tidak usah, aku bisa memesan taksi online," tolak Ratu.
"Kamu yakin? Ini sudah mau magrib loh, mana belum lagi kamu harus menunggu taksi onlinenya datang lama karena terjebak macet, kamu tau kan kalau Jakarta di jam segini macet parah? Disini juga banyak preman loh, mereka itu kadang suka mengganggu orang, apalagi perempuan." Jean terus membujuk Ratu dengan cara menakuti-nakuti gadis itu agar mau pulang dengannya.
Ratu memikirkan yang dikatakan oleh Jean, memang benar di sekitar sini banyak preman yang berkeliaran ketika akan datangnya malam.
Tanpa berbasa-basi lagi, Ratu masuk ke dalam mobil Jean dan menurunkan egonya untuk saat ini, demi keselamatan dirinya. Jean tersenyum kecil, ia tau dimana letak kelemahan sahabatnya itu. Kemudian Jean pun masuk ke dalam mobilnya.
Hanya keheningan yang tercipta di dalam mobil, tak ada satu pun yang mengeluarkan suara.
"Ratu," panggil Jean memecahkan keheningan.
"Kenapa?"
"Kamu akan ikut menjadi relawan besok pagi?" tanya Jean mencoba berbasa-basi.
Ratu hanya mengangguk. Setelah itu keheningan pun terjadi lagi. Jean bingung akan membicarakan tentang hal apa lagi dengan Ratu, ia merasa canggung dengan sikap dingin dari gadis itu.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Mak Aul
ikutan sakit aaaaa
2023-07-17
1
Mak Aul
kita sama ratu punya maag.
2023-07-17
0
Cerita Aveeii
Hamil
2023-07-17
0