Chapter 05 - Family Gathering

FIVE

FAMILY GATHERING

“Ambilkan kain baru lagi.” Tinaa berteriak dengan suara menangis.

Ivan menggendong tubuh-ku dari dalam terminal menuju sebuah ruangan lain di dalam terminal. Kia meminta kami untuk pindah ke lantai dua terminal agar mereka dapat mengatasi puluhan pria perompak yang mengepung mereka.

Nenek menangis di samping-ku sambil memegang pundak Ivan. “Ivan. Terima kasih.”

Ivan hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari-ku. Mata itu tidak pernah meninggalkan-ku.

“Ini tidak bisa dibiarkan. Yang Mulia pasti akan mengusir para waglo karena tidak bisa mencegah mereka menyentuh Olya.” Mama berkata histeris.

Tangan Ivan yang menggenggam tangan-ku mengeras. Rahang di wajahnya terlihat kaku saat mendengar mamamenyebutkan nama Leonord.

“Salma!” Nenek menegurnya dengan keras. “Diam dan biarkan para pelayan mengobatinya.”

Mama akhirnya berhenti berbicara dan menghentikan langkahnya yang cemas.

Feli dan Carli dengan cekatan membersihkan bekas luka di lengan dan kaki-ku. Mereka memberikan larutan pembersih luka yang membuat luka-ku seperti tambah tersayat dari sebelumnya. Aku mengerang dan memejamkan mata-ku.

“Tuan Ivan, kumohon ijinkan aku memegangnya.” Suara Tinaa yang bergetar tidak jauh dari-ku. Dia meminta Ivan untuk melepaskan-ku.

“Tidak.” Ivan menolak dengan tegas. Dengan suara bernada rendah yang dalam.

Feli dan Carli berhasil membuat air mata-ku berlinang sekitar lima belas menit lamanya. Aku tidak berani bersuara karena nenek dan mamapasti akan tidak akan kuat melihat-ku yag merintih.

Sesekali ada seseorang yang mengusap air mata-ku dan aku tahu itu bukan tangan seorang perempuan.

Aku mengganti pakaian-ku saat akhirnya Ivan bersedia pergi dari-ku sesaat. Para pelayan membuat area di sudut ruangan dan menutupnya dengan kain agar aku leluasa mengganti pakaian-ku. Kali ini mereka memakaikan terusan berwarna putih yang tidak terlalu ketat dan menutupnya dengan sebuah kimono sutra denga tali yang mengingkat pinggang-ku dengen erat.

Saat aku selesai dan mereka membuka tirai, aku melihat tiga pasang mata menatap-ku dengan khawatir. Nenek yang menghela nafas dengan hati-hati. Mamayang menatap dengan mata berkaca-kaca. Dan Ivan....menatap-ku dengan....

Ivan dengan cepat berjalan ke arah-ku dan memegang lengan-ku. Feli dan Carli cukup terkejut melihat perilaku Ivan sejak mereka membantu membersihkan luka-ku tadi.

Aku melepaskan tangan Ivan berharap dia bisa mengerti untuk menjaga sikapnya. Wajah Ivan yang lebih kurus dari sebelumnya cukup mengagetkan-ku. Meskipun begitu wajah ini tetap bisa membuat semua orang terpesona. Tapi tidak untuk-ku. Tidak lagi sekarang.

“Carli,” Aku meminta Carli menopang-ku untuk bersandar di kepala tempat tidur. Tempat tidur yang dengan ajaibnya bisa tersedia meskipun aku hanya menghabiskan lima belas menit untuk berganti pakaian.

“Baik, Yang Mulia.” Carli bergegas mengantar-ku untuk meninggalkan Ivan yang terlihat kecewa karena menolak bantuan darinya.

Tidak lama saat aku sudah bersandar dan Carli menutup tubuh-ku dengan selimut, Feli membuka pintu dan mengijinkan Kia masuk. Wajah pria itu dibasahi keringat dan dia tampak sangat ketakutan meskipun dia berusaha menutpui selayaknya seorang waglo.

“Yang Mulia,” Kia berlutut di hadapan-ku. Dia menunduk. “Maafkan kami. Ini diluar perkiraan kami. Mereka, mereka adalah tahanan penjara yang kabur lima kilometer dari sini.”

Aku menggenggam selimut-ku hingga tangan-ku memutih. Aku tidak membayangkan akan pergi ke Klaptongad dalam keadaan lengan dan kaki-ku terluka dan leher-ku mungkin saja membiru besok.

“Katakan pada,”

Ivan menarik leher Kia dan menghantam wajahnya dengan sekuat tenaga.

Aku terkesiap dan terbelalak. “Hentikan!”

“Katakan pada-Nya, Yang Mulia terluka karena-Nya.” Ivan menggeram tanpa berkedip.

Kia tidak berkata apapun. Wajahnya memerah karena Ivan menekan lehernya hingga kesulitan bernafas. Aku tidak pernah melihat Ivan semarah dan menakutkan seperti ini.

“Hentikan.” Aku tidak ingin memanggil namanya.

Ivan masih tidak bergeming.

“Hentikan!” Aku berteriak sekuat tenaga.

Ivan akhirnya melepas cekikannya pada leher Kia dan menatap-ku dengan seksama. Aku hanya menatap-nya dua detik dan mengalihkan pandangan-ku pada Kia yang masih berada di lantai.

“Semuanya keluar dari ruangan ini kecuali Kia.” Aku berkata sambil menutup mata-ku.

Aku mendengar Mama-ku meminta Ivan agar keluar bersama mereka. Pria itu tentu saja menolak pada awalnya, tapi akhirnya suaranya tidak terdengar lagi di dalam ruangan.

Aku membuka mata-ku dan mendapati Kia sudah kembali berlutut. Dia bernafas dengan tergesa-gesa.

“Kapan kereta akan kembali berjalan?”

Kia akhirnya mengangkat kepalanya. Lehernya terlihat memerah karena apa yang dilakukan Ivan tadi. “Setengah, setengah jam lagi.”

Tidak ada gunanya menghabiskan energi-ku pada Kia dan semua waglo yang ada. Aku hanya ingin tidak ada yang melihat-ku di Klaptongad saat masih penuh luka seperti ini.

“Beritahu Aarush, aku tidak ingin ada yang melihat-ku saat sampai di Kastil Utara dan San Clara. Jangan ada yang bisa mengambil gambar-ku dengan keadaan seperti ini.”

Kia mengangguk dengan cepat. Dia meminta maaf pada-ku lagi dan meminta ijin untuk pergi mempersiapkan semuanya.

Tinaa masuk tidak lama setelahnya. Dia membawa beberapa ramuan berwarna hitam dan tentu saja dengan aroma yang menjijikan.

“Ini untuk kesembuhan semua luka yang ada.” Tinaa meminta-ku bersabar dan meminum obat-obat itu secepat mungkin.

Setelah berhasil meneguk hampir tiga gelas mimpi buruk itu, aku bertanya mengenai kondisi di luar terminal dan kereta. Tinaa mengatakan semua waglo dan gladiator sudah mengatasi semuanya.

“Dan pria itu,” Aku tentu saja menuju pada Ivan. “Apakah dia akan pergi ke Ibukota?”

Tinaa menatap-ku dengan ragu lalu akhirnya mengangguk pelan. “Dia akan menjadi galdiator tingkat satu dalam upacara tradisi dua minggu lagi.’

Aku tersenyum menahan pahit. Ini bukan saja mimpi buruk tapi ini sebuah takdir. Meskipun aku tahu tidak bisa mengubah pertemuan. Tapi aku bisa pastikan dia tidak akan hidup dengan mudah.

“Siapa anak laki-laki itu?” Mama menatap-ku dengan bingung saat aku membawa anak laki-laki yang aku selamatkan.

Aku menatap anak laki-laki yang lebih muda dari-ku itu. Matanya yang hijau menatap-ku dengan penuh harapan.

“Ivan. Ivander.” Aku menyebut salah satu karakter di novel kegemaran-ku. Ivander si pemuda tampan mempesona dengan seribu rahasia. Hanya nama itu yang teringat di benak-ku.

“Ivander.” Mama hanya menyipitkan mata dengan bingung. Lalu mama memandang-ku. “Apa yang kamu ingin lakukan pada-nya?”

“Mungkin dia bisa tinggal di Irishan? Dia tidak punya siapa-siapa lagi.” Aku bersiap untuk makian dari mama. Mama tidak suka orang asing.

Mama memandang-ku dengan tatapan menuduh. Sepertinya mama menganggap aku sudah melakukan dosa besar membawa anak ini. “Aku menyelamatkannya di rumah tidak jauh dari Irishan.”

Dengan matanya yang lelah semalaman, mama berdiri dari kursi dan menunduk menatap Ivander. Aku tahu seharusnya tidak membahas ini di saat baru saja semalam kami semua sibuk menyelamatkan Irishan dari tragedi yang menakutkan. Untung saja para wafren datang dengan cepat dan mereka bisa membantu menyelesaikannya. *

“Irishan akan tutup dalam beberapa bulan kedepan.” Mama berucap sambil terus memandang mata Ivander. Sepertinya bukan hanya aku yang menyukai mata itu.*

Aku tidak tahu harus membawa Ivander kemana. Tidak ada penampungan anak yang bisa aku percaya. Terutama sejak tadi malam Ivander tidak mengucapkan satu kata-pun. Ini akan menyulitkan untuk mendaftarkan dirinya dengan kondisi seperti ini.*

“Biarkan Ivander tinggal di rumah belakang. Di sana ada kamar kosong bukan? Setelah Irishan kembali di buka dia bisa ke sana.” Aku memberi solusi.*

Mama mendesah ketika berdiri. Itu pertanda buruk. Mama selalu mendesah ketika membenci sesuatu dan pasti selajutnya dia akan menolak gagasan itu.*

“Aku akan menerima pelajaran khusus selama tiga bulan di Klaptongad. Jika mama mengijinkan Ivan tinggal di sini.” Aku buru-buru mengatakannya sebelum mama mengeluarkan kata-kata penolakan.*

Mama cukup terkejut mendengarnya tapi terlihat mama cukup luluh dengan penawaran-ku. “Baiklah. Jangan lupa bahwa Papa mungkin tidak akan menyukai hal ini.”*

Aku hanya tersenyum. Aku akan memberikan penawaran yang tidak bisa Papa tolak. “Tenang saja, Papa pasti akan setuju.”*

Kereta sudah mulai berjalan sepuluh menit yang lalu. Tapi aku masih belum melupakan semua wajah para waglo yang aku lewati saat menuju kereta setengah jam sebelumnya menggambarkan bagaimana ketakutannya mereka jika berita ini sampai ke Leonord.

Tidak ada yang berani mengganggu-ku di dalam kamar tidur sejak tadi. Hanya Tinaa yang selalu menanyakan rasa sakit-ku selama sepuluh menit sekali.

Aku tidak berniat makan malam di gerbong dua jam dari sekarang. Itu semua karena kehadiran Ivan yang mengguncang kami semua. Kenapa dia harus muncul lagi di kehidupan-ku?

Kenapa?

Ketukan pelan sebanyak tiga kali menghentikan pikiran-ku. “Masuk.” Jawab-ku sambil melindungi tubuh atas-ku dengan selimut hangat.

Pintu terbuka dengan pelan dan Ivander yang sudah bertukar pakaian berwarna putih dengan celana berwarna cokelat pekat menyapa-ku dengan senyuman tipis.

“Maaf jika aku mengganggu tidur-mu.” Ivan berkata dengan sangat lembut.

Aku memandang jendela luar tanpa memperdulikannya.

“Olya.” Suara itu membuat seluruh tubuh-ku bergetar seketika. “Maaf jika aku muncul tiba-tiba.”

Aku menutup mata-ku mencoba mengabaikannya lagi. Aku sudah melakukannya lima tahun. Ini tentunya bukan hal yang sulit....

Seharusnya.

“Bisakah aku mengatakan sesuatu padamu?” dia bertanya dengan ragu-ragu.

Karena aku tidak menjawab dia melajutkan. “Aku akan berada di Ibukota karena status-ku sebagai gladiator. Aku tidak tahu apakah kamu mengetahui mengenai kehidupan-ku selama ini.”

Aku tidak pernah ingin tahu.

“Selama ini aku sudah tinggal di sana.” Ivan kembali melanjutkan. Berharap aku masih berfokus padanya. “Sejujurnya aku ingin kembali ke Elestor tapi mendengar kamu akan berada di sana. Meskipun dengan alasan yang sama sekali diluar dugaan-ku.” Kalimat terakhir terdengar rasa kecewa di dalam nya.

Aku membuka mata-ku dan menatap matanya dengan seksama. “Kenapa? Kamu tidak menduga gadis yang berada di hadapan-mu akan menjadi ratu negeri barat?”

Ivan yang cukup terkejut dengan jawaban dariku terlihat berusaha menjawab dengan lebih tenang. Meskipun sepertinya dia lebih terkejut karena aku meresponya sekarang.

“Semua orang tahu bahwa,”

“Seharusnya Lydia yang berada di posisi ini?” ucap-ku sinis.

“Semua orang terkejut.” Ivan memberi fakta. “Termasuk aku.”

Aku memalingkan wajah-ku ke arah pemandangan luar yang sekarang masih belum berubah. Masih banyak padang rumput tanpa penghuni yang berlalu lalang sama sekali. Bisa aku bayangkan dengan sifat Leonord yang begitu ambisius selayaknya seorang Konstantin, bisa saja aku akan melihat bangunan modern dikemudian hari.

“Kamu bisa menolak.” Ivan berkata dengan penuh harap.

Aku terkekeh dengan nada mengejek. “Lalu, kamu akan berbahagia melihat keluarga-ku digantung dan di arak ke seluruh negeri. Tidak akan aku biarkan itu terjadi.”

“Kalian adalah keluarga-ku.” Nada kecewa terpancar darinya. “Bagaimana kamu bisa mengatakan aku akan berbahagia diatas penderitaan kalian semua?”

“Dan semua masalah terpecahkan. Aku akan menikah dan aku sangat senang karena ini akan menjadi pertemuan terakhir-mu dengan kami.” Aku berusaha sekuat mungkin menghancurkan hatinya. Dia pantas mendapatkan itu.

Sekelebat emosi marah dan penyesalan terpancar dari wajah yang sangat aku kenal itu. Bahkan mata hijau indah yang dulu selalu bersinar sepertinya sekarang dipenuhi dengan masalah dan kepedihan. Apakah aku menjadi salah satu penyebabnya?.....

Dia menghembuskan nafas panjang dan menyentuh kaki dari tempat tidur-ku. Badannya sedikit condong ke arah depan. “Leonord,”

“Jangan lupa status-mu. Panggil dia dengan terhormat.” Aku menyergap cepat.

Dia menggelengkan kepala. “Aku tidak akan memanggilnya dengan sebutan itu. “Dia bukan raja yang diinginkan semua orang.”

Aku memang tidak memiliki hubungan yang baik dengan Leonord. Tapi hubungan-ku dengan Ivan lebih mengenaskan. Selama Leonord adalah salah satu objek kebencian oleh pria di depan-ku ini maka tidak ada salahnya membela Leonord di hadapannya.

“Semua orang tidak punya suara di negeri ini. Konstantin sampai dunia kiamat-pun adalah keturunan dewa matahari. Mereka akan tetap berada di atas siapapun.”

“Dulu kamu sedikit banyak membencinya bukan?” tanya Ivan defensif.

“Itu tidak penting.” Ucap-ku singkat karena letih dengan percakapan ini.

“Olya.” Dia memanggil-ku seperti selama ini dia memanggil-ku. Penuh dengan kelembutan. “Kamu masih bisa pergi.”

Aku melipat tangan-ku dan menatap seelimut. “Keluar dari sini.”

“Aku tidak akan kemana-mana.” Ivan menolak.

Aku melayangkan tatapan kebencian padanya. “Baiklah, maka aku yang akan keluar dari gerbong ini.” Aku berdiri menahan rasa sakit dan berjalan dengan tergopoh ke jendela besar yang bisa dMamaka dari dalam.

Sontak angin kencang menyergap-ku dan membuat rambut-ku menari-nari tidak karuan. Hanya dalam hitungan detik aku bisa melompat dan tubuh-ku pasti akan terlindas salah satu roda atau bisa terlempar dan terhempas ke perbukitan dengan semak belukar yang dalam.

Ivan menarik lengan-ku dengan cepat. Mata melotot marah berada tidak jauh dari-ku. “Apa yang kamu lakukan?!”

“Kamu tidak tahu? Hanya ada dua dari hasil lompatan-ku. Leonord harus mencari ratu yang baru dan kamu akan di anggap pembunuh calon ratu negeri ini.”

“Tidak. Jika kamu melakukan ini maka Mama dan nenekmu akan tersiksa sepanjang hidup mereka!”

“Sekarang kamu memikirkan kami?” Aku mencibir. “Kamu tidak punya hak untuk mengatakan itu. Kamu bukan seorang Williams.”

Tangannya masih mencengkeram lengan-ku dengan erat. Dan matanya masih menatap-ku tanpa kehilangan fokus. “Aku tahu kamu akan melakukan sesuatu berbahaya saat sedang terdesak,Olya.”

“Apa maksud-mu?” tanyaku tersinggung. “Kamu menganggap aku mencari perhatian?”

Ivan terdiam karena kesulitan mencari kata-kata yang tepat. Ketakutan untuk melontarkan kata-kata yang salah sangat mudah ditebak dari wajahnya yang sekarang tersudutkan itu.

“Tidak.” Ucapnya singkat.

Dok...Dok...

“Yang mulia?” Suara Kia sambil menggedor pintu dengan kencang, Aku bisa merasakan kesemasan dari suara itu.

Kia mengulang ketukan lebih keras. “Aku akan masuk Yang Mulia.”

Aku menghentakkan tangan-ku dan genggaman Ivan terlepas tanpa ada perlawanan darinya. Aku bisa mendengar nafasnya yang terburu-buru seperti baru saja dia melewati bahaya dalam hidupnya. Dia sekarang tidak menatap-ku. Dia memandang lantai sambil mengatur nafasnya. Jika perilaku ini tetap dia pertahankan selama menjadi Gladiator maka aku yakin dia tidak akan lama lagi diasingkan. Seorang Gladiator tidak bisa memiliki emosi dalam kehidupannya.

Tapi sekarang ini bukan urusan-ku. Dia bukan siapa-siapa lagi.

Kia membuka pintu dengan terburu-buru dan saat matanya melihat kami berdua dalam posisi berdiri yang tidak berjauhan, banyak rasa penasaran yang ada dari waglo itu.

“Apa yang kamu lakukan di sini, prajurit?” Kia melontarkan pertanyaan dengan nada menuduh.

Kia sepertinya tidak ingin menambah masalah dalam hidupnya lagi setelah insiden beberapa jam lalu. Tentu saja jika Leonord tahu seorang pria berada dalam ruangan yang sama dengan calon istrinya dia pasti akan murka. Bahkan kami sekarang hanya berdiri dengan jarak setengah meter saja.

“Prajurit ini hanya mengecek keadaan-ku.” Aku berusaha untuk tidak menambah drama lagi hari ini. Dari sudut mata-ku Ivan mendesah pendek tanpa bergerak sedikitpun.

Kia menundukkan kepalanya. “Maaf, Yang Mulia. Ini sangat tidak wajar meskipun keluarga Yang Mulia sudah mengenal prajurit ini dengan baik.”

“Aku tahu. Jadi tolong rahasiakan ini dari semua waglo yang ada di depan kamarku.” Aku berjalan kecil menuju tempat tidurku yang tidak sampai dalam hitungan detik Ivan memegang tangan dan pinggul-ku untuk membantu-ku berjalan.

Aku dan Kia sama terkejutnya. Tapi sebelum Kia dan Ivan terlibat baku hantam di sini aku melepaskan kedua tangannya yang terasa sangat hangat itu dan menjauh darinya. “Aku bisa melakukannya sendiri.”

Ivan akhirnya merelakan aku berjalan sendiri dengan wajah yang sangat kontras sekali.

Aku menatap Kia saat sudah menata selimut-ku di atas tubuhku yang masih saja merasakan sakit di setiap sudut luka. “Kia,” Aku akhirnya membuat Kia melepaskan tatapan penuh curiga pemuda itu dari Ivan. “Beritahu Leonord bahwa aku tidak ingin menemui-nya besok.”

“Yang Mulia, itu tidak mungkin.” Kia berkata dengan penuh tidak keyakinan.

“Katakan padanya aku ingin menyembuhkan lukaku. Dan selama itu belum selesai maka aku ingin berada di San Clara tanpa di ganggu siapapun.”

Sebenarnya ini hanya alasan-ku untuk menghindari Leonord, aku tentu saja tidak tertarik untuk bertemu dia dan Mamanya saat suasana hati-ku buruk. Saat suasana hati-ku baik pun aku tidak ingin berada di satu ruangan yang sama dengan mereka. Mereka adalah calon keluarga Lydia. Aku tidak bisa menghapus memori itu begitu saja.

“Akan aku coba, Yang Mulia.” Kia mengalah.

Kia menarik pergi Ivan. Ivan kali ini tidak menolak untuk di bawa pergi meskipun aku tahu bahwa dia menatap-ku dengan pandangan yang sangat lama. Dia menatap-ku seperti seseorang yang tidak bisa di temui lagi...

Aku hanya menutup mata setelah mendengar bunyi pintu di tutup dengan suara yang sangat pelan.

Episodes
1 Chapter 01 - THE FUNERAL
2 Chapter 02 - Queen’s Lesson
3 Chapter 03 - The Past
4 Chapter 04 - HIM
5 Chapter 05 - Family Gathering
6 Chapter 06 - KLAPTONGAD
7 Chapter 07 - THE SUN
8 Chapter 08 - The Silence
9 Chapter 09 - THE DEVIL’S SMILE
10 Chapter 10 - THE DEVIL BESIDE YOU
11 Chapter 11 - Brown Eyes
12 Chapter 12 - PRISON
13 Chapter 13 - SECRET
14 Chapter 14 - Queen’s to be duty
15 Chapter 15 - The Other Man’s Arms
16 Chapter 16 - THE INNER CIRCLE
17 Chapter 17 - The New Bodyguard
18 Chapter 18 - The PLAN
19 CHAPTER 19 - MY PRINCE
20 Chapter 20 - THE PRINCE’S MASK
21 Chapter 21 - THE JOURNEY
22 Chapter 22 - THE WEDDING
23 Chapter 23 - THE FLOWER PETALS
24 Chapter 24 - THE ROYAL BALL
25 Chapter 25 - Mother In law
26 Chapter 26 - Happiness
27 Chapter 27 - MOTHERS CLUB
28 Chapter 28 - IVANDER
29 Chapter 29 - TENSION
30 Chapter 30 - Tears drop
31 Chapter 31 - LONG NIGHT
32 Chapter 32 - GOOD DAY
33 Chapter 33 - THE LAST DAY
34 Chapter 34 - SMALL TALK
35 Chapter 35 - TOGETHER
36 Chapter 36 - Close With HIM
37 Chapter 37 - Heaven
38 Chapter 38 - Honesty
39 Chapter 39 - Pajamas Party
40 Chapter 40 - Tiger Mouth
41 Chapter 41 - Nightmare
42 Chapter 42 - HUNTING
43 Chapter 43 - Deer
44 Chapter 44 - Criminal
45 Chapter 45 - Punishment
46 Chapter 46 - Back Home?
47 Chapter 47 - GO TO HELL
48 Chapter 48 - Welcome To Hell
49 Chapter 49 - Horse Riding
50 Chapter 50 - Unfaithful
51 Chapter 51 - Breakfast with the Devils
52 Chapter 52 - THE PREYS
53 Chapter 53 - Catch Me If You Can
54 Chapter 54 - PARADISE
55 Chapter 55 - Back to Hell Again
56 Chapter 56 - Lydia’s Memories
57 Chapter 57 - King’s Embrace
58 Chapter 58 - Work and work
59 Chapter 59 - Enemies
60 Chapter 60 - Troublemaker
61 Chapter 61 - He’s back again
62 Chapter 62 - Reunions
63 Chapter 63 - Green Venom
64 Chapter 64 - Red Dots
65 Chapter 65 - Isolation
66 Chapter 66 - Guardian Angel
67 Chapter 67 - ANGEL BESIDE YOU
68 Chapter 68 - FIRE
69 Chapter 69 - Letter From The Devil
70 Chapter 70 - The Intruder
71 Chapter 71 - Always with you
72 Chapter 72 - Freedom
73 Chapter 73
74 Chapter 74 - San Clara
75 Chapter 75 - The Real Enemy
76 Chapter 76 - Choice
77 Chapter 77 - Bloody Hell
78 Chapter 78 - Showtime In Hell
79 Chapter 79 - Loneliness
80 Chapter 80 - Go to The North
81 Chapter 81 - Promise to The Devil
82 Chapter 82 - It’s Raining…a lot
83 Chapter 83 - White Skull
84 Chapter 84 - The EXERS CLAN
85 Chapter 85 - Bloods in My Hand
86 Chapter 86 - Prisoner
87 Chapter - 87 Real Love
88 Chapter 88 - Women’s Club
89 Chapter 89 - Like Old Times
90 Chapter 90 - The TRUTH?
91 Chapter 91 - GIFT FROM HADES
92 Chapter 92 - Atomic Bomb
93 Chapter 93 - A Romantic Visit
94 Chapter 94 - A Romantic Day
95 Chapter 95 - A Surprise Visit
96 Chapter 96 - Another Woman?
97 Chapter 97 - Hidden Secret
98 Chapter 98 - Another Surprise Gift
99 Chapter 99 - DIRTY ‘LITTLE’ SECRET
100 Chapter 100 - The Luckiest Woman in the World
101 Chapter 101 - Embracing Love
102 Chapter 102 - THE STRANGERS
103 Chapter 103 - It’s not a public affair
104 Chapter 104 - He Always There For Me
105 Chapter 105 - Meet The Strangers Again
106 Chapter 106 - Perfect Man
107 Chapter 107 - The Green Ring
108 Chapter 108 - The Other Side
109 Chapter 109 - Enemies House
110 Chapter 110 - THE THRILLER DINNER
111 Chapter 111 - CROSSROAD (Persimpangan jalan)
112 Chapter 112 - JUST TWO SAD GIRLS
113 Chapter 113 - ESCAPE
114 Chapter 114 - THE SINNERS
115 Chapter 115 - MY KING
116 Chapter 116 - KING AND I
117 Chapter 117 - THE MATCHMAKER
118 Chapter 118 - THE KING EYE’S
119 Chapter 119 - QUEEN’S ARMY
120 Chapter 120 - ANOTHER FLOWER PETALS (18+)
121 Chapter 121 - BECOME ONE (18+)
122 Chapter 122 - HAPPY HUSBAND
123 Chapter 123 - AFRAID
124 Chapter 124 - Victoria’s Secret
125 Chapter 125 - ONE BY ONE
126 Chapter 126 - CONFRONTATION
127 Chapter 127 - A Sad Goodbye
128 Chapter 128 - You can’t have two sun
129 Chapter 129 - BLACKMAIL
130 Chapter 130 - He Knows
131 Chapter 131 - SILENT TREATMENT
132 Chapter 132 - TEMPTATION
133 Chapter 133 - My Life Change Forever
134 Chapter 134 - A CROWN PRINCE ?
135 Chapter 135 - THE GLASS QUEEN
136 Chapter 136 - Dangerous
137 Chapter 137 - ABDUCTION
138 Chapter 138 - THREE COUSIN
139 Chapter 139 - FREE WOMAN
140 Chapter 140 - I’m coming back home
141 Chapter 141 - Memories
142 Chapter 142 - Quiet
143 Chapter 143 - One letter of tears
144 PROFILE 4 KARAKTER UTAMA (BONUS EXTRA)
145 Chapter 144 - I'm sorry, I Love You
146 Chapter 145 - It's A Goodbye
147 Chapter 146 - Return To The King
148 Chapter 147 - Not A Secret ANYMORE
149 The LAST CHAPTER - CHAPTER 148 - MY DAUGHTER, WE LOVE YOU
Episodes

Updated 149 Episodes

1
Chapter 01 - THE FUNERAL
2
Chapter 02 - Queen’s Lesson
3
Chapter 03 - The Past
4
Chapter 04 - HIM
5
Chapter 05 - Family Gathering
6
Chapter 06 - KLAPTONGAD
7
Chapter 07 - THE SUN
8
Chapter 08 - The Silence
9
Chapter 09 - THE DEVIL’S SMILE
10
Chapter 10 - THE DEVIL BESIDE YOU
11
Chapter 11 - Brown Eyes
12
Chapter 12 - PRISON
13
Chapter 13 - SECRET
14
Chapter 14 - Queen’s to be duty
15
Chapter 15 - The Other Man’s Arms
16
Chapter 16 - THE INNER CIRCLE
17
Chapter 17 - The New Bodyguard
18
Chapter 18 - The PLAN
19
CHAPTER 19 - MY PRINCE
20
Chapter 20 - THE PRINCE’S MASK
21
Chapter 21 - THE JOURNEY
22
Chapter 22 - THE WEDDING
23
Chapter 23 - THE FLOWER PETALS
24
Chapter 24 - THE ROYAL BALL
25
Chapter 25 - Mother In law
26
Chapter 26 - Happiness
27
Chapter 27 - MOTHERS CLUB
28
Chapter 28 - IVANDER
29
Chapter 29 - TENSION
30
Chapter 30 - Tears drop
31
Chapter 31 - LONG NIGHT
32
Chapter 32 - GOOD DAY
33
Chapter 33 - THE LAST DAY
34
Chapter 34 - SMALL TALK
35
Chapter 35 - TOGETHER
36
Chapter 36 - Close With HIM
37
Chapter 37 - Heaven
38
Chapter 38 - Honesty
39
Chapter 39 - Pajamas Party
40
Chapter 40 - Tiger Mouth
41
Chapter 41 - Nightmare
42
Chapter 42 - HUNTING
43
Chapter 43 - Deer
44
Chapter 44 - Criminal
45
Chapter 45 - Punishment
46
Chapter 46 - Back Home?
47
Chapter 47 - GO TO HELL
48
Chapter 48 - Welcome To Hell
49
Chapter 49 - Horse Riding
50
Chapter 50 - Unfaithful
51
Chapter 51 - Breakfast with the Devils
52
Chapter 52 - THE PREYS
53
Chapter 53 - Catch Me If You Can
54
Chapter 54 - PARADISE
55
Chapter 55 - Back to Hell Again
56
Chapter 56 - Lydia’s Memories
57
Chapter 57 - King’s Embrace
58
Chapter 58 - Work and work
59
Chapter 59 - Enemies
60
Chapter 60 - Troublemaker
61
Chapter 61 - He’s back again
62
Chapter 62 - Reunions
63
Chapter 63 - Green Venom
64
Chapter 64 - Red Dots
65
Chapter 65 - Isolation
66
Chapter 66 - Guardian Angel
67
Chapter 67 - ANGEL BESIDE YOU
68
Chapter 68 - FIRE
69
Chapter 69 - Letter From The Devil
70
Chapter 70 - The Intruder
71
Chapter 71 - Always with you
72
Chapter 72 - Freedom
73
Chapter 73
74
Chapter 74 - San Clara
75
Chapter 75 - The Real Enemy
76
Chapter 76 - Choice
77
Chapter 77 - Bloody Hell
78
Chapter 78 - Showtime In Hell
79
Chapter 79 - Loneliness
80
Chapter 80 - Go to The North
81
Chapter 81 - Promise to The Devil
82
Chapter 82 - It’s Raining…a lot
83
Chapter 83 - White Skull
84
Chapter 84 - The EXERS CLAN
85
Chapter 85 - Bloods in My Hand
86
Chapter 86 - Prisoner
87
Chapter - 87 Real Love
88
Chapter 88 - Women’s Club
89
Chapter 89 - Like Old Times
90
Chapter 90 - The TRUTH?
91
Chapter 91 - GIFT FROM HADES
92
Chapter 92 - Atomic Bomb
93
Chapter 93 - A Romantic Visit
94
Chapter 94 - A Romantic Day
95
Chapter 95 - A Surprise Visit
96
Chapter 96 - Another Woman?
97
Chapter 97 - Hidden Secret
98
Chapter 98 - Another Surprise Gift
99
Chapter 99 - DIRTY ‘LITTLE’ SECRET
100
Chapter 100 - The Luckiest Woman in the World
101
Chapter 101 - Embracing Love
102
Chapter 102 - THE STRANGERS
103
Chapter 103 - It’s not a public affair
104
Chapter 104 - He Always There For Me
105
Chapter 105 - Meet The Strangers Again
106
Chapter 106 - Perfect Man
107
Chapter 107 - The Green Ring
108
Chapter 108 - The Other Side
109
Chapter 109 - Enemies House
110
Chapter 110 - THE THRILLER DINNER
111
Chapter 111 - CROSSROAD (Persimpangan jalan)
112
Chapter 112 - JUST TWO SAD GIRLS
113
Chapter 113 - ESCAPE
114
Chapter 114 - THE SINNERS
115
Chapter 115 - MY KING
116
Chapter 116 - KING AND I
117
Chapter 117 - THE MATCHMAKER
118
Chapter 118 - THE KING EYE’S
119
Chapter 119 - QUEEN’S ARMY
120
Chapter 120 - ANOTHER FLOWER PETALS (18+)
121
Chapter 121 - BECOME ONE (18+)
122
Chapter 122 - HAPPY HUSBAND
123
Chapter 123 - AFRAID
124
Chapter 124 - Victoria’s Secret
125
Chapter 125 - ONE BY ONE
126
Chapter 126 - CONFRONTATION
127
Chapter 127 - A Sad Goodbye
128
Chapter 128 - You can’t have two sun
129
Chapter 129 - BLACKMAIL
130
Chapter 130 - He Knows
131
Chapter 131 - SILENT TREATMENT
132
Chapter 132 - TEMPTATION
133
Chapter 133 - My Life Change Forever
134
Chapter 134 - A CROWN PRINCE ?
135
Chapter 135 - THE GLASS QUEEN
136
Chapter 136 - Dangerous
137
Chapter 137 - ABDUCTION
138
Chapter 138 - THREE COUSIN
139
Chapter 139 - FREE WOMAN
140
Chapter 140 - I’m coming back home
141
Chapter 141 - Memories
142
Chapter 142 - Quiet
143
Chapter 143 - One letter of tears
144
PROFILE 4 KARAKTER UTAMA (BONUS EXTRA)
145
Chapter 144 - I'm sorry, I Love You
146
Chapter 145 - It's A Goodbye
147
Chapter 146 - Return To The King
148
Chapter 147 - Not A Secret ANYMORE
149
The LAST CHAPTER - CHAPTER 148 - MY DAUGHTER, WE LOVE YOU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!