Melihat Lily bergerak cepat dan mantap saat membidik kepala Vidrian, Ruby tersenyum kecil. "Turunkan senjata mu, Sayang. Kita di sini untuk berbicara bisnis, bukan untuk membunuh orang. Kau lupa, membunuh itu ilegal?" Ruby berkata santai, seolah melihat senjata ataupun pembunuhan adalah hal yang wajar, seolah tidak ingin melihat orang mati di depannya namun menyiratkan mereka bisa menanganinya di luar bila diperlukan.
Lily terkejut dengan perkataan Ruby. Ia berkata dengan tidak senang, "Tapi Nyonya.."
"Duduk, Lily! Tenangkan dirimu." Ruby mengambil tasnya dan meletakannya di meja sebelum menepuk kursi di sampingnya, mengisyaratkan agar Lily mematuhi perintahnya.
Lily ragu sejenak sebelum menyimpan pistolnya dan duduk dengan patuh di samping Ruby, tidak membantah lagi.
"Bagus, Lily. Aku akan menambah bonusmu bulan ini." Itulah yang Ruby sukai tentang Lily, yaitu kepatuhan gadis itu. Kejam namun penurut. Seseorang seperti Lily adalah yang ia butuhkan untuk menjadi pendampingnya.
Lily mengangguk. "Terima kasih, Nyonya. Anda sangat murah hati."
Asisten Vidrian, Carl, menghela nafas lega setelah pistol di turunkan. Ia tahu bosnya, Vidrian adalah orang gila, namun ia tidak menyangka ada yang lebih gila dari Vidrian. Itu membuatnya gugup. Ia bahkan tidak sempat mengeluarkan senjatanya dan pihak lain sudah siap membidik.
Carl menoleh, membisikan sesuatu di telinga Vidrian, "Tuan, tolong tenangkan diri Anda. Kami tidak bisa menanggung konsekuensi jika menyinggung Nyonya Diedrich." Meski dalam hati sangat gugup, ia mengingatkan dengan tenang.
Vidrian mengangguk kecil. Ia tahu sudah bertindak terlalu jauh. Hanya karena Rubika, ia kehilangan kendali atas dirinya. Dan itu tidak sekali dua kali terjadi, tetapi sudah berkali-kali. Namun kali ini adalah kesalahannya. Ia lupa jika wanita di depannya adalah wanita paling berkuasa di Diedrich Group.
"Maaf, Nyonya, Tuan kami sedikit gelisah. Mohon maafkan sikap kurang menyenangkannya," Carl meminta maaf dengan tulus, atas nama Vidrian.
"Gelisah?" Ruby terkekeh. "Lucu sekali. Saya pikir Tuan kalian bukan gelisah, tetapi kehilangan akal."
Carl terkejut mendengar ini. Ruby benar-benar sesuatu. Terang-terangan mengatakan Vidrian gila, uhuk uhuk, kehilangan akal, haruskan ia memberikan pujian kepada wanita itu?
Wajah Vidrian menghitam. Namun ia membingkai kekesalannya dengan senyum kecil. "Maaf, saya terlalu emosional. Saya terlalu memaksakan diri. Saya sudah bertindak impulsif." Kali ini Vidrian meminta maaf secara pribadi atas keinginannya sendiri. Tidak hanya itu, ia bahkan mengubah gaya bahasanya dari non formal menjadi formal.
Sedari awal, Vidrian tidak menggunakan bahasa formal karena ia berpikir Ruby adalah Rubika. Namun saat menyadari perbedaan jauh antara dua wanita itu, ia merasakan perasaan rumit yang tak terdeskripsikan.
Di samping itu, Ruby benar-benar menganggap ia hanya sebagai mitra bisnis, mungkin kurang namun jelas tidak lebih. Dan statusnya sudah pasti.
"Nyonya kami sangat murah hati. Tentu Nyonya akan memaafkan tindakan tidak menyenangkan yang sudah kalian lakukan. Namun kalian harus ingat, tidak ada lain waktu," Lily buka suara. Ia dapat merasakan ketidakpuasan Ruby pada dua orang di depannya. Namun saat Ruby meminta ia untuk menurunkan pistol, itu berarti Ruby memberikan kesempatan pada mereka. Mengingat kekejaman Ruby tetapi tidak ada apapun yang terjadi, mereka benar-benar harus berterima kasih atas kebaikannya.
"Terima kasih, saya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama," Vidrian menanggapi dengan bijaksana.
Tanggapan bijaksana Vidrian membuat Carl tercengang.
Carl menatap Vidrian lekat. Sejak kapan orang itu bersedia merendahkan diri di depan orang lain? Sejauh Carl mengenal Vidrian, belum pernah sekalipun ia mendengar Vidrian meminta maaf. Kembali pada prinsip bos tidak pernah salah, sefatal apapun kesalahan yang Vidrian lakukan, pria itu tidak akan pernah mengakui kesalahannya apalagi membungkukkan badan di depan orang lain. Namun hari ini, sebenarnya dia sedang meminta maaf, kepada seorang wanita?
Carl tidak bisa menahan diri untuk tidak menatap Ruby. Semirip apa Ruby dengan Nyonya Rubika? Meski Carl tahu Nyonya Rubika adalah mantan istri bos yang bercerai delapan tahun lalu, namun ia tidak pernah sekalipun bertemu dengannya. Jangankan bertemu, melihat fotonya pun tidak.
Sekarang Carl penasaran, wanita yang membuat bosnya berubah dari serigala menjadi kucing kecil menyedihkan, benarkah semirip itu dengan Ruby?
"Memang, sangat mudah menjanjikan sesuatu, namun cukup sulit untuk menepatinya. Apa saya benar, Tuan?" Ruby menatap Vidrian sambil menyentuh cincin berlian yang melingkar di jari manisnya.
Merupakan cincin pernikahannya dengan Osvaldo.
Bahkan setelah tiga tahun kepergiannya, Ruby tidak pernah sekalipun melepas cincin pernikahan mereka. Baginya semua yang diberikan Osvaldo adalah sesuatu yang harus ia jaga. Bahkan barang yang tidak berharga pun, jika pria itu yang memberikannya, akan menjadi harta karun yang tak ternilai.
Vidrian hampir tersedak air liurnya sendiri. Kata-kata Ruby seperti sengaja menargetkan dirinya dan itu tepat menusuk di jantungnya. Seolah kelemahannya di ketahui orang lain, emosi Vidrian sedikit terpancing.
Ruby tersenyum kecil kemudian menoleh ke samping. "Apa kau tidak melihat betapa tertekannya Tuan ini dengan pertanyaan kecil itu, Lily?" Suaranya terlalu keras untuk dikategorikan sebagai bisikan, jadi bukan hanya Lily yang mendengar, tetapi Vidrian dan Carl juga bisa mendengarnya dengan jelas.
Ekspresi Vidrian berubah jelek. Tidak cukup membungkam dengan menggunakan titik lemahnya, kini Ruby bahkan mencibir dirinya secara terang-terangan. Wanita itu, apakah sangat ingin melawannya?
Lily mengangguk kecil. "Anda benar, Nyonya. Tuan ini tidak terlihat sehat hari ini, itu sebabnya Tuan ini tidak bisa menjawab pertanyaan itu." Bukan tidak sehat secara fisik, tetapi tidak sehat secara mental. Diserang oleh Ruby secara terang-terangan, siapa yang masih bisa bertahan dan tidak sakit mental?
Ruby tidak bisa menahan tawa. Bukankah Lily terlalu lugas? Terang-terangan membenarkan cibirannya? Namun Ruby menyukai bahkan sangat suka kelugasan Lily.
"Sebagai perusahaan yang akan menyediakan sumber daya paling banyak, Anda adalah bosnya. Anda berhak melakukan apapun yang Anda suka," Lily menambahkan. Intinya, selama Ruby senang, apapun boleh. Jangankan menyerang secara verbal, menyerang secara non verbal pun tidak masalah. Tidak peduli perkataannya menyinggung atau tidak, Ruby selalu benar.
Ruby mengangguk pelan. "Baiklah, aku mengerti." Meski Diedrich Group dan SVN tidak pernah terlibat dalam bisnis sebelumnya, namun untuk mengembangkan usaha di sektor baru, tidak masalah dengan perusahaan mana Diedrich Group bekerjasama. Namun tidak peduli seberapa hebat sepak terjang SVN, asalkan Ruby adalah bosnya, baik-baik saja maka.
Vidrian dan Carl saling melirik. Sedari awal mereka sudah menduga membicarakan bisnis dengan wanita jauh lebih sulit daripada membicarakan bisnis dengan pria, namun mereka tidak menduga berbicara langsung dengan bos besar Diedrich Group akan sesulit ini.
Jika tidak mengingat satu-satunya kandidat perusahaan yang cocok untuk bekerjasama dengan SVN adalah Diedrich Group, Vidrian pasti tidak akan menoleransi apa yang Ruby lakukan. Vidrian sudah merendahkan diri sampai tingkat yang sangat rendah. Namun lihat betapa angkuhnya Ruby? Semua kerendahan dirinya seolah tidak bermakna untuk wanita itu.
Pada akhirnya, Vidrian tidak berdaya.
Bukan karena ia tidak bisa melawan, namun karena ia merasa tidak boleh melawan wanita ini. Instingnya berkata, Ruby adalah Rubika-nya. Jadi, sekejam apapun Ruby, ia akan selalu memberikan kelonggaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Chiisan kasih
kenapa harus bercerai ruby?
2023-07-10
0
Laila Antoniii
kira2 apa penyebab mereka bercerai ya
2023-07-02
1
Rahmadina
Vidrian sepertinya masih sangat mencintai Ruby
kesalahpahaman apakah yg menyebabkan ruby meninggalkannya dan tak mau mengakui identitasnya yg sesungguhnya🤔🤔
2023-06-05
2