Satu jam kemudian pesawat mendarat di London.
Ruby turun dari pesawat dan beberapa pengawal berbaris menyambutnya. Lily, Xavier dan Sean berjalan mengikuti di belakangnya. Kemudian mereka menaiki mobil yang sebelumnya sudah di siapkan dan berpisah di persimpangan jalan.
Salah satu mobil membawa Ruby langsung ke tempat pertemuan dengan klien, sementara mobil lain membawa kedua putranya kembali ke rumah dengan penjagaan ketat para pengawal.
Setelah mobil berpisah, Ruby menjadi jauh lebih santai. Membiarkan orang lain tahu tentang keikutsertaan kedua putranya terlalu berbahaya.
Seperti yang ia bilang sebelumnya, kedua putranya adalah yang paling berharga. Mengingat betapa tingginya Diedrich Group berkibar, tidak mungkin tidak ada kotoran di belakangnya. Kesuksesan Diedrich Group jelas meninggalkan banyak musuh di belakang. Setiap saat, setiap waktu, selalu ada ancaman kematian.
Untungnya, sulit mengakses informasi tentang keluarga Diedrich. Sehingga keberadaan Xavier dan Sean tersembunyi dengan sangat baik.
Ruby menatap ke luar jendela.
Sudah delapan tahun.
Waktu yang tidak sebentar.
Dan ini adalah kali pertama Ruby menginjakan kaki di London setelah delapan tahun meninggalkan tempat ini. Ia ingat pada saat itu ia hanya seorang wanita muda muda yang sangat menyedihkan. Ditinggalkan, tidak diinginkan, dan sekarat.
Kekecewaannya pada seseorang membuatnya depresi dan ia mengalami kecelakaan. Kakinya hampir di amputasi dan nyawanya dipertaruhkan. Untungnya keluarganya mengupayakan yang terbaik untuk kesembuhannya. Ayahnya mengirimnya ke Amerika agar ia mendapatkan pengobatan terbaik. Namun tanpa sepengetahuannya, mereka mempertaruhkan hidup mereka untuk semua itu.
Ayahnya menjual semua yang mereka punya. Dan dalam sekejap keluarganya menjadi gelandangan.
Mereka miskin sampai tidak bisa membeli makanan. Mereka kelaparan, mereka tidak punya tempat tinggal. Mereka menjalani kehidupan yang sangat buruk dan menyedihkan.
Namun itu dulu.
Sekarang semuanya berbeda. Selain memetik bintang di langit, Ruby bisa memberikan apapun untuk orang tuanya. Rumah, mobil, perhiasan, hidup berkecukupan, liburan ke luar negeri, ia bisa memberikan kehidupan yang aman dan nyaman untuk mereka.
Ruby memberikan semuanya tanpa orang tuanya harus meminta. Alasannya sederhana, mereka sangat menderita pada saat itu, mereka menderita karena dirinya. Dan untuk menyembuhkan penderitaan itu, Ruby berusaha untuk menutupinya dengan kehidupan yang lebih baik.
Meski kenangan buruk tidak mungkin terlupakan, setidaknya mereka bisa menutupinya dengan lebih banyak kenangan manis yang membahagiakan.
Ruby menutup matanya perlahan dan ekspresi wajahnya menunjukkan ironi. Kenangan yang tidak ingin ia pikirkan datang kembali kepadanya. Namun untungnya, ia bisa menertawakannya sekarang. Setelah selang delapan tahun.
Memang, membutuhkan waktu yang panjang serta banyak usaha hanya untuk berdamai dengan keadaan. Namun melihat bagaimana sekarang ia hidup, ia cukup berbangga diri.
***
Pertemuan penting yang akhirnya mengantarkan Ruby ke sebuah restauran mewah di pusat Kota.
Meski baru tiba di London beberapa saat yang lalu, Ruby tidak mungkin menolak kerjasama dengan SVN yang melibatkan dua milyar dolar dengan keuntungan yang berlipat ganda. Angka-angka itu sudah cukup menjadi alasan bagi dirinya untuk datang ke pertemuan secara pribadi.
Meski bisa saja ia meminta orang lain untuk bertindak, kenyataannya ia memilih untuk bertindak sendiri.
"Masih ada lima menit tersisa, Nyonya," ujar Lily ketika melihat Ruby masih sibuk dengan ponselnya. Sudah sepuluh menit mobil berhenti, namun tidak ada tanda-tanda Ruby bangkit dari duduknya.
"Mm." Ruby tidak memiliki waktu untuk mengawasi sekeliling. Ia sedang bertukar pesan dengan putra sulungnya, Xavier. Setelah Xavier mengirim pesan agar ia berhati-hati dan pulang dengan selamat, Rubi segera menyimpan ponselnya.
Lily turun dari mobil kemudian membuka pintu untuk Ruby.
Sepatu bertumit tinggi Ruby menapak di tanah kemudian ia merapikan pakaian bagian depannya terlebih dahulu. Dirasa cukup rapi, ia segera melangkahkan kaki menuju pintu masuk restauran. Namun baru dua langkah ia berjalan, seseorang menabrak dirinya.
Ruby terkejut dan pandangannya turun ke bawah untuk melihat apa yang menempel padanya. Bersamaan dengan itu, seorang anak perempuan kecil mendongak menatapnya.
Ruby tercengang.
Gadis kecil itu tampak berusia tujuh atau delapan tahun. Rambutnya yang panjang di ikat tinggi di belakang dan wajahnya sangat cantik. Namun ada yang aneh dengan dia. Kenapa wajahnya sangat mirip dengan seseorang?
Untuk sesaat mereka berbagi momen linglung.
Lily panik melihat ini. Semua orang tahu Ruby adalah seorang pencinta kebersihan. Ketakutan wanita itu akan sentuhan orang asing yang memungkinkan menularkan virus membuat Ruby bisa saja melakukan tindakan impulsif, tidak peduli apa, tidak peduli siapa, tidak peduli apakah orang dewasa atau anak kecil. Itu sebabnya semua orang memilih untuk menjaga jarak dari wanita kejam itu.
Namun hari ini, seorang gadis kecil berani melemparkan diri kepada Ruby, apa gadis kecil itu meminta kematian?
Suasana berubah tegang.
"Maaf, Nyonya. Saya akan menyingkirkan anak ini sekarang." Lily bergerak maju hendak meraih tubuh si bocah kecil sebelum Ruby melakukan hal-hal di luar kendali.
Namun reaksi Ruby di luar dugaan.
Ruby menaikan tangannya. "Tidak di butuhkan." Ia mengangkat tubuh si bocah kecil kemudian menyingkirkannya ke samping. "Lain kali hati-hati," ucapnya sebelum melangkah pergi memasuki pintu masuk restauran seolah apa yang ia ucapkan dan apa yang ia lakukan bukan ia yang mengucapkan dan bukan ia yang melakukan.
Lily tercengang melihat ini. Namun ia menghela nafas lega. Syukurlah Ruby masih tahu tempat untuk tidak membuat keributan. Benar-benar keberuntungan gadis kecil itu. Lily menatap bocah itu sekilas sebelum akhirnya berjalan mengikuti Ruby masuk ke restauran.
Savana tertegun melihat kepergian Ruby. Tatapannya mendarat pada punggung wanita itu. Setelah sosoknya tidak terlihat lagi, ia masih merasakan kehangatan yang tertinggal dari sentuhan kecil yang Ruby lakukan.
"Nona Muda, jangan lakukan ini lagi! Tuan akan memarahi Anda jika Anda kembali membuat ulah." Pengasuh yang mengejar Savana tersengal. Ia menangkap pergelangan tangan Savana lalu menariknya pergi. "Anda membuat saya khawatir," gerutunya.
"Bibi, apa kau melihat wanita tadi? Dia cantik, harum dan bertubuh tinggi?" Savana bertanya dengan suara kecilnya, mengabaikan gerutuan pengasuh dan sibuk mendeskripsikan sosok wanita yang baru saja ia temui. Daripada dirinya sendiri, ia lebih memperhatikan wanita itu. Entah itu hanya kebetulan atau tidak, namun ia sedikit penasaran.
"Wanita yang mana, Nona? Saya tidak melihat siapapun."
Gadis berusia delapan tahun itu mendesah kasar. "Ah, kau ini, bagaimana mungkin kau tidak melihatnya?"
"Saya sungguh tidak melihat siapapun, Nona."
Savana termenung selama beberapa saat sebelum bergumam, "Apa mungkin aku berhalusinasi?" Ia merasa kehadiran wanita itu sangat nyata. Namun saat menyadari bahwa segala sesuatu bisa berubah sangat cepat menjadi busa, ia segera melupakannya. "Daddy dimana, Bibi?"
"Tuan sedang melakukan pertemuan dengan beberapa orang penting. Anda tidak di izinkan membuat Tuan marah lagi, mengerti!" Bibi pengasuh setengah mengancam, namun tentu saja tidak serius.
"Ya. Aku mengerti. Maaf untuk hal ini."
"Gadis baik," puji pengasuh. "Mari kita pergi ke tempat lain."
Savana mengangguk. "Mm."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Chiisan kasih
penasaran tor
2023-07-02
0
A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿
makin penasaran 🤔🤩
2023-06-22
2
Rahmadina
entah kenapa novel kk Meta buat aku penasaran selalu
2023-06-05
2