Rombongan anggota BEM dari Dandelion University telah tiba di desa yang terdampak bencana alam banjir bandang. Sesampainya disana, mereka langsung bergerak cepat membantu para warga bergotong royong bahu-membahu membersihkan jalan maupun membantu warga membersihkan rumah.
Sedangkan untuk anggota BEM yang perempuan membantu ibu-ibu memasak di dapur umum. Sedari tadi tubuh Ratu terasa begitu lemas.
Jean yang sedang pergi mengontrol anggotanya itu pun tak sengaja ke dapur umum dan melihat wajah pucat Ratu.
"Kamu tidak apa-apa kan, Ratu? Wajah kamu terlihat begitu pucat?" tanya Jean yang khawatir.
Ratu menggeleng, "Aku tidak apa-apa."
"Kamu yakin?" tanya Jean meyakinkan.
Ratu hanya mengangguk, tapi jujur sebenarnya ia sedang tidak enak badan, badannya lemas dan kepalanya sedikit pusing. Tapi dia mencoba untuk kuat, tidak ingin membuat semua orang khawatir kepadanya.
Vina pun ikut melihat ke arah Ratu, "Iya Ratu, mukamu pucat banget, kamu istirahat saja dulu," suruh Vina yang ikut khawatir.
"Aku tidak apa-apa kok Vin," ucap Ratu memaksakan tersenyum. Namun entah kenapa kepalanya bertambah pusing, Ratu merasa dunia seperti berputar. Tubuh Ratu langsung limbung, dengan sigap Jean menahan tubuh Ratu agar tidak terjatuh.
"Astaga Ratu!" pekik semua anggota BEM yang berada di dapur umum.
Jean membopong tubuh Ratu, "Vina ikut aku ke rumah sakit!"
Vina mengangguk sambil cepat-cepat membuka celemek yang menempel di badannya. Jean segera membawa Ratu ke arah mobilnya.
"Ratu kenapa, Je?" tanya Abimana berlari menghampiri Jean diikuti juga oleh Putra.
"Ratu pingsan." Bukan Jean yang menjawab tapi Vina. Abimana dan Putra terkejut serta khawatir mendengarnya.
"Ya udah bawa saja Ratu ke tenda petugas kesehatan," suruh Putra.
"Ya benar kata Putra, biar Ratu cepat di tangani Dokter," timpal Abimana.
"Aku bawa ke rumah sakit saja, karena disana alat-alatnya lebih lengkap dan Ratu bisa di periksa secara keseluruhan," ucap Jean. Ia tak mau Ratu mendapatkan minim pemeriksaan. Abimana dan Putra hanya bisa mengiyakan ucapan Jean.
"Cepat bawa Ratu, Je. Takutnya dia kenapa-kenapa nantinya," suruh Abimana.
Jean mengangguk, lalu memasukkan Ratu ke dalam kursi belakang mobil dengan paha Vina sebagai bantalan tempat menaruh kepala Ratu. Setelah itu Jean masuk ke dalam mobil dan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata menuju ke rumah sakit terdekat.
"Ratu, bangun," ucap Vina sambil menepuk-nepuk pelan pipi Ratu, tapi gadis itu tidak terusik sama sekali. Jean yang melihat Vina mencoba membangunkan Ratu dari spion tengah juga ikut khawatir.
"Dokter! Suster! Tolong teman saya!" teriak Jean. Tak lama beberapa perawat berlari sambil mendorong brankar ke arah mereka. Jean menaruh Ratu di atas brankar tersebut dan perawat-perawat itu membawa Ratu ke UGD. Saat Jean hendak masuk, salah satu perawat langsung melarangnya.
Jean hanya bisa membuang napas kasar dan berjalan mondar-mandir saking khawatirnya pada Ratu. Kepala Vina seketika pusing melihat Jean yang terus mondar-mandir itu.
"Jean, lebih baik kamu duduk dan berdoa untuk Ratu deh. Daripada mondar-mandir tidak jelas seperti itu," ucap Vina.
Jean menatap Vina lalu menganggukkan kepalanya, ia duduk di kursi besi panjang depan UGD. Jean mengatupkan kedua tangannya sambil menunduk, di dalam hatinya ia berdoa agar Ratu tidak kenapa-kenapa.
"Vin, aku ke toilet sebentar ya? Soalnya aku udah tidak tahan, kamu disini tungguin Ratu," ucap Jean.
Vina mengangguk, "Iya Je, tapi cepetan ya?" suruh Vina.
Jean mengangguk dan melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke toilet.
10 menit kemudian, seorang Dokter laki-laki keluar dari ruang UGD. Vina pun langsung berdiri dan bertanya pada Dokter itu tentang keadaan Ratu.
"Gimana keadaan teman saya, Dok?"
"Teman anda baik-baik saja. Dia hanya kelelahan, mungkin efek dari kandungannya," jelas Dokter itu.
Vina sangat syok mendengar ucapan Dokter tadi.
"Apa Dok? Teman saya hamil?!" pekik Vina.
"Benar Nona, teman anda saat ini sedang hamil. Perkiraan saya usia kandungan teman anda sekitar 3 mingguan. Untuk lebih jelasnya nanti anda bisa memeriksakan teman anda ke Dokter spesialis obgyn," jelas Dokter itu.
Vina mengangguk, "Baik Dok, terima kasih."
"Sama-sama, Nona. Kalau gitu saya permisi," pamit Dokter itu.
Vina hanya mengangguk, ia masih speechless dengan berita kehamilan Ratu ini. Sumpah, Vina belum mempercayai ini. Ratu hamil? Tapi dia kan belum nikah dan siapa laki-laki yang tidur dengan Ratu? Bahkan Ratu tidak mempunyai kekasih, Vina akan menanyakan itu nanti setelah Ratu sadar.
"Eugghh." Ratu mulai sadar dari pingsannya, mengedarkan pandangannya ke sekeliling, melihat ruangan yang asing, serba putih dan aroma obat menyeruak di hidungnya.
"Aku dimana?" ucapnya parau.
"Kamu lagi di ruang UGD rumah sakit," ucap Vina yang masuk ke ruang UGD.
"Kenapa aku bisa disini?" tanya Ratu.
"Kamu tadi pingsan," jawab Vina datar. Ratu mengerutkan keningnya melihat raut wajah Vina.
"Kamu kenapa, Vin?"
"Jawab aku dengan jujur, Ratu," ucap Vina menatap Ratu menyelidik. Ratu yang ditatap seperti itu sedikit gugup sambil menunggu Vina melanjutkan ucapannya.
"Siapa ayah dari anak yang kamu kandung itu?"
DEG!
Jantung Ratu seakan melompat dari tempatnya mendapat pertanyaan dari Vina. Apakah dirinya hamil? Ratu sampai lupa akan hal itu pasti akan terjadi padanya, karena seingatnya waktu melakukan hubungan badan dengan Jean, lelaki itu tidak menggunakan pengaman dan pastinya cairan milik Jean masuk ke dalam rahimnya.
"Maksud kamu apa, Vina?" tanya Ratu.
"Kata Dokter kamu hamil, Ratu!" ujar Vina dengan suara yang sedikit meninggi.
BRAKKK!!
Tiba-tiba Jean datang membuka pintu ruang UGD dengan keras saat mendengar ucapan Vina tadi.
"Apa? Ratu hamil!" pekik Jean membuat Ratu semakin terkejut melihat kedatangan Jean. Jean menghampiri Ratu di ranjang rawat.
"Siapa ayah dari anak itu?" tanya Jean selidik sambil menatap tajam Ratu. Ratu hanya diam, mulutnya seperti susah untuk mengeluarkan suara.
"Siapa Ratu, biar aku beri pelajaran pada laki-laki itu!" ucap Jean geram.
"Dia darah dagingmu sendiri!" teriak Ratu dalam hatinya.
"Siapa Ratu? Beritahu kita, agar kita suruh dia untuk bertanggung jawab atas perbuatannya ini!" desak Vina.
"Ratu jawab, siapa laki-laki brengsek yang meniduri kamu dan tidak bertanggung jawab itu hah?!" sentak Jean sambil memegang kedua bahu Ratu dan menggoyangkannya.
"Kamu laki-laki brengsek itu, puas kamu?!" teriak Ratu di depan wajah Jean.
Jean dan Vina sangat tercengang mendengarnya, terutama Jean yang wajahnya langsung terlihat pias. Rahang yang tadinya mengeras seketika mengendur, tubuhnya melemas sampai Jean mundur beberapa langkah. Jadi, gadis yang ia tiduri malam itu adalah Ratu? Oke, Jean merasa dirinya benar-benar seperti laki-laki brengsek yang tega merenggut masa depan sahabatnya sendiri.
Ratu tersenyum kecut melihat ekspresi Jean, "Kamu tenang saja, aku tidak akan meminta pertanggung jawaban dari kamu dan aku akan membesarkan anak ini sendirian," ucap Ratu.
Jean menggeleng, tak terima dengan ucapan Ratu.
"Tidak Ratu, aku tetap akan bertanggung jawab. Aku akan menikahi mu dan membesarkan anak kita bersama," ucap Jean.
Anak kita? Hati Ratu sedikit bergetar mendengar itu.
Ratu tertawa pedih, "Kalau kamu menikahi ku karena terpaksa, buang saja rasa tanggung jawab mu itu. Aku tidak ingin menikah dengan orang yang terpaksa!" ucap Ratu menolak Jean yang ingin bertanggung jawab kepadanya dan bayi yang ada di kandungnya.
"Tidak Ratu, aku sama sekali tidak terpaksa. Secepatnya aku akan datang bersama orang tuaku ke rumahmu meminta izin kepada kedua orang tuamu untuk menikahi mu," ucap Jean dengan sungguh-sungguh.
"Sudah, terima saja Jean bertanggung jawab, Ratu. Ini demi kebaikanmu dan calon anakmu. Yakinlah anakmu kelak membutuhkan kasih sayang orang tua yang lengkap," sahut Vina menasehati Ratu. Ratu hanya terdiam, ia bingung harus menjawab apa.
"Kamu diam berarti kamu setuju," ujar Jean. Ratu mendelik tajam ke arah Jean, ia belum menjawab tapi laki-laki itu sudah berspekulasi bahwa dirinya setuju.
"Aku belum jawab ya pertanyaan dari kamu ya!"
"Maka dari itu jawab Ratu, aku butuh jawaban dari kamu," ucap Jean.
"Beri aku waktu untuk berpikir," balas Ratu lirih tanpa menatap Jean.
"Tidak Ratu, aku ingin secepatnya kita menikah!"
Inilah sifat Jean yang tidak disukai Ratu, suka egois selalu ingin menang sendiri tanpa meminta pendapat atau persetujuan dari orang lain terlebih dahulu.
"Dan Vina, aku mohon sama kamu, tolong rahasiakan tentang Ratu yang sedang hamil dari semua orang, sebelum aku sendiri yang memberitahukan mereka," perintah Jean pada Vina. Vina hanya mengangguk menyetujui perintah dari Jean.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Mak Aul
aaaaaa ...akhirnya
2023-07-17
1
Ira Caem💋
kesel deh ama si ratu, org mau bertanggungjawab malah di tolak😬
2023-05-23
1
Yaya🐼
akhirnya ketahuan juga
2023-05-22
4