Tak disangka, Elvan yang notabenenya adalah adik Kelvin Jansen sendiri begitu mudah menghina sang kakak di depan Aleta secara terang terangan. Aleta merasa kasihan pada Kelvin meski belum bersitatap muka. Ia berpikir, 'pantas saja Kelvin menjadi interover dan kejam karena keluarganya sendiri ikut menggunjing alih alih memberi semangat untuk menjalankan hidup normal.'
Aleta yang iba, malah bertekad mengambil hati sang suami dan berdiri terus di sisi Kelvin, meski kelihatan tidak mudah. Ia paham betul rasanya disepelekan dan tidak diharapkan oleh keluarga sendiri karena Aleta selalu berada di posisi tersebut. Keluarga San tidak pernah menganggapnya anak. Miris!
Ceklek...
Lamunan Aleta tentang kehidupan Kelvin yang pasti buruk belakangan ini, buyar. Manakala pintu kamar terbuka oleh Elvan.
Mau apa lagi pria kurang ajar ini kembali memasuki kamarnya?
Entah kenapa, Aleta selalu was was dan takut melihat tatapan Elvan yang tajam.
"Tidak sopan!" Aleta menyembunyikan ketegangannya dengan berkata tenang .
Dengan datar Kelvin menjawab, "Aku sudah mengetuk pintu. Tidak ada jawaban dan takutnya kakak ipar bunuh diri, aku langsung masuk!"
Bibir Aleta cemberut begitu saja. Bunuh diri? Tidak akan.
"Ada apa lagi?" Aleta masih mencoba bersikap ramah. Suaranya selalu lembut, berharap adik iparnya ini bersikap baik.
Tidak langsung menjawab, Kelvin berjalan mendekat membuat Aleta waspadah. Takutnya, Elvan berbuat kurang ajar padanya karena tadi, pria ini sudah mencoba menggodanya.
Namun, Aleta salah. Pria tanpa ekspresi ini ternyata datang mengambil hapenya yang mungkin tertinggal tadi atau memang sengaja ditinggalkan di sisi badcover?
"Auh..."
Aleta terjatuh ke kasur sampai terlentang. Elvan sepertinya sengaja menyenggolnya. Ingin segera bangun, tapi pria yang ia ketahui hanya adik iparnya ini, segera menahannya dengan cara menaruh wajahnya tepat di atas nya. Kedua tangan berotot pria ini, berada di sisi kepalanya.
"Apa kamu ingin menggoda ku, Nona? Oh, ayo lah. Kamu boleh mengatakan ingin 'malam pertama' bersama ku. Aku dengan senang hati mengabulkan keinginan mu menggantikan tugas Kelvin yang impoten!" Suara Elvan begitu seksi di sisi kuping Aleta. Sengaja menggoda. Ia benar benar ingin menguji kesetiaan sang istri jeleknya. Kan, kebanyakan wanita selalu tergila-gila dengan ketampanan dan harta bukan?
Namun, suara 'plak' terdengar nyaring. Elvan menjauh. Keras sekali tamparan Aleta.
"Pergi sebelum suami ku datang! Anggap saja tamparan ini adalah peringatan keras untuk berhenti kurang ajar." Air mata Aleta menetes begitu saja tanpa ia sadari karena ketakutan akan kelakuan Kelvin versi Elvan.
Aleta mengusap buliran air matanya. Tanpa ia sadari, make up yang sengaja digelapkan untuk menyembunyikan wajah cantiknya, sedikit luntur membuat Kelvin Jansen curiga dalam diamnya. Seperti hewan zebra yang belang. Separuh hitam dan separuh mempunyai kulit putih.
"Hanya kamu yang berani menampar ku!" Meski penasaran, Kelvin mencoba berpura-pura tidak tahu. Ia menemukan hal menarik di balik kejelekan sang istri. Pasti ada rahasia yang disembunyikan Aleta padanya.
"Bahkan aku bisa menusuk mu kalau mengulangi hal kurang ajar seperti tadi!"
Kelvin berdengus dingin. Pergi begitu saja dengan hati yang buruk.
Aleta bernafas lega. Cepat cepat ia mengunci kamar, lalu meringkuk di atas pembaringan sembari menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia ketakutan. Sepertinya, bukan Kelvin orang yang menyeramkan di rumah ini, melainkan Elvan. Ia harus menjauhi pria toxic itu, agar terhindar dari masalah besar. Harus!
Di lantai satu, Kelvin bertemu dengan Deli. Perhatian, Deli bertanya cemas, "Tuan muda, wajah Anda...?"
Kelvin gengsi mengakui kelakuan kurang ajar Aleta. "Ditabrak nyamuk!"
Nyamuk? Ada kah nyamuk yang memiliki tangan lebar dengan jari lentik-lentik? Jelas-jelas, pipi bersih sang bos memerah karena bekas tamparan. Elakan sang bos sangat konyol.
Mengetahui betul suasana hati Kelvin sedang buruk, Deli tidak berani bertanya lagi. Map coklat di tangannya ia julurkan ke arah Kelvin sembari berkata, "Ini adalah data data tentang Nyonya Aleta."
Kelvin meraihnya. Membawa berkas itu masuk ke ruangan kerjanya. Deli segera mengekor di belakang sang bos.
Duduk di kursi kebesarannya, Kelvin mulai membaca data data Aleta yang sudah terkumpul.
Selesai mempelajari, Kelvin mendongak menatap Deli yang berdiri takzim di depan mejanya. "Apa laporan ini concreet?"
"Iya, Tuan!"
Kasihan juga kehidupan Aleta. Orang tuanya mampu membiayai kuliah Olivia, sementara Aleta banting tulang sendiri sampai sekarang bekerja paruh waktu di toko roti, demi bisa membayar semester terakhirnya. Orang tua macam apa yang dimiliki Aleta? Sudut bibir Kelvin terangkat tipis namun tajam.
Entah kenapa, ada rasa iba pun yang ia rasakan untuk sang istri. Tapi, Kelvin selalu pintar menyembunyikan ekspresinya di depan orang.
"Di kertas ini, tertulis kalau sifat Aleta orang bodoh dan lemot?"
"Iya, Tuan." Seketika, Deli meringis pelan. Ia diberi tatapan tajam oleh Kelvin.
Bodoh dari mananya? Jelas jelas, Aleta berkuliah di salah satu universitas swasta elit. Tidak sembarangan pelajar yang bisa masuk ke sana. Sementara lemotnya dari mana? Pipinya sampai sekarang masih pedas kena tamparan.
"Laporan mu salah. Bawa pergi!"
Salah?
Kacung hanya bisa memprotes dalam hati. Sepertinya sang bos tidak terima akan kekurangan yang dimiliki Aleta.
"Permisi, Tuan."
***
Pagi nya, Aleta sudah rapi dengan stylish culun nya menurini anak tangga. Levis hitam dipadu kaos longgar berhasil menyembunyikan lekuk tubuhnya yang indah.
"Mau kemana?"
Aleta sebenarnya kaget oleh suara Kelvin yang sebelumnya tidak ia sadari keberadaannya duduk di sofa.
Dengan sengaja, Aleta menulikan telinganya. Ia terus berjalan menuju pintu utama, karena masih kesal akan kelakuan kurang ajar Elvan semalam. Toh, ia tidak wajib minta izin pergi pada pria yang bukan suaminya.
Kelvin hanya bergeming di tempat saat Aleta berhenti menyapa Deli yang baru datang.
"Apa Tuan Kelvin sudah bangun?"
Sebelum menjawab, Deli melirik dulu ke arah Kelvin. "Sudah, Nyonya. Tapi, Tuan muda akan pergi keluar kota siang ini."
Hem ... Itu tandanya, ia tidak bisa bertemu dengan suaminya sampai ... entah?
"Apa saya boleh bertemu sekarang?" Aleta berharap.
Kelvin memberi kode gelengan pelan ke Deli. Menolak.
"Maaf, sepertinya tidak bisa."
"Begitu ya. Tidak masalah, tapi tolong sampaikan padanya kalau saya akan pergi bekerja dan sorenya ada kelas." Aleta belajar menjadi istri yang baik meski Kelvin tidak peduli.
"Baik!" Jawab Deli takzim.
Aleta pergi. Kelvin segera berdiri.
"Tuan __"
"Keluar kotanya tidak jadi, kamu saja yang pergi!"
Deli membatu. Bosnya ini sebenarnya ingin apa? Tadi, katanya ada kerjaan diluar kota bersama. Sekarang malah mengikuti langkah Aleta.
"Masuk!"
Aleta membalik tubuhnya dengan cepat. Perintah yang tak ingin dibantah dari Elvan sangat meresahkan.
"Saya sudah memesan taksi!"
"Taksi nya kehabisan bensin!"
Sok tau! Aleta memutar mata malas. Saat ini, ia menunggu di depan gerbang.
"Naik atau saya akan melapor ke Kelvin kalau kamu menggodaku semalam!"
Ancaman Kelvin membuat mulut Aleta terbuka shock.
"Apa tidak sebaliknya? Aku tidak takut dengan ancaman mu. Tidak ada bukti ini kan?" Aleta salah pilih lawan dalam ber-argumen.
Elvan bin Kelvin turun dari mobil mewahnya. Tanpa ba bi bu, ia memojokkan tubuh mungil Aleta ke badan mobil. Dengan pergerakan cepat bak angin yang tidak disangka sangka oleh Aleta, Kelvin menikmati bibir Aleta dengan satu tangan memotret dari arah samping. Ia sudah punya bukti yang dipertanyakan Aleta.
Gadis di depannya terpaku shock.
"Kamu...!"
"Naik atau__"
"Iya, iya..." Terpaksa Aleta menurut. Dadanya yang bergerumuh kesal, ia redam untuk sekarang daripada kelakuan kurang ajar Elvan masuk ke dalam telinga Kelvin yang pasti akan membuatnya terkena masalah. Sepertinya, Elvan benar benar gila. Kelvin pasti percaya pada mulut manis adiknya meski berbohong tentang 'godaan' alih alih mempercayainya yang hanya istri tak dianggap.
"Aku ada teman kuliah atau teman kerja yang cantik cantik, kalau kamu butuh pendamping hidup, katakan saja." Aleta menawarkan karena ingin bebas dari kegilaan Elvan.
"Kalau aku mengatakan hanya ingin dirimu, bagaimana?"
Lebih baik diam seribu bahasa. Elvan sudah membuatnya gila di pagi hari. Merusak harinya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Nurlaila
cerita yang sangat menarik thor lain dari yang lain keren thor
2023-05-27
1
Itarohmawati Rohmawati
seruuuuuu
2023-05-15
1
Rhiedha Nasrowi
ah ilah kagak ada alasan lain apa bang 😅😅
2023-05-10
0